Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Rumput Laut

Tabel 24. Luas kesesuaian, pemanfaatan dan potensi perairan untuk budidaya rumput laut dirici perkecamatan No Kecamatan Kelas Potensi Sudah Dimanfaatkan Belum Dimanfaatkan Luas ha Luas ha Luas ha 1 Empang S1 4.970,50 42 1.167 24 8.503 47 S2 4.699,90 Jumlah 9.670,41 2 Moyo Hilir S1 - 7 852 18 844 5 S2 1.696,30 Jumlah 1.696,30 3 Lape S1 1.989,79 28 979 20 5.347 30 S2 4.336,39 Jumlah 6.326,18 4 Plampang S1 729,21 23 1868 38 3.299 19 S2 4.438,10 Jumlah 5.167,31 Total Kesesuaian 22.860,19 100 4.866 100 17.993 100 Sumber: Hasil Analisis 2013 Berdasarkan analisis kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut sistem long-line, menunjukkan bahwa di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa masih memiliki potensi perairan yang cukup luas untuk dimanfaatkan bagi peningkatan produksi rumput laut. Kondisi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah menetapkan wilayah ini sebagai kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi dan sebagai sentra pengembangan perikanan budidaya melalui program PIJAR untuk mendukung industrialisasi perikanan budidaya, khususnya budidaya laut. Namum peningkatan produksi tersebut harus memperhatikan daya dukung lingkungan perairan. Sebab apabila daya dukung terlampaui maka budidaya rumput laut yang kini menjadi andalan masyarakat pesisir untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan mereka tidak akan berkelanjutan. 5.1.2. Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Ikan Kerapu di KJA Penilaian kesesuaian perairan sebagai faktor penentu dalam pengembangan budidaya ikan kerapu di perairan Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa didasarkan atas beberapa parameter kesesuaian sebagai berikut: kecepatan arus, kedalaman, kecerahan, pH, salinitas, substrat, DO dan suhu perairan. Dalam penelitian ini, penentuan kelas kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kerapu sistem didasarkan pada klasifikasi menurut FAO 1976, namun dengan pertimbangan perairan yang dievaluasi adalah perairan teluk, sehingga kelas kesesuaian dibagi kedalam 3 tiga kelas kesesuaian yaitu sangat sesuai S1, sesuai S2 dan tidak sesuai S3 dengan nilai skor masing-masing 3, 2 dan 1 DKP, 2002. Berdasarlan hasil analisis kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kerapu maka diperoleh luas perairan berdasarkan kategori kesesuaian perairan yaitu: luas perairan yang sangat sesuai S1 seluas 11.511,48 ha atau 24,63 , luas perairan yang sesuai S2 seluas 16.302,70 ha atau 34,90 dan luas perairan yang sesuai bersyarat S3 seluas 16.31,41 ha atau 96,47 dan luas perairan yang tidak sesuai S2+S2 seluas 2.609,70 ha atau 5,58 . Secara rinci luas perairan berdasarkan kelas kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kerapu di perairan Teluk Saleh disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Luas perairan menurut kelas kesesuain perairan untuk budidaya ikan kerapu di KJA No Kelas Kesesuaian Luas Perairan ha 1 Sangat Sesuai S1 11.511,48 24,63 2 Sesuai S2 16.302,70 34,88 3 Sesuai Bersyarat S3 16.313,41 34,90 4 Tidak Sesuai N 2.609,70 5,58 Sumber: Hasil Analisis 2013 Tabel di atas menunjukkan bahwa wilayah perairan di Teluk Saleh Kabupaten yang potensi untuk budidaya rumput laut adalah seluas 27.814,14 ha S1 dan S2. Luas wilayah perairan yang sudah dimanfaatkan hingga tahun 2010 hanya seluas 46 ha atau tingkat pemanfaatan sebesar 0,02. Kondisi ini menunjukkan bahwa wilayah perairan Teluk Saleh sangat prospek