Secara umum keragaan informasi tentang metode budidaya sistem long line yang telah umum berjalan dimasyarakat yaitu antara lain :
Panjang tali ris = 50 m
Jarak antar tali ris = 1 m
Jumlah tali ris per unit budidaya = 70 buah
Luas per unit budidaya = 3500 m
Jarak tanam jarak ikat antar rumpun
2
= 20 cm Berat bibit per rumpun
= 120 gr umur bibit 15-20 hari Rata-rata jumlah rumpun per tali ris
= 250 Rumpun 100 cm 20 cm x 50 Kebutuhan bibit per tali ris
= 30 kg 120 grx 250 rumpun Kebutuhan bibit per unit
= 2100 Kg 30 kg x 70 buah tali ris Harga bibit
= 1.250 Rpkg Lama pemeliharaan
= 45 hari Peningkatan berat panen
= 5 Kali 1 : 5 kg basah Perbandingan berat basah: kering
= 1:10 1 kg basah = 0,1 kering Harga rumput laut kering
= Rp. 7000kg
4.7.1.3. Bibit Rumput Laut
Selama ini bibit yang digunakan oleh masyarakat diperoleh dari hasil budidaya, bukan bibit unggul yang diseleksi terlebih dahulu. Pada musim tertentu
dimana kualitas rumput turun, petani rumput laut tetap memanfaatkannya sebagai bibit untuk musim tanam berikutnya sehingga kualitasnya kurang terjamin. Bibit
yang dipakai dan dikembangkan oleh petani rumput laut sampai saat ini diperoleh dari hasil budidaya, bukan bibit unggul, sehingga, pada musim tertentu dimana
kualitas rumput laut turun, mereka tetap memanfaatkannya sebagai bibit untuk musim tanam berikutnya sehingga kualitasnya kurang terjamin.
Bibit yang diperoleh dari hasil budidaya yaitu pengembangan secara vegetatif yaitu dengan menyisihkan thallus hasil budidaya milik sendiri yang
secara genetik belum dapat ditelusuri asal usulnya sehingga cenderung memiliki kualitas rendah. Pembudidaya rumput laut memiliki perencanaan dalam
pemanenan rumput laut dan pembibitan kembali dengan rumus umum yang dipegang oleh petani yaitu hasil panen dapat digunakan untuk pengeringan 23
bagian dan pembibitan kembali 13 bagian.
Gambar 24. Sistem perencanaan pemanenan dan pembibitan rumput laut di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
Dalam kondisi ‘gagal panen’, para petani rumput laut kesulitan dalam
membibitkan kembali untuk siklus berikutnya karena rumput laut untuk dibibitkan tidak tersedia. Namun, para pembudiaya lain yang tidak terkena penyakit ice-ice
akan membantu pembudidaya lainnya yang tidak memiliki bibit rumput laut. Pengembangan usaha budidaya rumput laut di wilayah penelitian masih
menghadapi permasalahan pemenuhan kebutuhan bibit yang tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dan tepat harga. Kondisi tersebut, menyebabkan pembudidaya
kesulitan mengembangkan usaha budidaya rumput laut untuk mengikuti musim tanam yang sesuai dan rendahnya produktivitas rumput laut.
4.7.1.4. Serangan Hama dan Penyakit
Penyebab gagal panen rumput laut adalah penyakit ice-ice. Penyakit ini umumnya dipicu oleh perubahan lingkungan yang ekstrim misalnya suhu,
salinitas atau intensitas cahaya matahari. Perubahan yang ekstrim menyebabkan rumput laut menjadi stress, dalam kondisi stress rumput laut akan mengeluarkan
senyawa organik yang merupakan media tumbuh yang sangat baik bagi bakteri pathogen yang berada disekitar rumput laut.
