Tabel 6. Matrik kesesuaian dan sistem penilaian kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kerapu di KJA
Variabel Kisaran
Angka Penilaian
A Bobot
B Skor
AXB Sumber
1 2
3 4
5 6
Kecepatan Arus
cmdetik 20 - 50
10 - 19 51 - 75 10 75
5 3
1 3
15 9
3 Gufron dan
Kordi 2005 ; DKP 2002
Kedalaman Perairan m
15-25 5 – 15 dan 26 – 35
5 dan 35 5
3 1
3 15
9 3
DKP 2003 Radiarta et al.
2003 Material
Dasar Perairan
Berpasir dan Pecahan
Karang Pasir Berlumpur
Lumpur 5
3 1
2 10
6 2
Radiarta et al. 2003
Oksigen Terlarut
mgl 6
4 – 6 4
5 3
1 2
10 6
2 Bakosurtanal
1996 ; Wibisono
2005
Kecerahan Perairan m
5 3 -5
3 5
3 1
2 10
6 2
DKP 2003 Radiarta et al.
2003 Suhu Perairan
o
28 – 30 C
25 – 27 dan 31 - 32 25 dan 32
5 3
1 2
10 6
2 DKP 2002 ;
DKP 2003 ; Romimohtarto
2003
Salinitas Perairan ppt
30 – 35 20 – 29
20 dan 35 5
3 1
2 10
6 2
Radiarta et al. 2003 ; SNI :
01 – 6487.3 - 2000
pH 6,5 - 8,5
4 4 dan 9,5
– 6, 4 dan 8,5 – 9 5
3 1
1 5
3 1
Bakosurtanal 1996 ;
Romimohtarto, 2003
Keterangan: 1. Angka Penilaian berdasarkan petunjuk Kementerian Kelautan dan Perikanan
2002 yaitu : 5
: Baik 3
: Sedang 1
: Kurang 2. Bobot berdasarkan pertimbangan pengaruh variable dominan studi literature
dan pendapat pakar 3. Skor adalah angka penilaian dikalikan dengan bobot
Interval kelas kesesuaian perairan diperoleh berdasarkan metode Equal Interval Prahasta, 2002, selang tiap-tiap kelas diperoleh dari jumlah perkalian
nilai maksimum tiap bobot dan skor dikurangi jumlah perkalian nilai minimumnya yang kemudian dibagi jumlah kelas, kelas kesesuaian dibagi 4 yaitu
sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. Maka dapat dinyatakan dengan rumus di bawah ini:
Selang kelas = Σ 3
Bi x Si max – Σ Bi x Si min
Kisaran nilai skor dan kelas kesesuaian hasil evaluasi kesesuaian perairan untuk lokasi budidaya rumput laut dan budidaya ikan kerapu di KJA di perairan
Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Kisaran nilai skor dan kelas kesesuaian perairan untuk budidaya ikan
kerapu di KJA No Kisaran Nilai Skor
Tingkat Kesesuaian
1
Hasil Evaluasi
2
1 85 -100
S1 Sangat Sesuai
2 75 - 84
S2 Sesuai
3 65 -74
S3 Sesuai bersyarat
4 65
N Tidak sesuai
Keterangan : :
1
Rekomendasi DKP 2002 :
2
Bakosurtanal 1996 Metode yang digunakan dalam menentukan kelas kesesuaian perairan
adalah scoring atau pembobotan. Maksudnya, setiap parameter diperhitungkan dengan pembobotan yang berbeda. Bobot yang digunakan sangat tergantung dari
percobaan atau pengalaman empiris yang telah dilakukan. Semakin banyak sudah diuji coba, semakin akuratlah metode scoring yang yang digunakan. Metode
scoring menggunakan pembobotan untuk setiap kesesuaian suatu parameter. Tujuan dari pembobotan ini adalah untuk membedakan nilai pada tingkat
kesesuaian agar bisa diperhitungkan dalam perhitungan akhir zonasi dengan menggunakan metode scoring.
