Skenario Pengelolaan Budidaya Laut Berkelanjutan

pencapaian tujuan peningkatan status keberlanjutan pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh . Perbaikan kinerja pengelolaan berdasarkan intervensi peningkatan nilai skor atribut sensitif menunjukkan bahwa nilai indeks keberlanjutan pengelolaan budidaya rumput laut pada skenario jangka pendek dan menengah meningkat dari 46,82 menjadi 63,45 dan nilai indeks keberlanjutan pada skenario jangka panjang meningkat menjadi 75,50, sehingga status keberlanjutan pengelolaan budidaya rumput laut pada skenario jangka pendek dan menengah meningkat dari “Kurang Berkelanjutan” menjadi “Cukup Berkelanjutan” dan pada skenario jangkan panjang meningkat menjadi “Sangat Berkelanjutan”. Sedangkan nilai indeks keberlanjutan pengelolaan budidaya ikan kerapu di KJA pada skenario jangka pendek dan menengah meningkat dari 39,47 menjadi 48,10 dan pada skenario jangka panjang meningkat menjadi 70,97, sehingga status keberlanjutan pengelolaan budidaya ikan kerapu di KJA pada skenario jangka pendek dan menengah tetap “Kurang Berkelanjutan”, sedangkan pada skenario jangka panjang status keberlajutan meningkat menjadi “Cukup Berkelanjutan Untuk memudahkan pembuatan kebijakan yang dapat mendorong tercapainya perbaikan kinerja pengelolaan budidaya laut berkelanjutan, maka diperlukan indikator keberhasilan perbaikan kinerja melalui peningkatan nilai skor atribut sensitif masing-masing dimensi keberlanjutan pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa. Secara rinci indikator keberhasilan perbaikan kinerja melalui peningakatan nilai skor atribut sensitif skenario jangka pendek- menengah dan sknario jangka panjang pengelolaan budidaya rumput laut disajikan pada Tabel 55 dan indikator keberhasilan perbaikan kinerja melalui peningakatan nilai skor atribut sensitif skenario jangka pendek-menengah dan sknario jangka panjang pengelolaan budidaya rumput laut disajikan pada Tabel 47. Tabel 47. Indikator keberhasilan peningkatan nilai skor atribut sensitif pada skenario jangka pendek-menengah dan skenario jangka panjang pengelolaan budidaya rumput laut Atribut Pengungkit Perubahan Nilai Skor Indikator Keberhasilan Perubahan Nilai Skor Indikator Keberhasilan Eksisting Skenario 1 Eksisting Skenario 2 Dimensi Ekologi: Ancaman Terhadap Kualitas Perairan 1 1 - 1 2  Terintegrasi pembangunan di daratan dan di daerah pesisir dan laut  Terkendalinya penambangan liar di daerah up-land  Terkendalinya aktivitas penangkapan ikan menggunakan alat tangka destrustif Serangan Penyakit 1 2  Tersedianya kualitas bibit yang baik yang didatang dari luar daerah  Terkendalinya serangan penyakit 50 areal budidaya 1 3  Tersedianya kualitas bibit yang baik dari kebun bibit di lokasi budidaya  Terkendalinya serangan penyakit 75 areal budidaya Serangan Hama 1 3  Terkendalinya serangan penyakit 75 areal budidaya 1 3 - Dimensi Ekonomi Efisiensi Rantai Pemasaran 1 2  Terbangunnya pola 1 3  Terbentuknya lembaga 201 kemitraan antara pedagang pengumpul dengan industri pengolahan penjamin pemasaran rumput laut Fluktuasi Harga 2  Harga rumput laut relating stabil 3  Harga rumput laut cenderung meningkat Status Modal Usaha 2  Berkurangnya petani rumput laut yang memperoleh modal usaha dari middleman rentenir dari 89 menjadi 50  Tersalurkannya bantuan modal usaha dari pemerintah 3  Status modal usaha budidaya rumput laut sudah tidak ada yang bersumber dari middleman rentenir  Tersedinya skim kredit bagi petani rumput laut dengan banyak kemudahan. Nilai Tambah Komoditi 1  50 rumput laut dipasarkan dengan kualitas baik 2  75 rumput laut dipasarkan dalam bentuk produk olahan dan ATC Dimensi Sosial: Tingkat Pendidikan 1 2  Pengetahuan dan keterampilan petani rumput laut meningkat 2 - Tingkat Kemandirian 1  Tingkat ketergantungan petani rumput laut terhadap punggawa berkurang 2  Petani rumput laut lebih mandiri dalam hal modal, sarana prasarana budidaya dan pemasaran Jumlah