Transformasi Penggunan Lahan di KBU

122 Untuk Kota Cimahi dari 8 kelurahan yang masuk KBU didominasi Urban Fringe 5 kelurahan 62,5, kemudian Urral Fringe 2 desa 25, dan Urban Area 1 kelurahan 12,5. Sedangkan untuk Kota Bandung dari 31 kelurahan yang masuk KBU didominasi oleh Urral Fringe 11 kelurahan 35,5, Urban Area 9 kelurahan 29, Urban Fringe 7 kelurahan 22,6, dan Rurral Fringe 4 kelurahan 12,9.

c. Transformasi Penggunan Lahan di KBU

Berdasarkan struktur diferensial zona penggunaan lahan di atas, penggunaan lahan di KBU memiliki tingkat transformasi lahan atau baik lambat maupun cepat akan mengalami perubahan penggunaan lahan menjadi lahan permukiman. Kondisi tingkat transformasi lahan tersebut semakin mengkhawatirkan mengingat bahwa penggunaan lahan di KBU diarahkan sebagai kawasan lindung. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 181.1SK.1624-Bapp1982, Dinas Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat pada tahun 2004 telah melakukan evaluasi arahan penggunaan lahan yang menunjukkan kesesuaian mulai dari sawah irigasi teknis, tegalanladang, kebun campuran, tanaman sayuran, hingga hutan sejenis dan hutan lebat. Namun penggunaan lahan tersebut memiliki tingkat transformasi yang berbeda tergantung keberadaanya di zona guna lahan. Maka berdasarkan keberadaan guna lahan dalam zona guna lahan, dimana tingkat ransformasi struktur penggunaan lahan untuk masing-masing zona guna lahan sangat lambat jika berada di rural area dan sangat cepat jika berada di urban area, maka tingkat transformasi penggunaan lahan dii KBU seperti tabel berikut: Tabel 35. Tingkat Transformasi Struktur Penggunaan Lahan di KBU Penggunaan lahan Sangat lambat Lambat Sedang Cepat Sangat Cepat Jml desakel Sawah Irigasi 5,56 27,78 27,78 31,48 7,41 54 Tegalan Ladang 7,14 57,14 21,43 14,29 0,00 14 Kebun Campuran 9,09 27,27 36,36 22,73 4,55 22 Tanaman sayuran 18,18 45,45 22,73 9,09 4,55 22 Perkebunan Kina dan Karet 75,00 25,00 0,00 0,00 0,00 4 Hutan campuran 25,00 37,50 37,50 0,00 0,00 8 Hutan Sejenis 28,57 57,14 14,29 0,00 0,00 14 123 Berdasarkan tabel di atas, desakelurahan yang masih memiliki penggunaan lahan sawah irigasi berada di 54 desakelurahan, tegalanladang berada di 14 desakelurahan, kebun sayuran di 22 desakelurahan, tanaman sayuran di 22 desakelurahan, perkebunan kina dan karet di 4 desa, hutan campuran di 8 desa dan hutan sejenis produksi di 14 desakelurahan. Keberadaan penggunaan lahan tersebut akan menentukan tingkat transformasi penggunaan lahan atau perubahan penggunaan lahan sangat cepat apabila berada di zona urban area dan sangat lambat jika penggunaan lahan tersebut berada di zona ural area. Penggunaan lahan sawah irigasi yang berada di 54 desa memiliki tingkat transformasi struktur penggunaan lahan sangat cepat sebesar 7,41, cepat 31,48, sedang 27,78, lambat 27,78 dan sangat lambat 5,56. Kemudian lahan tegalanladang yang berada di 14 desakelurahan memiliki tingkat transformasi struktur penggunahan lahan cepat sebanyak 42,9, sedang 36,36, lambat 27,27, dan sangat lambat 7,14. Sementara itu penggunaan lahan kebun campuran, yang berada di 22 desakelurahan, memiliki tingkat transformasi strktur penggunaan sangat cepat 4,55, cepat 22,73, sedang 36,36, lambat 27,27 dan sangat lambat 9,09. Penggunaan lahan tanaman sayuran yang berada di 22 desakelurahan memiliki tingkat stransformasi struktur penggunaan lahan yang sangat cepat 4,55, cepat 9,09, sedang 27,73, lambat 45,45 dan sangat lambat 18,18. Untuk penggunaan lahan perkebunan karet dan kina masih cukup aman yakni berada di 4 desa yang memiliki tingkat transformasi struktur penggunaan lahan lambat 25 dan sangat lambat 75. Sedangkan hutan campuran berada di 8 desa dengan tingkat transformasi struktur penggunaan lahan sedang. Dan untuk penggunaan hutan sejenis tanaman yang berada di 14 desa memiliki tingkat struktur penggunaan lahan sedang 14,29, lambat 57,14 dan sangat lambat 28,57. Berdasarkan uraian di atas, maka penggunaan lahan di KBU berada di zona yang memiliki tingkat transpormasi guna lahan sedang sampai sangat cepat. Dalam kondisi tingkat transformasi tersebut, maka transformasi struktur penggunaan lahan KBU akan terjadi, baik dalam waktu cepat maupun lambat. Menurut Sadyohutomo 2008, terjadinya transformasi penggunaan lahan di kawasan lindung tersebut 124 disebabkan oleh belum adanya peraturan yang tegas mengenai pengavelingan subdivision yang dilakukan oleh perorangan. Akibatnya, perubahan penggunaan tanah menjadi tidak terkendali dan cenderung menimbulkan tata lingkungan yang tidak teratur, serta terjadinya fragmentasi lahan pertanian oleh permukiman yang dibangun oleh masyarakat secara mandiri.

B. Nilai Jasa Lingkungan di Kawasan Bandung Utara