Serangan hama pemangsa rumput laut menyebabkan luka pada thallus akibat pemangsaan dari ikan beronang dan penyu juga merupakan kondisi yang
rentan bagi rumput laut untuk terinfeksi oleh bakteri pathogen. Akibatnya bakteri akan tumbuh dan berkembang dengan cepat pada thallus rumput laut dan
menyebabkan warna rumput laut berubah menjadi kemerahan lalu kekuningan dan akhirnya menjadi warna putih menyerupai es yang dalam bahasa Inggris
disebut ice. Oleh karena itu penyakit rumput laut yang menyebabkan rumput laut
Hasil Panen Jumlah Ris di Laut
13 = Bibit Jumlah Ris Tetap
Bibit Ditanam Kembali 23 = Dijual
Basah atau Kering
menjadi berwana putih, disebut sebagai penyakit ice-ice. Rumput laut yang terserang penyakit ice-ice disajikan pada Gambar 25.
Gambar 25. Rumput laut jenis Euchema cottonii yang terserang penyekit ice-ice di wilayah Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
4.7.1.5. Pascapanen dan Pengolahan Rumput Laut
Sampai saat ini hasil panen rumput laut di Kabupaten Sumbawa masih diproduksi dalam bentuk basah dan ataupun kering. Kualitas rumput laut kering
yang dihasilkan masih rendah, belum sesuai dengan standarisasi dan sertifikasi mutu produk yang dihasilkan pembudidaya guna memperoleh jaminan
penyerapan pasar. Pada beberapa lokasi budidaya di wilayah Teluk Saleh banyak dijumpai penanganan pascapanen yang belum sesuai standar penanganan
pascapanen rumput laut seperti penjemuran langsung di tanah, kadar air di atas 40 dan kadar garam lebih dari 5 , sehingga menyebabkan rumput laut rusak pada
saat penyimpanan dan transportasi. Ketersediaan sarana pergudangan untuk menampung rumput laut hasil
panen sebelum dikirim ke pasar atau sebagai unit penyimpan untuk antisipasi panen raya dan harga rumput laut yang turun belum tersedia. Gudang
penampungan dan penyimpanan rumput laut diperlukan untuk menjaga kualitas rumput laut sesuai standarisasi mutu produk rumput laut kering. Sarana
pergudangan yang diperlukan di wilayah Teluk Saleh Kota Sumbawa adalah unit gudang penampungan di lima lokasi kecamatan dengan kapasitas tampung sekitar
100 ton dan juga terdapat unit gudang induk di Kabupaten Sumbawa Besar dengan kapasitas tampung sekitar 1000 ton.
Pengolahan rumput laut adalah sebuah proses hulu-hilir, antara produk rumput laut kering dengan industri pengguna rumput laut sebagai bahan baku
terdapat proses pengolahan rumput laut menjadi karagenan baik karagenan murni RC=Refines Carragenan maupun karagenan semi murni SRC= Semi Refines
Carragenan. Kondisi saat ini di Kabupaten Sumbawa bahkan di Provinsi NTB belum terdapat pabrik pengolahan rumput laut menjadi SRC atau RC. Keberadaan
pabrik pengolahan rumput laut menjadi SRC atau RC tentunya akan meningkatkan nilai tambah yang tinggi, sehingga dapat memberikan kepastian
pemasaran hasil dan meningkatkan penerimaan pembudidaya.
4.7.1.6. Rantai Pemasaran Rumput Laut
Berdasarkan hasil studi di lapangan, ditemukan dua jenis rantai pemasaran rumput laut di wilayah Teluk Saleh. Model rantai pemasaran diperoleh
berdasarkan hasil penelusuran para pelaku usaha budidaya rumput laut. Pelaku usaha rumput laut di wilayah Teluk Saleh terdiri dari pelaku budidaya petani
rumput laut, pedagang pengumpul tingkat desa yang tersebar di 14 desa, pedagang pengumpul tingkat kecamatan yang tersebar di 5 kecamatan, pedagang
pengumpul tingkat Kabupaten Sumbawa di Sumbawa Besar, pedagang pengumpul di tingkat provinsi di Kota Mataram, processor dan ekportir di
Surabaya. Pedagang pengumpul di Kota Sumbawa besar ada yang langsung ke processor dan ekportir di Surabaya.