untuk dikembangkan karena masih memiliki potensi perairan yang belum dimanfaatkan sebesar 99,08 atau seluas 27.769 ha. Secara spasial luas perairan berdasarkan kelas kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kerapu di perairan Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa disajikan pada Gambar 30. Gambar 30. Peta kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kerapu di Perairan Teluk Saleh 129 Luas wilayah perairan untuk budidaya ikan kerapu di KJA, apabila dirinci menurut administrasi kecamatan menunjukkan bahwa sebagian besar terdapat di Kecamatan Lape yaitu seluas 10.386 ha 37 . Tingkat pemanfaatan wilayah perairan masih sangat rendah hanya sebesar 0,001 , sehingga masih terdapat 10.376 ha wilayah perairan yang belum dimanfaatkan. Selanjutnya di Kecamatan Empang dan Kecamatan Plampang terdapat wilayah perairan yang sangat sesuai dan sesuai untuk budidaya ikan kerapu di KJA seluas 6.647 ha 24 dan 8.150 ha 29 . Tingkat pemanfaatan wilayah perairan hanya sebesar 0,005 dan 0,004 , sehingga masih terdapat wilayah perairan yang belum dimanfaatkan seluas 6.616 ha dan 8.147 ha. Sedangkan di Kecamatan Moyo Hilir memiliki wilayah perairan paling rendah dan secara keseluruhan belum ada pemanfaatan yaitu seluas 2.630 Secara rinci luas kesesuaian, pemanfaatan dan potensi perairan untuk budidaya rumput laut dirinci per-kecamatan disajikan pada Tabel 26. Tabel 26. Luas kesesuaian, pemanfaatan dan potensi perairan untuk budidaya ikan kerapu di KJA dirinci perkecamatan No Kecamatan Kelas Potensi Sudah Dimanfaatkan Belum Dimanfaatkan Luas ha Luas ha Luas ha 1 Empang S1 900,88 24 32 69 6.616 24 S2 5.746,32 Jumlah 6.647,20 2 Moyo Hilir S1 1.404,69 10 - - 2.630 9 S2 1.225,35 Jumlah 2.630,04 3 Lape S1 7.231,08 37 11 24 10.376 37 S2 3.155,78 Jumlah 10.386,87 4 Plampang S1 1.974,82 29 3 7 8.147 29 S2 6.175,25 Jumlah 8.150,07 Total Kesesuaian 27.814,18 100 46 100 27.769 100 Sumber: Hasil Analisis 2013 Berdasarkan analisis kesesuaian perairan untuk budidaya ikan kerapu di KJA, menunjukkan bahwa di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa masih memiliki potensi perairan yang sangat luas untuk dimanfaatkan bagi peningkatan produksi ikan kerapu. Kondisi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah menetapkan wilayah ini sebagai kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi dan sebagai sentra pengembangan perikanan budidaya untuk mendukung industrialisasi perikanan budidaya, khususnya budidaya laut. Budidaya ikan kerapu di KJA di wilayah penelitian selama lima tahun terakhir belum berkembang, usaha ini membutuhkan modal cukup besar sehingga umumnya dilakukan oleh pengusaha pemilik modal besar. Kebijakan pemerintah daerah saat ini, kurang memprioritaskan pengembangan budidaya ikan kerapu dibandingkan dengan budidaya rumput laut yang diimplementasikan melalui program PIJAR. Rendahnya perhatian pemerintah untuk pengembangan komoditi ikan kerapu menyebabkan perkembangan usaha budidaya komoditi ini cenderung tidak berkembang dibandingkan dengan rumput laut. Namun di masa mendatang seiring dengan meningkatnya permintaan pasar dan ketertarikan pemodal berinvesatasi pada budidaya ikan kerapu dan di dukung oleh ketersediaan wilayah perairan yang sangat luas di wilayah penelitian, maka usaha budidaya harus memperhatikan kemampuan daya dukung lingkungan perairan untuk menjamin budidaya ikan secara ekonomi dapat berkelanjutan. 