2.6.9.4. Penentuan urutan FTV mengacu pada ketentuan tabel di atas. 2.6.10. Jika BUSUUSBPRS memberikan fasilitas pembiayaan tambahan dari
fasilitas pembiayaan yang masih berjalan atau fasilitas pembiayaan baru berdasarkan properti yang masih menjadi agunan dari fasilitas
pembiayaan properti atau KPR iB sebelumnya maka berlaku ketentuan sebagai berikut:
2.6.10.1. Pemberian fasilitas pembiayaan tersebut diperlakukan sebagai
pemberian pembiayaan baru; 2.6.10.2. Perhitungan FTV diperlakukan sebagai urutan fasilitas
pembiayaan berikutnya; dan 2.6.10.3. Jumlah fasilitas pembiayaan tambahan atau pembiayaan
baru berdasarkan properti yang menjadi agunan dari fasilitas pembiayaan properti atau KPR iB sebelumnya yang diberikan
oleh BUSUUSBPRS paling banyak sebesar selisih antara hasil perhitungan FTV berdasarkan nilai properti yang menjadi
agunan dengan baki debet dari fasilitas pembiayaan sebelumnya yang menggunakan agunan yang sama.
2.7. Standar Harga Perolehan Properti
2.7.1. Harga perolehan properti baru indent ditentukan dari daftar harga properti price list yang disediakan oleh developer yang telah bekerja
sama dengan BUSUUSBPRS.
2.7.2. Harga perolehan properti baru ready stock ditentukan dari daftar harga properti price list yang disediakan oleh developer yang telah bekerja
sama dengan BUSUUSBPRS atau harga perolehan properti yang ditentukan berdasarkan Nilai Transaksi atau Nilai Pasar Wajar Taksasi
Bank berdasarkan pertimbangan konservatif.
2.7.3. Harga perolehan properti bekas second ditentukan berdasarkan Nilai Transaksi atau Nilai Pasar Wajar Taksasi Bank berdasarkan pertimbangan
konservatif.
2.7.4. Ilustrasi penetapan harga perolehan properti: 2.7.4.1. Jika Nilai Transaksi sebesar Rp 10 Milyar sedangkan Nilai Pasar
yang diambil adalah Nilai Transaksi sebesar Rp 10 Milyar. 2.7.4.2. Jika Nilai Transaksi sebesar Rp 10 Milyar sedangkan Nilai Pasar
Wajar Taksasi Bank sebesar Rp 9 Milyar, maka harga properti yang diambil adalah sebesar Rp 9 Milyar.
2.8. Standar Properti Indent
2.8.1. Properti indent merupakan obyek pembiayaan MMQ yang belum berwujud sebagai properti secara utuh, baik itu masih dalam proses
pembangunan maupun tahap penyelesaian.
2.8.2. Pembiayaan properti indent dengan akad MMQ hanya akan diproses jika developer properti merupakan developer rekanan BUSUUSBPRS
yang telah terbukti memenuhi standar-standar yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan terkait pembiayaan properti indent serta telah memiliki
perjanjian kerjasama antara BUSUUSBPRS dan developer tersebut.
2.8.3. Pencairan pembiayaan properti indent dengan akad MMQ hanya dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan pembangunan
building progress dari properti indent tersebut.
2.8.4. Properti indent yang akan dibiayai harus memenuhi rincian ketentuan sebagai berikut:
2.8.4.1. Properti indent yang dibiayai dengan akad MMQ ini merupakan fasilitas pertama bagi Nasabah dari seluruh fasilitas yang
diterima baik di BUSUUSBPRS yang sama maupun BUSUUS BPRS lainnya;
2.8.4.2. Properti indent dijabarkan secara spesifik terkait kualitas dan kuantitasnya saat properti itu menjadi properti utuh di masa
depan; 2.8.4.3. Pernyataan dengan jelas mengenai jangka waktu penyelesaian
properti indent tersebut hingga menjadi properti utuh dan harus dituangkan dalam perjanjian kerjasama;
2.8.4.4. Kondisi fisik bentuk bangunan properti indent untuk akad MMQ harus sudah ada minimal 60 pada saat akad pembiayaan
MMQ disepakati. Namun penyerahan keseluruhan obyek MMQ dapat dilakukan pada masa yang akan datang sesuai
kesepakatan;
2.8.4.5. Kepemilikan dan keberadaan properti indent harus sudah jelas dan telah milik developer serta bebas sengketa.
2.8.5. Dalam hal sumber pendapatan MMQ berasal dari ujroh atas properti indent, maka BUSUUSBPRS dapat mengakui pendapatan apabila
tanah dan infrastruktur telah tersedia, sebagian besar bangunan sudah ada pada saat akad dan bebas sengketa.
2.9. Standar Kepemilikan Obyek MMQ
2.9.1. Berdasarkan ketentuan syariah, obyek MMQ atau properti yang dibiayai dengan modal bersama merupakan properti yang dimiliki secara
bersama oleh para pihak sehingga segala kewajiban dan risiko yang timbul atas properti tersebut menjadi tanggungjawab yang harus dibagi
dan ditanggung oleh para pihak sesuai porsi modal.
2.9.2. Mengingat hukum positif yang tidak mengatur adanya kepemilikan satu aset dengan dua nama, maka BUSUUSBPRS dan Nasabah
dibolehkan untuk sepakat dan menyatakan bahwa obyek MMQ diatas namakan Nasabah secara langsung dalam dokumen yang merupakan
bukti atas obyek MMQ.
2.9.3. Bukti dokumen kepemilikan obyek MMQ disimpan oleh BUSUUSBPRS sampai saldo hishshah BUSUUSBPRS mencapai nihil dan seluruh
kewajiban Nasabah telah dipenuhi.
2.9.4. Nasabah dengan akad ini memberikan kuasa kepada BUSUUSBPRS untuk menerima sertifikat tersebut dari Kantor Pertanahan setelah Hak
Tanggungan didaftarkan.
2.9.5. Ketentuan di atas tidak menutup kemungkinan untuk membolehkan BUSUUSBPRS menyatakan obyek MMQ diatasnamakan BUSUUS
BPRS dalam dokumen kepemilikan obyek MMQ.
2.10. Standar Sewa Obyek MMQ
2.10.1. Besarnya pembayaran sewa untuk setiap periode bulan dihitung berdasarkan :
2.10.1.1. Porsi hishshah Bank plafondpokok pembiayaan 2.10.1.2. Porsi hishshah Nasabah uang muka
2.10.1.3. Jangka waktu pembiayaan 2.10.1.4. Tarif sewa bulanan dihitung dari tarif sewa per tahun flat
dengan pengakuan pendapatan secara proporsional sepanjang jangka waktu pembiayaan
2.10.1.5. Proyeksi total biaya sewa dihitung dari nilai sewa bulanan dikalikan jangka waktu pembiayaan