Pembudidaya rumput laut di wilayah Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa belum mampu menentukan harga jual hasil panen rumput laut. Bargaining
Position pembudidaya masih sangat lemah, karena harga sepenuhnya ditentukan oleh pembeli dengan kriteria mutu rumput laut kering yang tidak transparan,
sehingga menyebabkan hubungan antara pembudidaya dengan pedagang pengumpul seringkali tidak harmonis. Belum ada payung organisasi yang
menaungi petani rumput laut yang dapat membantu dan mengkoordinir pemasaran rumput laut. Secara skematis rantai pemasaran rumput laut di wilayah Teluk Saleh
Kabupaten Sumbawa disajikan pada Gambar 26.
Gambar 26.Rantai Pemasaran Rumput laut jenis Euchema cottonii di Wilayah Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
Selain itu fluktuasi harga rumput laut juga berpengaruh terhadap kesejahteraan pembudidaya. Fluktuasi harga rumput laut kering cukup tinggi yang
disebabkan oleh rendahnya hasil produksi atau juga karena spekulasi para pengumpul yang menentukan harga. Sapras sarana prasarana pasar rumput laut
yang ada dan tersedia di Kabupaten Sumbawa sampai saat ini masih sangat terbatas. Belum ada dermaga pelabuhan untuk pendaratan hasil panen, belum ada
kapal JT untuk mengangkut hasil panen, belum ada gudang yang ditempatkan di pelabuhan untuk menampung dan menunggu pengiriman hasil panen. Upaya
promosi rumput laut di Kabupaten Sumbawa juga belum dilakukan sampai saat ini, baik melalui media radio, televisi ataupun internet. Informasi mengenai
rumput laut di Kabupaten Sumbawa hanya beredar dari mulut ke mulut, sehingga para pelaku usaha rumput laut pada setiap rantai tidak saling mengenal.
4.7.1.7. Kondisi SDM dan Pemodalan Budidaya Rumput Laut
Akses modal untuk usaha budidaya rumput laut di Wilayah Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa masih sangat rendah, karena pihak perbankan belum
berpihak terhadap peningkatan usaha budidaya rumput laut. Sebagian besar pembudidaya masih memilih menggunakan modal sendiri atau meminjam ke
saudara dibandingkan meminjam ke bank. Persyaratan agunan dan pengembalian kredit per bulan merupakan kendala bagi pembudidaya karena tidak pastinya hasil
panen. Belum lagi tingkat suku bunga bank yang menurut pembudidaya cukup tinggi. Pembudidaya rumput laut di wilayah Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
umumnya masyarakat yang mempunyai akses yang sangat terhadap perbankan
Petani RL
P’pul Desa
P’pul Kec.
P’pul Kab.
P’pul Prov.
Processor Eksportir
Pembeli Dalam Negeri
Pembeli Luar Negeri
sehingga dibutuhkan regulasi kebijakan dalam pemberdayaan petani pembudidaya rumput laut.
Keberadaan sumberdaya manusia pembudidaya rumput laut di Wilayah Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa umumnya masih memiliki pengetahuan,
keterampilan dan penguasaan teknologi budidaya dan penanganan pascapanen rumput laut masih sangat terbatas. Pada beberapa usaha budidaya rumput laut
seperti mengalami permasalahan dalam penyediaan tenaga kerja, karena beberapa orang yang pada awalnya berprofesi sebagai pembudidaya beralih profesi menjadi
pedagang, penangkap ikan dan penambang. Rendahnya pendapatan pembudidaya dari hasil usaha budidaya rumput
laut disebabkan karena kecilnya unit produksi yang dikelola oleh setiap pembudidaya sehingga pendapatan pembudidaya menjadi rendah dan beralih ke
profesi lain. Untuk meningkatkan jumlah pembudidaya rumput laut di Wilayah Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa, maka harus ditentukan jumlah unit produksi
minimum yang dimiliki setiap RTP, sehingga pendapatan yang diperoleh akan dapat menopang kesejahteraan dari usaha budidaya rumput laut.