5.2. Daya Dukung Perairan Budidaya Laut 5.2.1. Daya Dukung Perairan Budidaya Rumput Laut Budidaya rumput laut merupakan usaha yang sedang berkembang saat ini dan memiliki prospek baik untuk dikembangkan seiring dengan kebijakan pemerintah daerah dengan menetapkan rumput laut sebagai komoditas unggulan. Budidaya rumput laut diyakini dapat memberikan kontribusi ekonomi bagi daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat wilayah pesisir. Kebijakan pemerintah daerah saat ini menetapkan wilayah Teluk Saleh sebagai kawasan strategis bagi pertumbuhan ekonomi daerah melalui program “PIJAR” untuk peningkatan produksi rumput laut melalui budidaya rumput laut secara berkelanjutan. Keberlanjutan budidaya rumput laut secara ekologi mensyaratkan aspek kemampuan daya dukung lingkungan perairan. Konsep daya dukung yang dikembangkan dalam usaha budidaya rumput laut adalah konsep daya dukung ekologis dengan tetap memperhatikan dimensi-dimensi lainnya. Daya dukung ekologis, menurut Pigram 1993 dinyatakan sebagai tingkat maksimum penggunaan suatu kawasan, berupa jumlah maupun yang diakomodasikan di dalamnya sebelum terjadi penurunan kualitas ekologis kawasan tersebut. Pengukuran daya dukung perairan didasarkan pada kapasitas maksimum lingkungan perairan untuk mendukung pertumbuhan optimal suatu organisme. Kemampuan daya dukung perairan mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan rumput laut dari aspek ekologis. Apabila budidaya rumput laut telah melampaui kemampuan daya dukung perairan, maka akan mengakibtkan penurunan kualitas lingkungan untuk pertumbuhan optimal rumput laut. Penentuan daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui luas perairan yang dapat didukung oleh lingkungan perairan agar rumput laut yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Analisis daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut di wilayah kajian dilakukan dengan menggunakan 2 dua pendekatan, yaitu: 1 penentuan daya dukung berdasarkan kapasitas perairan; dan 2 penentuan daya dukung berdasarkan kapasitas asimilasi N di perairan. Berikut ini akan disajikan hasil analisis penentuan daya dukung perairan untuk masing- masing pendekatan yang digunakan dalam penentuan daya dukung parairan untuk budidaya rumput laut di wilayah penelitian tersebut. Pendekatan Kapasitas Perairan Penentuan daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut berdasarkan “Kapasitas Perairan” dipengaruhi oleh luas areal budidaya yang sesuai kategori sangat sesuai dan sesuai berdasarkan analisis GIS pada tujuan pertama dalam penelitian ini dan sistem budidaya rumput laut yang diterapkan di wilayah penelitian yaitu budidaya rumput laut sistem long-line. Perhitungan analisis daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut berdasarkan kapasitas perairan secara rinci disajikan pada Lampiran. 11. Hasil analisis daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut berdasarkan “Kapasitas Perairan”, diperoleh luas daya dukung perairan untuk kategori kesesuaian perairan sangat sesuai dan sesuai seluas 12.309,34 ha atau 31.564 unit. Secara rinci luas daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut di wilayah penelitian disajikan pada Tabel 27. Tabel 27. Daya dukung budidaya rumput laut berdasarkan kapasitas perairan No Luas Perairan ha Kapasitas Perairan Daya Dukung Pemanfaatan Perairan ha ha unit Sudah Belum 1 Sangat Sesuai S1 53,85 4.140,80 10.866 4.866 7443,34 2 Sesuai S2 8.169,41 20.947 Jumlah 53,85 12.309,34 31.564 4.866 7443,34 Sumber: Hasil Analisis 2013 Tabel di atas menunjukkan bahwa luas perairan yang dapat didukung untuk budidaya