Pembangunan Perikanan Berkelanjutan TINJAUAN PUSTAKA

ekologis; dan 4 daya dukung sosial, merupakan tingkat pengembangan budidaya yang dapat diterima oleh masyarakat tanpa memberikan dampak sosial bagi masyarakat. Berdasarkan batasan daya dukung dari berbagai sumber tidak ada definisi baku tentang daya dukung namun lebih difokuskan pada masalah yang mejadi tujuan kajian. Batasan daya dukung dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai kapasitas lingkungan perairan teluk untuk mendukung sejumlah biomassa komoditi budidaya laut untuk dapat tumbuh secara optimal berkelanjutan dalam lingkungan yang telah ditetapkan memenuhi persyaratan kesesuaian perairan untuk masing-masing komoditi. Berdasarkan batasan definisi tersebut potensi perairan dam kondisi biofisik lingkungan perairan serta beban limbah yang masuk ke dalam sistem perairan baik dari budidaya laut itu sendiri maupun sumbangan limbah dari kegiatan di lahan atas Upland, menjadi peubah penentu penduga daya dukung. Estimasi daya dukung perairan untuk menunjang budidaya ikan laut di Keramba Jaring Apung KJA merupakan ukuran kuantitatif yang akan memperlihatkan berapa ikan budidaya yang boleh dipelihara dalam luasan area yang ditentukan tanpa menimbulkan degradasi lingkungan dan ekosistem sekitarnya Piper et al. 1982 dalam Ali, 2003.

