Perumusan Masalah PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

menerima limbah organik dari kegiatan di lahan atas upland seperti budidaya tambak, pertanian, perkebunan, peternakan, pemukiman, pariwisata dan pertambangan akan berpengaruh terhadap kapasitas asimilasi dan daya dukung perairan. Oleh karenanya dalam kerangka untuk mendukung implementasi kebijakan pemerintah menjadikan Teluk Saleh sebagai sentra produksi pengembangan budidaya laut, maka diperlukan desain pengelolaan budidaya laut berkelanjutan yang mampu menjamin kelestarian ekosistem dengan memperhatikan keterbatasan kapasitas lingkungan, sehingga mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat dan perekonomian daerah secara berkesinambungan. Budidaya laut memiliki dinamika dan permasalahan yang kompleks terkait kegiatan di wilayah daratan dan budidaya itu sendiri akan berpengaruh terhadap kondisi biofisik dan daya dukung perairan, kondisi sosial ekonomi, kelembagaan dan teknologi budidaya yang saling berhubungan membentuk sebuah sistem yang kompleks. Dinamika dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi saat ini merupakan proses dinamis, disadari sebagai rangkaian kemungkinan kejadian yang diinginkan di masa datang, sangat tergantung dari kebijakan yang diambil saat ini.

1.2. Perumusan Masalah

Produksi perikanan tangkap di Teluk Saleh dalam 10 tahun terakhir, cenderung menurun, disebabkan sumberdaya ikan telah mengalami tangkap lebih. Hal ini terlihat dari produksi perikanan tangkap di perairan pantai tahun 2008 sebesar 30.138,8 ton dari potensi lestari sebesar 24.864,3 ton per tahun Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2009. Menurunnya hasil tangkapan dan kegiatan penangkapan bergantung pada kondisi cuaca dan musim berdampak pada rendahnya penghasilan yang diperoleh dan kehidupan nelayan semakin terpuruk. Rendahnya hasil tangkapan ikan yang diperoleh selama ini, sebagai pemicu utama dilakukannya kegiatan penangkapan tidak ramah lingkungan yang pada akhirnya akan merusak ekosistem perairan seperti terumbu karang. Budidaya tambak udang dan bandeng secara intensif di Teluk Saleh telah berkembang pesat sejak tahun 1990-an. Pengembangan budidaya tambak saat ini dihadapkan pada permasalahan peningkatan konversi hutan mangrove akibat program ekstensifikasi tambak dan meningkatnya luas lahan terlantar sebagai akibat dari program intensifikasi untuk peningkatan produksi tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan perairan. Johnsen et al. 1993 mengatakan bahwa budidaya udang intensif telah terbukti menghasilkan limbah organik terutama dari sisa pakan, kotoran feses dan bahan-bahan terlarut yang dibuang ke lingkungan perairan secara signifikan mempengaruhi kualitas perairan. Pada kegiatan usaha budidaya udang intensif sebanyak 15 dari pakan yang diberikan akan larut dalam air sebagai sisa pakan dan 20 dikembalikan ke lingkungan perairan dalam bentuk feses Primavera and Afud, 1994. Perikanan budidaya laut berkembang cukup pesat dalam sepuluh tahun terakhir, dan termasuk salah satu kegiatan pemanfaatan wilayah pesisir yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan penghasilan masyarakat, penyediaan lapangan kerja dan sumber pendapatan potensial bagi daerah. Seiring dengan kebijakan nasional untuk memacu peningkatan produksi melalui “Program Industrialisasi Kelautan dan Perikanan” menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk perikanan terbesar dunia pada Tahun 2015, memberikan harapan bagi berkembangnya budidaya laut dengan menitikberatkan pada pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan. Program nasional tersebut sinergi dengan program pemerintah Provinsi NTB dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa untuk menjadikan Teluk Saleh sebagai sentra pengembangan budidaya laut sebagaimana tertuang dalam Renstra dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Kondisi eksisting produksi budidaya laut di Teluk Saleh menyumbangkan sekitar 61,49 total produksi budidaya laut Kabupaten Sumbawa. Pada tahun 2006 budiaya laut untuk komoditi rumput laut dan ikan kerapu di Keramba Jaring Apung KJA dilaksanakan oleh lebih dari 683 RTP, pada perairan seluas 3.940,08 ha, dengan volume produksi mencapai 6.703,60 ton. Potensi perairan yang telah dimanfaatkan untuk budidaya laut di perairan Teluk Saleh diperkirakan hanya sekitar 40 dari total luas potensi. Artinya masih terdapat 60 luas perairan perairan yang masih dapat dikembangkan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2009. Belum optimalnya pemanfaatan perairan budidaya laut di Teluk Saleh, disebabkan karena kurang tersedianya data potensi kesesuaian perairan yang akurat berdasarkan kondisi biofisik, kualitas air untuk masing-masing komoditi. Budidaya laut yang berkembang pada perairan yang belum terpetakan kesesuaian pemanfaatannya cenderung tidak terkendali dan berdampak pada kerusakan ekosistem terumbu karang. Luas terumbu karang di Teluk Saleh diperkirakan mencapai 5.319,5 ha dan sebagian besar 75 kondisinya telah rusak. Kerusakan terumbu karang disebabkan karena penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan invasi budiaya laut dengan metode longline di atas areal pertumbuhan terumbu karang serta akibat jangkar budidaya laut. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2009. Beberapa penelitian tentang pemilihan lokasi berdasarkan kesesuaian perairan untuk budidaya laut di perairan Teluk Saleh telah dilakukan, diantaranya Utojo et al. 2004 dan Muis 2004. Secara umum penelitian pemilihan kesesuaian lokasi perairan untuk budidaya laut berdasarkan data penginderaan jauh Landsat ETM+, untuk beberapa parameter biofisik perairan yang dapat terekam oleh citra satelit. Radiarta et al. 2003 penelitian penetuan kesesuaian lokasi perairan untuk budidaya laut sebaikya memadukan antara data inderaja, dan data lapangan terutama data tentang daya dukung lingkungan perairan. Permasalahan pengembangan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa adalah berpotensi menurunkan kualitas perairan dan kerusakan ekosistem yang sulit dipulihkan karena pengembangan budidaya laut yang hanya berorientasi pada peningkatan produksi, dan mengalokasikan input teknologi yang tidak ramah lingkungan untuk memaksimalkan keuntungan dalam jangka pendek tanpa memperhatikan kapasitas asimilasi dan daya dukung perairan. Pengembangan budidaya rumput laut yang sudah dilakukan oleh para pembudidaya di perairan Teluk Saleh telah mulai memberikan tekanan terhadap ekosistem lingkungan perairan sekitar. Dampak yang ditimbulkan yaitu terjadinya penutupan polip-polip hewan karang oleh limbah budidaya dan budidaya yang dilakukan di atas hamparan terumbu karang sehingga terjadi penutupan cahaya yang masuk kedalam ekosistem terumbu karang Nurfiani, 2003. Pengembangan budidaya ikan kerapu di KJA dapat menyebabkan penurunan kualitas perairan akibat masukan bahan organik, terutama berasal dari sisa pakan dan feses yang membusuk. Akumulasi bahan organik di dasar perairan, baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan perairan disekitarnya Beveridge, 1984. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa, budidaya ikan di KJA yang dilakukan secara intensif terbukti menghasilkan limbah budidaya yang terbuang ke lingkungan perairan dan secara nyata dapat mempengaruhi kualitas perairan pesisir Johnsen, et al. 1993; Stainford, 2002. Menurut Azwar et al. 2004 hanya sekitar 70-80 pakan yang diberikan dimanfaatkan oleh ikan melalui proses pencernaan untuk memperoleh energi yang tersimpan dalam jaringan ikan sebagai biomassa. Sisanya akan terbuang sebagai hasil ekskresi baik dalam bentuk terlarut maupun partikel organik yang terbuang ke dalam badan air dan mengalami proses pelarutan, sedimentasi, mineralisasi, dan dispersi. Jumlah pakan yang tidak dikonsumsi dan hasil eksresi umumnya dicirikan oleh adanya peningkatan TSS, BOD dan COD dan kandungan N dan P, namun secara potensial penyebaran dampak buangan limbah yang kaya nutrien dan bahan organik dapat mempengaruhi kualitas perairan pesisir Barg, 1992. Kandungan bahan organik selain bersumber dari budidaya laut di perairan Teluk Saleh dan kegiatan di wilayah darat seperti budidaya tambak udang dan bandeng, limbah pemukiman, peternakan, pertanian dan perkebunan, limbah pariwisata dan limbah pertambangan juga ikut memberikan sumbangan terhadap akumulasi bahan organik yang masuk ke perairan. Peningkatan bahan organik dalam jumlah besar dapat meningkatkan kandungan nitrat dan phospat di perairan tersebut Manik, 2003. Peningkatan konsentrasi nitrat dan phospat dalam suatu perairan yang melebihi kebutuhan normal organisme, merupakan pemicu terjadinya eutrofikasi sehingga menyebabkan terjadinya peledakan populasi fitoplankton blooming dan makro alga di wilayah perairan Wardoyo, 1975. Jhonsen et al. 1993 pengkayaan bahan organik dapat menyebabkan penurunan produktivitas budidaya dan meningkatkan mortalitas komoditas budidaya sebagai akibat dari perkembangan kondisi sedimen di bawah limbah budidaya dapat mempengaruhi kehidupan makrofauna benthik di bawah wadah budidaya. Dengan memperhatikan keterkaitan berbagai aspek permasalahan di atas, maka pertanyaan utama penelitian ini adalah “Bagaimanakah Desain Pengelolaan Budidaya Laut Berkelanjutan di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa?. Selanjutnya secara spesifik permasalahan, sebagai pertanyaan antara penelitian ini adalah: 1. Berapakah luas perairan yang sesuai untuk budidaya laut di Perairan Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa? 2. Berapakah daya dukung perairan untuk budidaya laut di Perairan Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa? 3. Bagaimanakah indeks dan status keberlanjutan setiap dimensi dan multidimensi pengelolaan budidaya laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa? 4. Bagaimanakah strategi pengelolaan budidaya laut berkelanjutan di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa?

1.3. Tujuan Penelitian