Standar Manajemen Usaha Buku Standar Produk Musyarakah dan Musya

3.14.3. Jika tunggakan terjadi karena kondisi keuangan Nasabah, maka BUSUUSBPRS dianjurkan untuk memberikan perpanjangan atau kelonggaran waktu sesuai dengan kesepakatan. 3.14.4. Jika tunggakan terjadi karena Nasabah lalai atau tidak menunjukkan iktikad baik dalam menjalankan kewajibannya, maka BUSUUSBPRS dapat membebankan denda tazir atas tunggakan tersebut.

3.15. Standar Wanprestasi

3.15.1. Wanprestasi adalah kegagalan Nasabah dalam memenuhi kewajiban atau segala hal yang ditentukan dan disepakati bersama dalam kontrak sehingga menimbulkan kerugian bagi BUSUUSBPRS baik dalam berupa penyusutan nilai modal maupun pengurangan nilai bagi hasil untuk BUSUUSBPRS. 3.15.2. Jika wanprestasi terjadi akibat kelalaian nasabah yang mengakibatkan kerugian pihak Bank, maka BUSUUSBPRS berhak mendapatkan ganti rugi tawidh. 3.15.3. Pembebanan ganti rugi tawidh hanya dapat dikenakan apabila: 3.15.3.1. Pihak yang melakukan ingkar janji setelah dinyatakan ingkar janji, tetap melakukan ingkar janji; atau 3.15.3.2. Sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilewatinya; atau 3.15.3.3. Pihak yang ingkar janji tidak dapat membuktikan bahwa perbuatan ingkar janji itu terjadi karena keadaan memaksa yang berada di luar kuasanya force majeur.

3.16. Standar Denda dan Ganti Rugi

3.16.1. BUSUUSBPRS dapat memberikan sanksi berupa kepada Nasabah mampu bayar yang terbukti melakukan tunggakan atas pembayaran angsuran danatau wanprestasi atas setiap ketentuan yang telah disepakati dalam kontrak. 3.16.2. Sanksi yang dapat diterapkan adalah berupa denda tazir danatau ganti rugi tawidh. BUSUUSBPRS dapat menerapkan salah satu atau keduanya sesuai dengan syarat dan kondisi yang dijelaskan dalam standar ini. 3.16.3. Denda atas tunggakan tazir harus diperuntukkan sebagai dana sosial atau dana kebajikan sementara ganti rugi tawidh dapat diakui sebagai pendapatan dalam pembukuan BUSUUSBPRS. 3.16.4. Denda atas tunggakan tazir hanya dikenakan kepada Nasabah jika Nasabah terbukti lalai atas kewajiban pembayaran angsurannya. 3.16.5. Kelalaian Nasabah didefinisikan sebagai kesalahan yang dilakukan oleh Nasabah dalam hal pengelolaan asetusahaproyek yang diwakilkan kepadanya untuk dikelola dengan baik sehingga terjadi kerusakan, kegagalan, danatau kehilangan asetusahaproyek yang dikerjasamakan dalam kontrak ini. 3.16.6. Ketentuan mengenai pembebanan ganti rugi tawidh kepada Nasabah dibatasi oleh beberapa standar berikut ini: 3.16.6.1. Ganti rugi dikenakan kepada nasabah yang memang sengaja atau karena lalai melakukan sesuatu yang menyimpang dari akad dan mengakibatkan kerugian pada BUSUUSBPRS. 3.16.6.2. Besarnya ganti rugi yang dapat diakui sebagai pendapatan bank adalah sesuai dengan kerugian riil real loss dan bukan kerugian yang diperkirakan akan terjadi potential loss. 3.16.6.3. BUSUUSBPRS hanya dapat mengenakan ganti rugi pada keuntungan bank yang sudah jelas tidak dibayarkan oleh nasabah. 3.16.6.4. Klausul ganti rugi harus ditetapkan secara jelas dalam akad dan dipahami oleh nasabah. 3.16.6.5. Penetapan ganti rugi atau kerugian riil ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara nasabah bank dan nasabah. 3.16.7. Kerugian riil adalah biaya riil yang dikeluarkan oleh BUSUUSBPRS dalam melakukan penagihan hak BUSUUSBPRS yang seharusnya ditunaikan oleh Nasabah.

