2. Pendugaan Beban Limbah Bahan Organik Kegiatan Anthropogenik
Daerah Up-land Upland Eksternal Loading, Untuk menentukan loading
total bahan organik yang bersumber dari kegiatan anthropogenik di daerah up-land, yang berasal dari aktivitas penduduk di sekitar perairan pesisir
dilakukan berdasarkan pendekatan Rapid Assessment Kositranata et al. 1989; Djajadiningrat dan Amir, 1993 mengacu pada formula sebagai berikut:
BP = a x f
Keterangan: BP = Beban Pencemaran tonth
a = Jumlah Unit Penghasil Limbah
f = Faktor Konstanta Beban Limbah Organik
Pendugaan kuantitatif beban limbah organik dari daratan up-land, dalam penelitian ini bersumber dari beberapa aktivitas yaitu : a pemukiman; b
peternakan; c pertanian dan perkebunan; dan d pertambakan. Secara rinci jenis limbah, faktor konstanta beban limbah organik masing-masing aktivitas
disajikan pada Tabel 8 berikut ini.
3. Pendugaan Daya Dukung Perairan Untuk Budidaya Ikan Kerapu di
KJA . Untuk menentukan Daya Dukung Perairan Untuk Budidaya Ikan
Kerapu di KJA di wilayah penelitian, menggunakan pendekatan yang mengacu pada loading total Nitrogen dari limbah yang dihasilkan sistem
budidaya dan aktivitas anthropogenik yang terbuang ke perairan. Limbah buangan dari aktivitas budidaya ikan kerapu dan aktivitas anthropogenik akan
mengakibatkan pengkayaan nutrien hypernutrifikasi ke perairan teluk di wilayah penelitian. Level hypernutrifikasi ditentukan oleh volume badan air,
laju pembilasan flushing rate dan fluktuasi pasang surut.
Tabel 10. Jenis aktivitas penghasil limbah dan koefisien limbah bahan organik bersumber dari kegiatan anthropogenik
Jenis Aktivitas Jumlah Unit Aktivitas
Koefesien Limbah
Satuan Pustaka
Total N kgth
Total P kgth
a f
axf axf
Rumah Tangga
a. Limbah Padat
orang 1.86
kgNorgth 1
0,37 kgPorg th
2
b. Sampah
orang 4
kgNorgth 3
1 kgPorgth
3
c. Detergen
orang 1
kgPorangth 3
Peternakan
a. Sapi
ekor 43,8
kgNekorth 4
11,3 kgPekorth
4
b. Kambing
ekor 4
kgNekorth 4
21,5 kgPekorth
4
c. Ayam
ekor 0,3
kgNekorth 5
0,7 kgPekorth
5
Akuakultur
a. Tambak Udang
ton 5,2
kgPtonth 6
4,7 kgN ton th
6
b. Tambak Bandeng
ton 2,9
kgN ton th 2
2,6 kgPtonth
2 c.
Hatchery
ton 2,21
kgN jt ekor th 9
0,05 kgP jt ekor th
9
Pertanian
Erosi Lahan Pertanian
ton 1,68
kgPton 2
0,04 kgP ton
2
Sumber: 1. Sogreah 1974; 2. Padilla et al. 1997; 3. World Bank 1993; 4. WHO 1993; 5. Valiela et al. 1997; 6. Gonzales et al. 1996
61
Secara rinci formula yang digunakan dalam perhitungan perhitungan nutrifikasi N dengan nutrient loading model yang dimodifikasi dan
dikembangkan oleh Barg 1992, adalah sebagai berikut: Ec
= N
x F V
Keterangan: Ec
= Konsentrasi N dalam perairan mgl N
= Volume N Masuk Ke Perairan N Budidaya dan Anthropogenik V
= Volume Perairan m
3
F = Flushing Time hari
Menghitung Flushing Time FT, adalah waktu jumlah hari yang
diperlukan limbah tinggal dalam badan air, sehingga lingkungan perairan
menjadi bersih. Untuk menentukan Flushing Time perairan di wilayah
penelitian dihitung dengan pendekatan tidal exchange method menggunakan formula berikut ini:
FT =
1 D
D = Laju Pengenceran dilution, dapat dihitung dengan formula
pergantian pasang yaitu D
= V
h
– V
l
T x V
h
Keterangan: FT = Flushing Time
V =
h
Volume Air Pada Saat Pasang Tertinggi m
3
V =
l
Volume Air Pada Saat Surut Terendah m
3
T = Frakuensi Pasang Surut kali
Menghitung Volume Badan Air Teluk FT, Untuk menentukan Volume