rumput laut adalah seluas 12.309,34 ha atau sebanyak 31.563 unit budidaya. Luas wilayah perairan yang sudah dimanfaatkan hingga tahun 2010 adalah seluas 4.866 ha atau tingkat pemanfaatan baru mencapai 39 . Kondisi ini menunjukkan bahwa wilayah perairan Teluk Saleh masih memiliki potensi perairan yang belum dimanfaatkan sebesar 61 atau seluas 7443.34 ha atau unit. Jumlah unit budidaya yang dapat didukung bila dikonversikan ke dalam volume produksi dimana rata-rata volume produksi untuk satu unit budidaya sebesar 4,9 ton, maka potensi volume produksi rumput laut kering yang dapat diproduksi oleh wilayah perairan Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa adalah sebesar 621.148 ton per tahun. Daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa, apabila dirinci menurut administrasi kecamatan menunjukkan bahwa sebagian besar potensi perairan terdapat di Kecamatan Empang yaitu seluas 5.207 ha 42 . Tingkat pemanfaatan wilayah perairan hanya sebesar 22 , sehingga masih terdapat 4.040 ha wilayah perairan yang belum dimanfaatkan. Selanjutnya di Kecamatan Lape dan Kecamatan Plampang terdapat potensi perairan seluas 3.406,40 ha 28 dan 2.782,40 ha 23 . Tingkat pemanfaatan wilayah perairan hanya sebesar 28 dan 67 , sehingga masih terdapat wilayah perairan yang belum dimanfaatkan seluas 2.427 ha dan 914 ha. Sedangkan di Kecamatan Moyo Hilir memiliki wilayah perairan yang paling sedikit yaitu seluas 913 ha 7 dan tingkat pemanfaatan paling tinggi yaitu sebesar 80 , sehingga hanya terdapat 61 ha wilayah perairan yang belum dimanfaatkan. Secara rinci daya dukung perairan laut berdasarkan kapasitas perairan dan tingkat pemanfaatan perairan untuk budiddaya rumput, per- kecamatan disajikan pada Tabel 28. Tabel 28. Daya dukung perairan berdasarkan kapasitas perairan dan tingkat pemanfaatan dirinci perkecamatan No Kecamatan Kelas Daya Dukung Sudah Dimanfaatkan Belum Dimanfaatkan ha unit ha unit ha unit 1 Empang S1 2.673,43 6.863 1.167 2.992 4.040 10.359 S2 2.530,72 6.489 Jumlah 5.207,14 13.352 1.167 2.992 4.040 10.359 2 Moyo Hilir S1 - - 852 2.185 61 157 S2 913,39 2.342 Jumlah 913,13 2.342 852 2.185 61 157 3 Lape S1 1.071,43 2.747 979 2.510 2.427 6.224 S2 2.334,98 5.987 Jumlah 3.406,40 8.734 979 2.427 6.224 4 Plampang S1 392,65 1.007 1.868 4.790 914 2.345 S2 2.389,75 6.128 Jumlah 2.782,40 2.505 1.868 4.790 914 2.345 Total Kesesuaian 12.309,34 31.563 4.866 12.476,92 7.443,24 19.085,48 Sumber: Hasil Analisis 2013 Pendekatan Kapasitas Asimilasi N Penentuan daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut berdasarkan “Kapasitas Asimilasi N” dipengaruhi oleh jenis rumput laut yang dibudidayakan, luas areal budidaya yang sesuai kategori sangat sesuai dan sesuai berdasarkan analisis GIS pada tujuan pertama penelitian ini dan flushing time. Perhitungan analisis daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut berdasarkan kapasitas asimilasi N di perairan Teluk Saleh secara rinci disajikan pada Lampiran 4. Hasil analisis daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut berdasarkan “Kapasitas Asimilasi N”, diperoleh luas daya dukung perairan untuk jenis rumput laut hijau seluas 21.232,91 ha atau 54.443 unit dan daya dukung jenis rumput laut coklat seluas 16.900,94 ha atau 43.325 unit. Luas wilayah perairan yang sudah dimanfaatkan hingga tahun 2010 untuk budidaya rumput laut jenis hijau seluas 21.232,91 ha 54.443 unit, sedangkan untuk rumput laut jenis coklat seluas 16.900,94 ha 43.325 unit. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih terdapat potensi perairan yang belum dimanfaatkan untuk rumput laut jenis coklat seluas 34.704,15 ha atau 88.985 unit dan untuk rumput laut jenis hijau seluas 14.873,21 ha atau 38.136 unit. Secara rinci luas daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut di wilayah penelitian disajikan pada Tabel 29. Selanjutnya apabila daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut berdasarkan kapasitas asimilasi N perairan dirinci menurut administrasi kecamatan menunjukkan sebagian besar potensi perairan terdapat di Kecamatan Empang yaitu untuk jenis rumput laut coklat seluas 7.149,50 ha atau 18.332 unit dan rumput laut hijau seluas 8.982,02 ha atau 23.031 unit. Untuk di Kecamatan Lape untuk jenis rumput laut hijau seluas 5.875,86 ha atau 15.006 unit dan jenis rumput laut coklat seluas 4.677,06 ha atau 11.992 unit, di Kecamatan Plampang terdapat potensi perairan untuk jenis rumput laut hijau seluas 4.799,48 ha atau 12.306 unit dan daya dukung jenis rumput laut coklat seluas 3.820,28 ha atau 9795 unit. Sedangkan di Kecamatan Moyo Hilir memiliki potensi perairan yang paling sedikit yaitu untuk jenis rumput laut hijau seluas 1.575,55 ha atau 4.040 unit dan daya dukung jenis rumput laut coklat seluas 1.254,10 ha atau 3.216 unit. Secara rinci daya dukung perairan laut berdasarkan kapasitas perairan dan tingkat pemanfaatan perairan untuk budiddaya rumput, per-kecamatan disajikan pada Tabel 30. Tabel 29. Daya dukung rumput laut berdasarkan kapasitas asimilasi N dan tingkat pemanfaatan No Luas Perairan ha Daya Dukung Sudah Dimanfaatkan Belum Dimanfaatkan RL Hijau RL Coklat RL Hijau RL Coklat RL Hijau RL Coklat ha unit ha unit ha ha ha unit ha unit 1 Sangat Sesuai S1 7.142,14 18.313 5.684,99 14.557 1.495,80 3.406,20 14.873,21 38.136 34.704,15 88.985 2 Sesuai S2 14.090,77 36.130 11.215,96 28.759 Jumlah 21.232,91 54.443 16.900,94 43.325 1.459,8 3.406,2 14.873,21 38.136 34.704,15 88.985 Tabel 30. Daya dukung rumput laut berdasarkan kapasitas asimilasi N dan tingkat pemanfaatan dirinci perkecamatan No Kecamatan Daya Dukung Sudah Dimanfaatkan Belum Dimanfaatkan RL Hijau RL Coklat RL Hijau RL Coklat RL Coklat RL Hijau ha unit ha unit ha unit ha unit ha unit ha unit 1 Empang S1 4.616,68 11.838 3.674,78 9.423 350,1 897 816,9 2.094 10.475,5 26.859 4.489,5 11.511 S2 4.365,34 11.193 3.474,72 8.910 Jumlah 8.982,02 23.031 7.149,50 18.332 350,1 897 816,9 2.094 10.475,5 26.859 4.489,5 11.511 2 Moyo Hilir S1 - - - - 255,6 655 596,4 1.529 1.384,6 3.549 593,4 1.521 S2 1.575,55 4.040 1.254,10 3.216 Jumlah 1.575,55 4.040 1.254,10 3.216 255,6 655 596,4 1.529 1.384,3 3.549 593,2 1.521 3 Lape S1 1.848,15 4.739 1.471,09 3.772 293,7 753 685,3 1.757 6.701,8 17.183 2.872,2 7.364 S2 4.020,70 10.327 3.205,97 8.220 Jumlah 5.875,86 15.066 4.677,06 11.992 293,7 753 685,3 1.757 6.701,7 17.183 2.872,1 7.364 4 Plampang S1 677,30 1.737 539,12 1.382 560,4 1.437 1.307,6 3.353 4.726,4 12.118 2.025,6 5.193 S1 4.122,18 10.570 3.281,17 8.413 Jumlah 4.799,48 12.306 3.820,28 9.795 560,4 1.437 1.307,6 3.352 4.726,2 12.118 2.025,5 5.193 Total Keseluruhan 21.232,91 54.443 16.900,94 43.325 1.459,8 3.742 3.406,2 8.733 23.287,4 59.709 9.980,3 25.589 136

5.2.2. Daya Dukung Perairan untuk Budidaya Ikan Kerapu di KJA