2.6. Pembangunan Perikanan Berkelanjutan

Konsep pembangunan berkelanjutan sustainable development pada dekade ini menjadi suatu konsep pembangunan yang diterima oleh banyak Negara di dunia untuk menyelamatkan kehidupan dari kerusakan lingkungan. Konsep ini, semakin sering digunakan oleh banyak negara di dunia termasuk Indonesia dalam mengimplementasikan kebijakan pembangunan baik pada level nasional maupun internasional. Konsep ini juga bersifat multidisiplin karena banyak aspek pembangunan yang harus dipertimbangkan meliputi: aspek ekologi, ekonomi, sosial budaya dan politik. Saat ini keberlanjutan sustainability telah menjadi elemen inti core element bagi banyak kebijakan pemerintah di negara-negara di dunia dan lembaga-lembaga strategis lainnya Ekins dan Simon, 2001. Konsep “Pembangunan Berkelanjutan” ini berawal dari pertemuan konferensi internasional lingkungan hidup di Stockholm, Swedia tahun 1972. Konferensi ini pertama kali dalam sejarah yang di gagas oleh PBB. Sepuluh tahun kemudian PBB kembali menggelar konferensi tentang lingkungan hidup dan pembangunan pada tahun 1982 di Nairobi, Kenya. Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan di Nairobi ini dibawa ke sidang umum PBB tahun 1983, dan oleh PBB dibentuk WCED World Comission on Environment and Development yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland. Komisi ini menghasilkan laporan Our Common Future pada tahun 1987, yang memuat analisis dan saran bagi proses pembangunan berkelanjutan Kay dan Alder, 1999; Beatly et al. 1994. Dalam dokumen itu terkadung definisi “Pembangunan Berkelanjutan” Sustainamble Development, yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu strategi pembangunan yang memberikan ambang batas pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang ada di dalamnya. Ambang batas ini tidak bersifat mutlak tetapi merupakan batas yang fleksible yang tergantung pada kondisi teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan sumberdaya alam serta daya dukung alam carrying capacity untuk menerima dampak kegiatan manusia. Bond et al. 2001 menyatakan bahwa istilah keberlanjutan sustainability didefinisikan sebagai pembangunan dari kesepakatan multidimensional untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik untuk semua orang. Selanjutnya Roderic et al. 1997 menyatakan bahwa keberlanjutan memerlukan pengelolaan tentang skala keberlanjutan ekonomi terhadap dukungan sistem ekologi, pembagian distribusi sumberdaya dan kesempatan antara generasi sekarang dan yang akan datang secara berimbang dan adil, serta efisien dalam pengalokasian sumberdaya. Bedasarkan konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, FAO 1989, mendefinisikan “Pembangunan Perikanan Berkelanjutan” adalah Pengelolaan dan konservasi basis sumberdaya alam, dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan guna menjamin tercapainya dan terpuaskannya kebutuhan manusia generasi saat ini maupun mendatang. Pembangunan perikanan berkelanjutan mengkonservasi perairan, sumberdaya genetik tanaman maupun hewan, tidak merusak lingkungan, tepat guna secara teknis, layak secara ekonomis, dan diterima secara sosial. Konsep pembangunan diimplementasikan dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, memberikan definisi tentang pembangunan berkelanjutan yaitu upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Rogers, Jalal dan Boyd 2007 menyatakan bahwa terdapat tiga pilar utama dalam pembangunan berkelanjutan yaitu dimensi ekologi, dimensi sosial dan dimensi ekonomi. Dimensi ekologi artinya optimalisasi manfaat ekologis tidak harus mengabaikan aspek ekonomi dan sosial. Dimensi sosial maksudnya tidak harus mengabaikan aspek ekonomi dan ekologis. Sedangkan dimensi ekonomi artinya tidak mengabaikan dimensi ekologi dan sosial. Dengan demikian ketiga pilar tersebut harus digerakkan secara simultan dalam perencanaan dan implimentasi pembangunan. Munasinghe 1993 mengungkapkan bahwa dalam pembangunan berkelanjutan termasuk perikanan berkelanjutan bertumpu pada tiga pilar yaitu: ekonomi, sosial dan lingkungan. Setiap dimensi saling berhubungan dalam sistem yang dipicu oleh kekuatan dan tujuan. Ketiga dimensi tersebut yaitu: 1 dimensi ekonomi untuk melihat pengembangan sumberdaya manusia, khususnya melalui peningkatan konsumsi barang dan jasa pelayanan; 2 dimensi lingkungan difokuskan pada integritas sistem ekologi ; dan 3 dimensi sosial bertujuan untuk meningkatkan hubungan antar manusia, pencapaian aspirasi individu dan kelompok dan penguatan nilai serta institusi. Untuk mengoperasionalkan paradigma pembangunan berkelanjutan telah menjabarkan konsep pembangunan berkelanjutan dalam bentuk segitiga pembangunan berkelanjutan sustainable development triangle. Berdasarkan kerangka segitiga konsep pembangunan berkelanjutan dalam konteks pengelolaan sumberdaya perikanan dinyatakan berkelanjutan jika kegiatan tersebut secara ekonomi, ekologi dan sosial bersifat berkelanjutan Serageldin, 1996 Perencanaan pembangunan budidaya laut berkelanjutan membutuhkan informasi yang tepat tentang opsi penggunaan sumberdaya perairan, pilihan teknologi yang digunakan, perubahan struktur sistem, pola konsumsi, tingkat kualitas hidup yang diinginkan dan status lingkungan yang menjamin tereduksinya tekanan ekologis oleh berbagai proses ekonomi. Pada level wilayah, operasionalisasi skema tersebut membutuhkan proses identifikasi keterkaitan antara kapasitas sumberdaya, aktivitas pembangunan, kapasitas asimilasi, status lingkungan, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kualitas hidup yang diinginkan. . Lebih lanjut Charles 2001 mengungkapkan konsep perikanan berkelanjutan mengandung dimensi keberlanjutan ekologi, keberlanjutan sosial ekonomi keberlanjutan komonitas, dan keberlanjutan kelembagaan. Terdapat tiga komponen kunci dalam sistem perikanan berkelanjutan, yaitu: 1 sistem alam yang mencakup ikan, ekosistem, dan lingkungan biofisik; 2 sistem manusia yang mencakup neayan, sektor pengolah, pengguna, komunitas perikanan, lingkungan sosial, ekonomi dan budaya 3 sistem pengelolaan perikanan yang mencakup perencanaan dan kebijakan perikanan, menajemen perikanan, pembangunan perikanan dan penelitian perikanan. Alder et al. 2002 mengatakan bahwa sampai sekarang masih terjadi diskusi yang hangat tentang istilah keberlanjutan sustainability dan bagaimana mengukurnya. Namun demikian secara umum terdapat satu kesepakatan bahwa keberlanjutan harus mencakup komponen ekologi, ekonomi, sosial, teknologi, dan etika. Antune and Santos, 1999; Costanza et al. 1999, gercia, Staples, and Chesson, 2000 dalam Alder et al. 2002. Konsep pembangunan berkelanjutan juga dalat dilihat dalam konsep FAO Council dalam FAO 2001 sebagai pengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam dan perubahan orientasi teknologi dan kelembagaan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang. Keberlanjutan sustainability merupakan kata kunci bagi pembangunan perikanan di seluruh dunia yang diharapkan dapat memperbaiki kondisi sumberdaya dan masyaraat perikanan itu sendiri Charles, 2001; Fauzi dan Anna, 2002. Alder et al. menyatakan bahwa tantangan bagi pengelolaan perikanan adalah menilai keberlanjutan sumberdaya tersebut dengan pendekatan yang bersifat multidisiplin yang mampu mengintegrasikan beberapa aspek yang beragam tersebut. Kerangka pendekatan hukum legal framework prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya perikanan sebenarnya telah terdapat dalam UNCLOS 1982 dan FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries, 1995 FAO, 2001. Beberapa pertimbangan diperlukannya pembangunan berkelanjutan diantaranya meliputi: 1 Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan dan aktivitas pengolahannya harus di dasarkan pada ekosistem kelautan tertentu dam teridentifikasi dengan baik; 2 Memelihara daya dukung sumberdaya terhadap aktivitas pemanfaatan dalam jangka panjang 3 Menghidupi tenaga kerja dalam bidang perikanan dalam masyarakat yang lebih luas 4 Memelihara tingkat kesehatan dan kesatuan ekosistem kelautan untuk pemanfaatan yang lain, termasuk di dalamnya keanekaragaman hayati, ilmu pengetahuan, nilai intristik dan kegunaan ekonomi lainnya.

2.7. Dimensi Keberlanjutan Pengelolaan Budidaya Laut