Tahapan berikutnya yang penting adalah proses overlay. Overlay adalah proses menumpukkan 2 atau lebih data pada cakupan lokasi yang sama agar
diketahui kondisi beberapa parameter pada lokasi tersebut. Pada kesesuaian perairan overlay memiliki peran yang penting untuk mempertimbangkan
kelayakan suatu wilayah untuk tujuan tertentu. Setelah proses overlay, selanjutnya menghitung indeks overlay berdasarkan metode indeks Overlay Model Bonham
dan Carter,1994. Hasil overlay merupakan gabungan data spasial dan atribut dari suatu wilayah. Jadi, tidak hanya batas polygon tetapi juga atribut yang ada dalam
polygon tersebut. Proses overlay biasanya hanya bisa menggunakan input dari dua layer. Apabila digunakan banyak layer, overlay dilakukan satu persatu pada layer
tersebut. Tahapan analisis overlay untuk kesesuaian perairan untuk budidaya laut disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Tahapan analisis overlay Penamaan data hasil overlay juga harus sederhana tapi menggambarkan
tahapan overlay. Diusulkan pemberian nama dengan penomoran. Sebagai contoh Ov_01, Ov_02 dan seterusnya. Hasil dari overlay tersebut adalah file Ov_01.
Tahap berikutnya data Ov_01 di-overlay dengan data Salinity yang menghasilkan Ov_02. Hal ini dilakukan seterusnya sampai semua data sudah di-overlay. Perlu
diketahui bahwa overlay tidak harus dilakukan secara berurutan seperti yang terlihat pada gambar. Urutan yang lain akan memberikan hasil overlay yang sama.
Apabila ada layer yang tidak ada, maka overlay dilakukan dengan layer yang tersedia. Tentu saja hal ini akan mengurangi jumlah overlay dan akan mengurangi
kualitas dari hasil zonasi kesesuaian. Keterbatasan pada kelengkapan data perlu disampaikan ketika menyampaikan hasil dari zonasi kesesuaian.
3.5. Daya Dukung Perairan
Penentuan daya dukung perairan untuk budidaya laut dilakukan untuk komoditi rumput laut dan budidaya ikan kerapu di KJA dilakukan untuk
mengetahui luas perairan yang dapat didukung bagi pertumbuhan optimal komoditi yang dibudidayakan. Pendekatan yang dugunakan dalam menentukan
daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut menggunakan 2 dua pendekatan yaitu pendekatan berdasarkan kapasitas perairan dan pendekatan
berdasarkan kapasitas asimilasi nitrat. Selanjutnya penentuan daya dukug untuk budidaya ikan kerapu di KJA dilakukan dengan 2 dua pendekatan yaitu
pendekatan berdasarkan kapasitas perairan dan pendekatan berdasarkan total
loading N. 3.5.1. Metode Pengumpulan Data
a. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei pengukuran di lapangan dan wawancara langsung dengan responden menggunakan daftar pertanyaan
kuesioner, wawancara mendalam deep interview dan peralatan visual. Sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan melalui desk study dari
berbagai sumber, seperti: BPS, Instansi terkait, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, publikasi ilmiah buku, jurnal, disertasi, laporan hasil penelitian,
prosiding, dan lain-lain. Penentuan responden dari dilakukan secara purposive random sampling
Walpole, 1995. Responden yang dipilih adalah petani rumput laut sebanyak 90 orang dan pembudidaya ikan kerapu di KJA sebanyak 4 perusahaan. Disamping
itu, juga dilakukan wawancara mendalam dengan tokoh-tokoh informal maupun formal sebagai responden kunci.
b. Jenis Data
Data primer yang digunanakan untuk analisis daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut dan budidaya ikan kerapu di KJA adalah data primer dan
data sekunder. Secara rinci jenis data, metode pengumpulan data dan sumber data yang dibutuhkan disajikan pada Tabel 8 dan 9.