Budidaya ikan kerapu di KJA merupakan usaha yang perkembangannya lambat dibandingkan dengan budidaya ikan kerapu di KJA. Namun di masa mendatang usaha budidaya ikan kerapu di KJA diyakini akan menjadi komoditi unggulan daerah. Penentuan daya dukung perairan untuk budidaya ikan kerapu di KJA dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui luas perairan yang dapat didukung oleh lingkungan perairan agar budidaya ikan kerapu di KJA dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Analisis daya dukung perairan untuk budidaya ikan kerapu di KJA di wilayah kajian dilakukan dengan menggunakan 2 dua pendekatan, yaitu: 1 penentuan daya dukung berdasarkan kapasitas perairan; dan 2 penentuan daya dukung yang mengacu pada pasokan total-N yang terbuang ke perairan. Pendekatan Kapasitas Perairan Penentuan daya dukung perairan untuk budidaya Kerapu berdasarkan “Kapasitas Perairan” dipengaruhi oleh luas areal budidaya yang sesuai kategori sangat sesuai dan sesuai berdasarkan analisis GIS pada tujuan pertama dalam penelitian ini dan sistem budidaya Kerapu yang diterapkan di wilayah penelitian yaitu budidaya kerapu di KJA. Perhitungan analisis daya dukung perairan untuk budidaya Kerapu berdasarkan kapasitas perairan secara rinci disajikan pada Lampiran 5. Hasil analisis daya dukung perairan untuk budidaya kerapu di KJA berdasarkan “Kapasitas Perairan”, diperoleh luas daya dukung perairan untuk kategori kesesuaian perairan sangat sesuai seluas 9.892,67 ha atau 96.608 unit dan sesuai seluas 14.010,14 ha atau 136.818 unit. Secara rinci luas daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut di wilayah penelitian disajikan pada Tabel 31. Tabel 31. Daya dukung ikan kerapu di KJA berdasarkan kapasitas perairan No Luas Perairan ha Kapasitas Perairan Daya Dukung Pemanfaatan Perairan ha ha unit Sudah Belum 1 Sangat Sesuai S1 85,94 9.892,67 96.608 46 23.856,81 2 Sesuai S2 14.010,14 136.818 Jumlah 85,94 23.902,81 233.426 46 23.856,81 Sumber: Hasil Analisis 2013 Tabel di atas menunjukkan bahwa luas perairan yang dapat didukung untuk budidaya kerapu adalah seluas 23.902,81 ha atau sebanyak 233.426 unit budidaya. Luas wilayah perairan yang sudah dimanfaatkan hingga tahun 2010 adalah seluas 46 ha atau tingkat pemanfaatan baru mencapai 0,19 . Kondisi ini menunjukkan bahwa wilayah perairan Teluk Saleh masih memiliki potensi perairan yang belum dimanfaatkan sebesar 619,81 atau seluas 83.856,81 ha atau 23.977 unit. Jumlah unit budidaya yang dapat didukung bila dikonversikan ke dalam volume produksi dimana rata-rata volume produksi untuk satu unit budidaya sebesar 4,61 ton, maka potensi volume produksi kerapu yang dapat diproduksi oleh wilayah perairan Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa adalah sebesar 1.074.022,43 ton per tahun. Daya dukung perairan untuk budidaya ikan kerapu di KJA di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa, apabila dirinci menurut administrasi kecamatan menunjukkan bahwa sebagian besar potensi perairan terdapat di Kecamatan Empang yaitu seluas 5.712 ha 23,90 . Tingkat pemanfaatan wilayah perairan hanya sebesar 0,56 , sehingga masih terdapat 5.680 ha wilayah perairan yang belum dimanfaatkan. Selanjutnya di Kecamatan Lape dan Kecamatan Plampang terdapat potensi perairan seluas 8.926,21 ha 37,34 dan 7.003,96 ha 29,30 . Tingkat pemanfaatan wilayah perairan hanya sebesar 0,12 dan 0,04 , sehingga masih terdapat wilayah perairan yang belum dimanfaatkan seluas 87,063 ha dan 68,369 ha. Sedangkan di Kecamatan Moyo Hilir memiliki wilayah perairan seluas 2.260,19 ha 9,46 dimana potensi luas perairan tersebut masih belum termanfaatkan. Secara rinci daya dukung perairan laut berdasarkan kapasitas perairan dan tingkat pemanfaatan perairan untuk budidaya kerapu, per-kecamatan disajikan pada Tabel 32.