Petani Rumput Laut 1 2  Jumlah petani rumput laut meningkat dari 10th 2 3  Jumlah petani rumput laut meningkat dari 10th 211 202 menjadi 15th menjadi 20th Dimensi Kelembagaan: Kelembagaan Pembibitan 1 1  Terbentuknya UPT pembibitan rumput laut  Terbangunnya kerjasama UPT dengan BBL  Tersusunnya mekanisme kerjasama dan koordinasi UPT pembibitan dengan stakeholder pembibitan 1 2  Terbentuknya UPT pembibitan rumput laut  Terbangunnya kerjasama UPT dengan BBL  Tersusunnya mekanisme kerjasama dan koordinasi UPT pembibitan dengan stakeholder pembibitan Kelembagaan Pasar 1  Terbentuknya UPT pemasaran rumput laut  Terbangunnya kerjasama UPT pemasaran dengan pabrik pengolahan atau eksportir  Tersusunnya mekanisme kerjasama dan koordinasi UPT pemasaran dengan stakeholder pembibitan 2  UPT pemasaran berjalan efektif  Koordinasi UPT pemasaran dengan stakeholder pemasaran berjalan baik  UPT pemasaran berperan optimal dalam memberikan jaminan pasar rumput laut Kelembagaan Penjamin Mutu 1  Terbentuknya UPT penjamin mutu rumput laut  Terbangunnya kerjasama UPT penjamin mutu dengan PTlembaga yang memiliki otoritas penjamin mtu  Tersusunnya mekanisme kerjasama dan koordinasi 2  UPT penjamin mutu berjalan efektif  Koordinasi UPT penjamin dengan stakeholder penjamin mutu berjalan baik  UPT pembibitan berperan optimal dalam memberikan 203 UPT penjamin mutu dengan stakeholder penjamin mutu jaminan mutu rumput laut  Mutu rumput laut terjamin kualitasnya Dukungan dan Komitmen Pemda 1 2  Tersusunnya masterplan pengembangan rumput laut  Tersusunnya roadmap industri pengolahan rumput laut  Meningkatnya alokasi anggaran APBD untuk pengembangan rumput laut 1 3  Realisasi dukungan anggaran dan kebijakan pengembangan rumput laut sebagai komoditi unggulan daerah  Meningkatnya produksi rumput laut daerah Kelembagaan Penyuluh 1 2  Meningakatnya peran Badan Koordinasi Penyuluh Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan BP4K  Penambahan jumlah penyuluh perikanan 1 orang untuk masing-masing kecamatan  Meningkatnya sarana dan prasarana penyuluhan  Meningkatnya kapasitas kelembagaan penyuluh  Terbangunnya kerjasama mbaga penyuluh dengan stakeholder rumput laut lainnya 1 3  Lembaga penyuluh berjalan efektif  Koordinasi lembaga penyuluh dengan stakeholder lainnya berjalan baik  Lembaga penyuluh berperan optimal dalam memberikan penyuluhan kepada petani rumput laut  Semua petani rumput laut mendapat pelayanan penyuluhan 204 Dimensi Teknologi: Industri Pengolahan - 1  Kerjasama antara pemda dengan kementerian perindustrian untuk menginisiasi pembangunan pabrik ATC kapasitas 2 tonhari  Kajian kelayakan pembangunan pabrik pengolahan Terbangunnya 1 pabrik pengolahan ATC kapasitas 2 tonharii Ketersediaan Bibit 1  Tersusunnya SOP SNI pemuliaan bibit melalui kultur jaringan  Tersedia SOP SNI kebon bibit  Kegiatan pemuliaan bibit melalui kultur jaringan skala laboratorium oleh BBL Lombok  Meningkatnya ketersediaan bibit dari 50 menjadi 50 yang di datangkan dari luar. 2  Tersedian bibit berkualitas hasil pemuliaan melalui kultur jaringan skala laboratorium oleh BBL Lombok  Tersedian bibit berkualitas hasil pemuliaan melalui kultur jaringan dan siap untuk dikembangkan  Tersedia bibit untuk memenuhi kebutuhan petani rumput laut dari kebon bibit di wilayah penelitian  Tersedia kebon bibit di 205 semua sentra budidaya Sarana Pengeringan 1 2  Terbangunnya sarana pengeringan di 4 lokasi sentra budidaya rumput laut 1 3  Meningkatnya jumlah sarana pengeringan dari 4 lokasi menjadi 10 lokasi sentra pengembangan budidaya rumput laut Ketepatan Umur Panen 2  Meningkatnya jumlah petani rumput laut yang memanen tepat waktu 45 hari dari 21 menjadi 60 . 3  Semua petani rumput laut yang memanen tepat waktu 45 hari Sarana Pergudangan 2  Terbangunnya gudang di 4 lokasi sentra budidaya rumput laut  Meningkatnya jumlah gudang dari 4 gudang menjadi 8 gudang di lokasi sentra pengembangan budidaya rumput laut 2 - 206