Badan Air Teluk di wilayah penelitian diukur pada saat pasang tertinggi MHWS Mean High Water Spring, dan pada saat surut terendah MLWS
Mean Low Water Spring dihitung menggunakan formula berikut ini:
V =
h
A x h V
1
=
l
A x h V
h
- V =
l
Perubahan Volume Karena Efek Pasang Surut Keterangan:
V =
h
Volume Air Pada Saat Pasang Tertinggi m
3
V =
l
Volume Air Pada Saat Surut Terendah m
3
A = Luas Perairan Teluk m
2
h
1
Kedalaman Air Saat Pasang Tertinggi m h
Kedalaman Air Saat Surut Terendah m
4. Pendugaan Nilai Produksi Optimal Budidaya Ikan Kerapu sama dengan
Jumlah Unit KJA Sesuai Daya Dukung Pendekatan Konsentrasi N JUB
KRP
KN . Untuk menentukan Jumlah Unit KJA Sesuai Daya Dukung
Pendekatan Konsentrasi N di wilayah penelitian, menggunakan pendekatan
menghubungkan nilai N baku mutu perairan untuk budidaya berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Tahun 2004, dengan nilai
konsentrasi N dalam air dengan menggunakan formula sebagai berikut:
P
optKRP
= N
BM
Ec
Keterangan: P
=
optKRP
Jumlah Unit KJA Sesuai Daya Dukung Pendekatan Konsentrasi N di Perairan unitha
N =
BM
Nilai Baku Mutu N KepmenLH No. Tahun 2004 mgl Ec
= Konsentrasi N dalam perairan mgl
3.6. Status Keberlanjutan Pengelolaan Budidaya Laut
Penentuan status keberlanjutan budidaya laut dalam penelitian ini dilakukan untuk komoditi budidaya rumput laut sistem long line dan budidaya
ikan kerapu sistem KJA. Analisis keberlanjutan dilakukan untuk mengetahui nilai indeks dan status keberlanjutan dari masing-masing komoditi di wilayah
penelitian berdasarkan pendekatan lima dimensi keberlanjutan yaitu: a dimensi ekologi; b dimensi ekonomi; c dimensi sosial-budaya; d dimensi teknologi-
infrastruktur; dan e dimensi hukum-kelembagaan. 3.6.1. Metode Pengumpulan Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survei melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan kuisioner terstruktur atau
semi terstruktur. Pendapat para pakar dihimpun melalui wawancara mendalam deep interview atau focus group discussion FGD. Sedangkan pengumpulan
data sekunder dilakukan dengan metode desk study dari berbagai sumber, seperti: BPS, Instansi terkait, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, publikasi ilmiah
buku, jurnal, disertasi, laporan hasil penelitian, prosiding, dan lain-lain.
b. Teknik Penentuan Responden
Penentuan responden dari dilakukan secara purposive random sampling Walpole, 1995. Responden yang dipilih adalah petani rumput laut yang
berjumlah 90 orang dan pengusaha budidaya ikan kerapu di KJA sebanyak 4 perusahaan. Disamping itu, juga dilakukan wawancara mendalam dengan tokoh-
tokoh informal maupun formal sebagai responden kunci. Penentuan responden untuk survei pakar dilakukan dengan teknik secara
sengaja purposive sampling. Responden yang dipilih memiliki kepakaran terhadap bidang sesuai dengan penelitian ini yaitu budidaya laut untuk komoditi
rumput laut dan ikan kerapu. Beberapa pertimbangan dalam menentukan pakar yang dijadikan responden adalah: a mempunyai pengalaman yang kompeten
sesuai dengan bidang yang dikaji; b memiliki reputasi, kedudukanjabatan dalam kompetensinya dengan bidang yang dikaji; dan c memiliki kredibilitas yang
tinggi, bersedia, dan atau berada pada lokasi yang dikaji Marimin, 2004. Jumlah
responden pakar ialah sembilan responden terdiri atas unsur pemerintah, petani budidaya rumput laut, pengusaha budidaya ikan kerapu, pedagang pengumpul,
pengusaha pengolahan rumput laut, akademisi, peneliti, lembaga swadaya masyarakat LSM.
c. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer yakni data yang dikumpulkan melalui
metode observasi dan pengukuran langsung terhadap obyek penelitian di lapangan. Data sekunder yakni melalui pengumpulan data dari instansi terkait dan
pernah melakukan penelitian di wilayah penelitian. Jenis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan hasil identifikasi masing-masing atribut dari kelima dimensi
keberlanjutan yaitu: a dimensi ekologi; b dimensi ekonomi; c dimensi sosial-
budaya; d dimensi teknologi-infrastruktur; dan e dimensi hukum-kelembagaan. 3.6.2. Metode Analisis Data
Analisis keberlanjutan budidaya laut untuk komoditi rumput laut dan ikan kerapu di KJA di wilayah kajian dilakukan dengan pendekatan Multi-Dimensional
Scaling MDS yaitu pendekatan dengan Rap-Insus-Seawed Rapid Appraisal – Indeks Sustainability of seaweed Management dan Rap-Insus-Grouper Rapid
Appraisal –Indeks Sustainability of Grouper Management telah dimodifikasi dari program RAPFISH Rapid Assessment Technique for Fisheries yang
dikembangkan oleh Fisheries Center, University of British Columbia Kavanagh, 2001; Pitcher and Preikshot, 2001; Fauzi dan Anna, 2002. Metode MDS dalam
penelitian ini mengembangkan dari Progam Rapfish G77 Alscal VBA dan Excel menjadi Program Simple Rap Insus Marine Culture Alglib .net Windows
Aplication yang lebih mudah. Adapun tahapan analisis keberlanjutan pengelolaan budidaya laut untuk komoditi rumput laut dan ikan kerapu di KJA laut adalah
sebagai berikut:
a. Identifikasi dan Penentuan Atribut Lima Dimensi Keberlanjutan
Tahap pertama dari analisis ini adalah melakukan review dan menentukan atribut dari kelima dimensi keberlanjutan pengelolaan rumput laut di lokasi
penelitian. Penentuan atribut mempertimbangkan prinsip-prinsip sistem budidaya rumput laut berkelanjutan FAO, 2009. Penentuaan atribut untuk
masing-masing dimensi diperoleh melalui review literatur untuk masing- masing dimensi keberlanjutan yang relevan dengan penelitian ini seperti
indikator dari Rapfish Kavanagh, 2001; Tesfamichael dan Pitcher 2006; Charles 2000; Nikijuluw 2002 dan Arifin 2008, Alder et al. 2000,
Soekartawi, 2002, selanjutnya dilakukan wawancara mendalam dengan para pakar masing-masing dimensi untuk dimodifikasi sesuai dengan
kebutuhan atribut dalam penelitian ini.
1. Penentuan atribut untuk dimensi ekologi adalah atribut yang
berpengaruh terhadap keberlanjutan pengelolaan budidaya laut untuk komoditi rumput laut dan ikan kerapu di KJA. Atribut dalam dimensi
ekologi mencerminkan bagaimana kondisi biologi, gentika dan biofisik
perairan dapat mendukung petumbuhan dan produksi, sehingga akan
menopang keberlanjutan pengelolaan rumput laut
2. Penentuan atribut dimensi ekonomi atribut yang berpengaruh terhadap
keberlanjutan pengelolaan budidaya laut untuk komoditi rumput laut dan ikan kerapu di KJA. Atribut dalam dimensi ekonomi
mencerminkan bagaimana usaha budidaya rumput laut memberikan
manfaat ekonomi secara mikro maupun makro sehingga akan
menopang keberlanjutan pengelolaan berdampak terhadap
keberlanjutan pengelolaan budidaya laut untuk komoditi rumput laut dan ikan kerapu di KJA.
3. Penentuan atribut dimensi sosial atribut yang berpengaruh terhadap
keberlanjutan pengelolaan termasuk tatanan sosial di wilayah penelitian. Atribut dalam dimensi sosial-budaya mencerminkan
bagaimana kegiatan sosial-budaya masyarakat setempat dapat menjamin keberlanjutan pengelolaan budidaya laut untuk komoditi
rumput laut dan ikan kerapu di KJA.