Pengelolaan Budidaya Laut TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengelolaan Budidaya Laut

Budidaya laut atau marikultur adalah suatu kegiatan pemeliharaan organisme perairan akuatik laut dalam wadah dan perairan terkontrol dalam rangka memperoleh keuntungan Shell and Lowell, 1993. Secara spasial budidaya laut dapat dilakukan di perairan laut dangkal dan laut dalam Parker, 2002. Perkembangan teknologi saat ini budidaya laut terfokus pada perairan laut dangkal yang terlindung protected shallow sea seperti teluk, selat merupakan perairan karang dan biasanya berupa reef flat dan laguna. Tujuan budidaya laut adalah untuk memproduksi makanan, meningkatkan stok ikan di laut stock enhaccement, memproduksi umpan untuk kegiatan penangkapan ikan atau menghasilkan ikan hias. Budidaya laut berkembang dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan produksi perikanan tangkap, sedangkan permintaan ikan semakin besar seiring dengan pertumbuhan populasi pertumbuhan populasi penduduk dunia yang semakin meningkat Parker, 2002. Menurut DKP 2004 terdapat lima dasar pertimbangan dalam pengembangan budiaya laut antara lain : a. Orientasi Permintaan Pasar market driven orinented. Pemilihan komoditas budidaya laut hendaknya berpijak pada keunggulan komparatif potensi sumberdaya masing-masing daerah, serta berorientasi pada permintaan pasar dan memperhatikan aspek-aspek pemasaran lainnya; b. Dapat dikelola secara ekonomis managable. Besaran skala usaha budidaya laut diarahkan agar secara ekonomis mampu mengintegrasikan pemenuhan kebutuhan sarana produksi, pelaksanaan proses produksi, pengolahan, pemasaran hasil dan pengelolaan lingkungan dalam suatu sistem yang mapan, sehingga menghasilkan sistem usaha yang berdaya saing dan berkelanjutan; c. Partisipasi masyarakat pembudidaya participatory. Kawasan budidaya laut dibangun atas dasar kebersamaan ekonomikerjasama antar pembudidaya dalam kelompokkoperasi yang dikelola secara transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan adil, sehingga menghasilkan sistem usaha budidaya yang berkeadilan; d. Keterpaduan sistem usaha budidaya integrated culture system. Pengembangan kawasan budidaya pada dasarnya dibangun melalui pendekatan akuabisnis secara utuh, terpadu dan berkelanjutan, baik pada intra maupun inter subsistem dalam sistem usaha budidaya; e. Kelengkapan sarana dan prasarana infrasructure capacity. Ketersediaan sarana prasarana pendukung, seperti jalan penghubung, pelabuhan ekspor, listrik, telpon, dan fasilitas air bersih sangat mempengaruhi tingkat efisiensi dan evektifitas kawasan usaha budidaya yang dibangun.

2.2. Pengembangan Budidaya Rumput Laut