Tabel 8. Paramater, satuan dan metode pengumpulan dan sumber data pada analisis daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut
No Parameter
Satuan Metode
Pengumpulan Data
Sumber Data A. Pendekatan Kapasitas Perairan
1 Luas kesesuain perairan
ha Analisis GIS
Penelitian ini 2
Panjang unit budidaya m
Wawancara Petani rumput laut
3 Lebar unit budidaya
m Wawancara
Petani rumput laut 4
Lebar sampan dan katir m
Wawancara Petani rumput laut
B. Pendekatan Kapasitas Asimilasi
1 Luas kesesuain perairan
ha Analisis GIS
Penelitian ini 2
Rata-rata kedalaman perairan m
Interpretasi Peta Batimetri
3 Frekuensi pasang surut
kali Analisis pasut
Penelitian ini 4
Pasang tertinggi m
Analisis pasut Penelitian ini
5 Surut terendah
m Analisis pasut
Penelitian ini 6
Baku mutu N mgl
Studi pustaka KepmenLH
7 Kemampuan penyerapan N
rumput laut jenis hijau mgg berat
keringjam Studi pustaka
Pong, 2007; Herlinah 2008
8 Kemampuan penyerapan N
rumput laut jenis coklat mgg berat
keringjam Studi pustaka
Pong, 2007; Herlinah 2008
9 Jumlah tali ris per unit
buah Wawancara
Petani rumput laut 10
Jumlah rumpun per tali ris buah
Wawancara Petani rumput laut
11 Berat bibit per rumpun
gr Wawancara
Petani rumput laut
Tabel 9. Paramater, satuan dan metode pengumpulan dan sumber data pada analisis daya dukung perairan untuk budidaya ikan kerapu di KJA
No Parameter
Satuan Metode
Pengumpulan Data
Sumber Data A. Pendekatan Kapasitas Perairan
1 Luas Kesesuain Perairan
ha Analisis GIS
Penelitian ini 2
Panjang Unit Budidaya m
Wawancara Petani rumput laut
3 Lebar Unit Budidaya
m Wawancara
Petani rumput laut 4
Lebar Sampan dan Katir m
Wawancara Petani rumput laut
B. Pendekatan Konsentrasi N di Perairan
1 Luas Kesesuain Perairan
ha Analisis GIS
Penelitian ini 2
Rata-rata Kedalaman Perairan m
Interpretasi Peta Batimetri
3 Frekuensi Pasang Surut
kali Analisis pasut
Penelitian ini 4
Pasang Tertinggi m
Analisis pasut Penelitian ini
5 Surut Terendah
m Analisis pasut
Penelitian ini 6
Panjang Petakan Per Unit KJA m
Wawancara Pembudidaya
7 Lebar Petakan Per Unit KJA
m Wawancara
Pembudidaya 8
Kedalaman Petakan Per Unit KJA m
Wawancara Pembudidaya
9 Padat Tebar Benih
ekorm Wawancara
3
Pembudidaya 10
Jumlah Petakan Per Unit KJA buah
Wawancara Pembudidaya
11 Lama Pemeliharaan
bulan Wawancara
Pembudidaya 12
Jumlah Pakan yang diberikan kg
Wawancara Pembudidaya
13 Kadar N dalam Pakan
Studi Pustaka Hasil Penelitian
14 Kadar P dalam Pakan
Studi Pustaka Hasil Penelitian
15 Jumlah Pakan yang dimakan
kg Studi Pustaka
Hasil Penelitian 16
Tingkat Kecernaan N Kerapu Studi Pustaka
Hasil Penelitian 17
Tingkat Kecernaan P Kerapu Studi Pustaka
Hasil Penelitian 18
N Tersimpan Dalam Daging Studi Pustaka
Hasil Penelitian 19
P Tersimpan Dalam Daging Studi Pustaka
Hasil Penelitian 20
Rata-Rata Bobot Bibit Ikan gr
Wawancara Pembudidaya
21 Rata-Rata Bobot Ikan Saat Panen
gr Wawancara
Pembudidaya 22
N Baku Perairan Untuk Budidaya mgl
Studi Pustaka KepMen LH No 51
Tahun 2004 23
Jumlah Penduduk di Sekitar Teluk orang
Studi Pustaka BPS
24 Jumlah Ternak Sapi
ekor Studi Pustaka
BPS 25
Jumlah Ternak Kambing ekor
Studi Pustaka BPS
26 Jumlah Ternak Ayam
ekor Studi Pustaka
BPS 27
Produksi Tambak Udang tonth
Studi Pustaka DKP Sumbawa
28 Produksi Tambak Bandeng
Tonth Studi Pustaka
DKP Sumbawa 29
Produksi Hatchrey Ekorth
Studi Pustaka DKP Sumbawa
30 Produksi Lahan Pertanian
Tonth Studi Pustaka
Dinas Pertanian Sumbawa