3.17. Standar Penyelesaian Sengketa

3.17.1. Pengaturan mengenai penyelesaian sengketa antara pihak BUSUUS BPRS dengan Nasabah harus mengutamakan prinsip musyawarah mufakat. 3.17.2. Prinsip musyawarah mufakat dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti penjadwalan kembali rescheduling, penambahan syarat baru reconditioning ataupun penggunaan struktur baru restructuring. 3.17.3. Apabila mekanisme musyawarah belum berhasil, penyelesaian sengketa dapat dilakukan secara non litigasi misalnya melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional Basyarnas dan eksekusi atau putusan arbitrase syariah itu akan ditetapkan melalui Pengadilan Agama. 3.17.4. Apabila para pihak menyepakati untuk menyelesaikan sengketa melalui pengadilan, maka BUSUUSBPRS dan Nasabah harus menyepakati dalam kontrak bahwa kewenangan untuk mengadili sengketa kontrak ini diselesaikan melalui Pengadilan Agama. 3.17.5. Pihak BUSUUSBPRS tidak diperkenankan melakukan eksekusi agunan dan jaminan secara langsung sesaat setelah terjadi tunggakan ataupun wanprestasi sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan bahwa Nasabah lalai dan memberikan hak kepada BUSUUSBPRS untuk eksekusi agunan dan jaminan. 3.17.6. Pihak BUSUUSBPRS tidak diperkenankan menuliskan klausula dalam kontrak yang membolehkan BUSUUSBPRS melakukan eksekusi agunan dan jaminan secara langsung sesaat setelah terjadi tunggakan ataupun wanprestasi tanpa putusan pengadilan. 3.17.7. Jika sampai tahap eksekusi agunan obyek pembiayaan Musyarakah danatau jaminan lainnya dilakukan, maka hasil eksekusi penjualan pelelangan tersebut diutamakan untuk mengembalikan modal BUS UUSBPRS. 3.17.8. Jika ada kelebihan nilai eksekusi maka dikembalikan ke Nasabah, jika masih kurang menutupi modal BUSUUSBPRS maka hal itu tetap menjadi kewajiban Nasabah hingga BUSUUSBPRS menghapuskan kewajiban tersebut.

3.18. Standar Force Majeur

3.18.1. BUSUUSBPRS perlu mencantumkan klausula force majeur dalam kontrak akad untuk mencegah sengketa atau konflik jika terjadi force majeur. 3.18.2. Peristiwa atau keadaan yang tergolong dalam kategori force majeur adalah peristiwa atau keadaan yang terjadi di luar kekuasaan atau kemampuan salah satu atau para pihak, yang mengakibatkan salah satu atau para pihak tidak dapat melaksanakan hak-hak danatau kewajiban-kewajiban sesuai dengan standar dalam kontrak ini, termasuk namun tidak terbatas pada gempa bumi, badai, angin topan, banjir, kebakaran, tanah longsor, peperangan, embargo, pemogokan umum, huru-hara, peledakan dan pemberontakan. 3.18.3. BUSUUSBPRS perlu mengatur mengenai penyelesaian permasalahan yang timbul akibat force majeur secara musyawarah mufakat tanpa mengurangi hak-hak BUSUUSBPRS sebagaimana yang telah diatur dalam akad. 3.18.4. Keadaan force majeur bisa menjadi alasan pembebasan pemberian ganti rugi akibat tidak terlaksananya kontrak atau perjanjian.

3.19. Standar Dokumentasi

3.19.1. Dokumen-dokumen pembiayaan MMQ yang memerlukan legalisasi akta notaris diutamakan untuk dibuat oleh notaris yang memiliki pemahaman yang baik tentang prinsip syariah dan transaksi perbankan syariah disamping keahlian dalam bidang kenotariatan. 3.19.2. Proses dokumentasi permohonan terkait Pembiayaan Musyarakah akan menghasilkan 2 dua berkas yaitu berkas pembiayaan dan berkas agunan. 3.19.3. Berkas pembiayaan berisi berkas mulai dari aplikasi sampai pembiayaan Musyarakah lunas.