10.15. Klausul Force Majeur
10.15.1. Force majeur atau keadaan memaksa adalah keadaan dimana seorang Nasabah terhalang untuk melaksanakan prestasinya karena
keadaan atau peristiwa yang tidak terduga pada saat dibuatnya kontrak, keadaan atau peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggung-
jawabkan kepada Nasabah, sementara Nasabah tersebut tidak dalam keadaan beriktikad buruk.
10.15.2. Keadaan force majeur bisa menjadi alasan pembebasan pemberian ganti rugi akibat tidak terlaksananya perjanjian atau akad.
10.15.3. Dalam hal terjadi force majeur, BUSUUSBPRS wajib menetapkan hari terkait kewajiban pemberitahuan tertulis oleh Nasabah.
10.15.4. BUSUUSBPRS wajib menetapkan lampiran bukti-bukti dari Kepolisian Instansi yang berwenang yang harus diberikan oleh Nasabah terkait
pelaporan peristiwa force majeur.
10.15.5. BUSUUSBPRS perlu mengatur mengenai penyelesaian permasalah- an yang timbul akibat terjadinya force majeur secara musyawarah
mufakat tanpa mengurangi hak-hak BUSUUSBPRS sebagaimana telah diatur dalam Akad.
10.15.6. BUSUUSBPRS perlu mencantumkan klausula force majeur untuk mencegah sengketa atau konflik apabila terjadi force majeur dimana
kedua belah pihak akan merasa dirugikan dan saling menghindari kewajiban yang akan berujung pada saling mengajukan gugatan.
10.16. Klausul Pilihan Penyelesaian Sengketa Choice Of Law
10.16.1. Pengaturan mengenai penyelesaian sengketa antara pihak BUS UUSBPRS dengan Nasabah harus mengutamakan suatu prinsip
musyawarah mufakat.
10.16.2. Apabila musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, BUSUUSBPRS dengan Nasabah dapat menyelesaikan sengketa alternatif, antara
lain dengan mediasi perbankan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
10.16.3. Apabila mekanisme mediasi belum berhasil, penyelesaian sengketa dapat dilakukan secara non litigasi melalui badan arbitrase syariah,
seperti Basyarnas.
10.16.4. Eksekusi atau putusan arbitrase syariah akan ditetapkan melalui Pengadilan Agama.
10.16.5. BUSUUSBPRS dan Nasabah harus menyepakati kewenangan untuk mengadili apabila terdapat sengketa adalah melalui Pengadilan Agama
sesuai dengan kewenangan absolut yang dimiliki berdasarkan Pasal 55 Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
10.17. Larangan Pencantuman Klausul Eksemsi dalam Standar Baku Akad MMQ
10.17.1. BUSUUSBPRS dilarang mencantumkan klausula eksemsi yaitu klausula dalam perjanjian atau akad yang membebaskan atau
membatasi tanggung jawab dari salah satu pihak jika terjadi wanprestasi padahal menurut hukum, tanggung jawab tersebut mestinya dibebankan
kepada pihak BUSUUSBPRS.