4.7.2. Budidaya Ikan Kerapu 4.7.2.1. Perkembangan Budidaya Ikan Kerapu
Usaha budidaya kerapu di Kabupaten Sumbawa hingga Tahun 2011 pemanfaatan areal yang telah dilakukan hanya sekitar 260 ha, dengan volume
produksi sebesar 231,46 ton. Jenis usaha budidaya kerapu di Kabupaten Sumbawa seluruhnya dilakukan oleh perusahaan swasta sebanyak 6 enam perusahaan.
Luas areal perairan yang telah dimanfaataatkan untuk budidaya ikan kerapu di KJA di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa hingga Tahun 2011 adalah seluas 46
ha 4 dari luas areal pemanfaatan untuk budidaya kerapu Kabupaten Sumbawa, tersebar di 3 tiga kecamatan. Volume produksi ikan kerapu sebesar 177 ton
76 dari total volume produksi ikan kerapu Kabupaten Sumbawa dan nilai produktivitas sebesar 3,84 tonha. Secara rinci luas dan volume produksi ikan
kerapu di Teluk Saleh pada tahun 2011 disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Luas pemanfaatan perairan dan volume produksi ikan kerapu di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
No Kecamatan
Jumlah Perusahaan
Luas Pemanfaatan ha
Jumlah Unit KJA
Volume Produksi
ton 1
Lape 1
11 196
51 2
Maronge 1
3 4
1 3
Tarano 1
32 410
124 Total Teluk Saleh
3.00 46
610 177
Sumber: Hasil Analisis 2013 Perkembangan budidaya ikan kerapu di Teluk Saleh selama lima tahun
terakhir 2007 sd 2011, mulai berkembang dalam 2 dua tahun terakhir. Jumlah unit KJA rata-rata meningkat sebesar 119 unittahun dan peningkatan volume
produksi ikan kerapu sebesar 20 tontahun. Perkembangan jumlah serapan tenaga kerja selama lima tahun terakhir hanya meningkat 1 orangtahun. Secara rinci
perkembangan jumlah KJA dan volume ikan kerapu di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa selama 5 tahun terakhir disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Perkembangan jumlah unit KJA dan volume produksi ikan kerapu di Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
No Tahun Jumlah
Perusahaan Jumlah
Tenaga Kerja Jumlah
Unit KJA Volume Produksi
ton 1
2007 3
35 13
74 2
2008 3
35 12
90 3
2009 4
35 19
120 4
2010 4
36 146
150 5
2011 4
41 610
176 Sumber: Hasil Analisis 2013
4.7.2.2. Benih Ikan Kerapu
Usaha budidaya ikan kerapu harus ditopang oleh ketersedian benih baik secara kuantitas dan kualitas. Pengembangan usaha budidaya rumput laut di
wilayah Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa masih menghadapi permasalahan pemenuhan kebutuhan benih yang tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dan tepat
harga. Kondisi tersebut, merupakan salah satu penyebab usaha budidaya ikan kerapu sulit berkembang. Selama ini benih yang digunakan oleh perusahaan
pembudidaya ikan kerapu di wilayah Teluk Saleh sampai saat ini diperoleh dari hatchery milik UPT KKP seperti Balai Budiaya Laut BBL Lombok, Balai Besar
Riset Budidaya Laut Gondol, Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Karena jarak antara lokasi pembenihan dan daerah pembesaran relatif jauh, sehingga
menyebabkan mutu benih rendah dan tingkat mortalitas benih relatif tinggi selama perjalanan.
4.7.2.3. Keragaan Usaha Budidaya Ikan Kerapu
Budidaya ikan kerapu di wilayah perairan Teluk Saleh merupakan jenis usaha yang sulit berkembang dan masih dalam tahap uji coba. KJA kerapu
umumnya dilakukan oleh pengusaha yang bermodal besar. Budidaya ikan kerapu menggunakan metode budidaya dengan sistem Keramba Jaring Apung KJA
yang selama ini sudah dilakukan oleh perusahaan. Wadah budidaya terdiri dari rangka berbentuk segi empat berjumlah empat petak dengan ukuran masing-
masing 3x3x4 m. Setiap petak dilengkapi dengan jaring berbentuk ½ lingkaran dan elips. Pelampung berfungsi untuk menjaga unit budidaya agar tetap terapung.
Tali jangkar berfungsi untuk menggantungkan dan mengikat jangkar atau pemberat.
Kegiatan produksi diawali dengan penebaran benih. Benih budidaya umumnya bersumber dari panti benih hatchery di Balai Budiaya Laut BBL
Lombok, Balai Besar Riset Budidaya Laut Gondol, Balai Budidaya Air Payau Situbondo karena di wilayah Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa belum terdapat
hatchrery ikan kerapu. Selama pemeliharaan ikan diberi pakan berupa ikan rucah segar dengan frekuensi pemberian dilakukan 2-3 kali sehari. Perawatan wadah
budidaya dilakukan untuk membersihkan jaring dari organisme penempel biofouling, sedangkan pemantauan dilakukan sampling, sortasi dan penjarangan
yang bertujuan menjaga ukuran ikan tetap seragam untuk menghindari sifat kanibalisme dari ikan kerapu. Pemanenan dilakukan setelah ikan yang dipelihara
mencapai ukuran berat konsumsi sesuai permintaan pasar. Harga pasar di tingkat konsumen akhir di pasar lokal sebesar Rp 150.000 per kilogram. Bahkan harga ini
bisa lebih besar lagi di tingkat pasar luar. Jika mengacu pada informasi yang diperoleh dari lokasi survey dimana harga jualnya berkisar Rp 65.000 hingga Rp
85.000 per kilogram. Pemilik usaha budidaya umumnya investor luar daerah Jakarta dan menjual hasilnya di Jakarta bahkan diekspor ke luar negeri seperti ke
Hongkong dan Taiwan.
4.7.2.4. Rantai Pemasaran Ikan Kerapu
Berdasarkan hasil studi di lapangan, rantai pemasaran ikan kerapu hidup sangat pendek, karena pelaku pemasaran dari pengusaha pembudidaya langsung
ke eksportir dan pembeli luar negeri. Pasar ekspor ikan kerapu hidup dari hasil budidaya di wilayah Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa adalah Singapore dan
Hongkong. Secara skematis rantai pemasaran ikan kerapu di wilayah Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa disajikan pada Gambar 27.
Gambar 27. Rantai pemasaran rumput laut jenis Euchema cottonii di Wilayah Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa
4.7.2.5. Kondisi SDM dan Pemodalan Budidaya Ikan Kerapu
Usaha pembesaran ikan kerapu di KJA masih didominasi oleh para pemilik modal besar investor, sementara pembudidaya ikan kerapu di KJA
binaan pemerintah belum mampu mengembangkan usaha mereka karena keterbatasan modal dan kecilnya akses terhadap dunia perbankan. Akses modal
untuk usaha budidaya ikan kerapu di wilayah Teluk Saleh Sumbawa masih sangat rendah, sehingga dibutuhkan regulasi kebijakan dalam pemberdayaan petani
pembudidaya ikan kerapu. Keberadaan sumberdaya manusia pembudidaya ikan kerapu di KJA di
wilayah Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa pada dasarnya serapan tenaga kerja rendah, karena setiap perusahaan hanya membutuhkan 1 satu teknisi yang
memiliki keahlian dan pengalaman teknis budidaya ikan kerapu. Masyarakat setempat terlibat sebagai pekerja dimana dari 4 empat perusahaan yang ada
hanya memperkerjakan 41 orang.
Pelaku Hatchrey
Pengusaha Budidaya
Pengusaha Eksportir
Pembeli Luar Negeri