38
antara pelaksanan program pengelolaan DAS di daerah hulu dan penerima manfaat di daerah tengahhilir DAS.
G. Insentif Ekonomi dalam Pengendalian Guna Lahan
1. Konsep-Konsep Kunci dan Definisi Insentif
Regulasi publik terhadap keputusan penggunaan lahan milik telah menjadi isu lingkungan utama di America Serikat pada akhir-akhir ini. Dalam aktivitas
konservasi, kebijakan pembatasan dan peraturan larangan sudah dipandang tidak populer lagi Biot et al, 1995, karena hal ini mengarahkan pada penggunaan secara
paksa, demikian juga melalui kekuatan proyek merupakan bentuk pemaksaan penerapan upaya konservasi. Di Amerika Serikat telah dilakukan berbagai upaya
diantaranya melalui legal formal dengan melakukan berbagai amandemen undang- undang untuk meningkatkan kewenangan intervensi pemerintah dalam penggunaan
lahan milik untuk mengarahkan pada kegiatan konservasi. Namun dalam mengendalikan penggunaan lahan milik ini melalui undang-undang dan juga cara
komunitas lokal, ternyata masih dipandang kurang efektif Balsdon, 2003. Menurut Smith 1994 dalam Enters 1999, cara insentif bila salah penerapan
juga menghasilkan ketergantungan yang berkelanjutan terhadap proyek dan program yang memberikan insentif. Dengan demikian insentif menurut Enters 1999 hanya
sebagai instrumen, dan berfungsi sebagai spade, shovel, atau hoe, yang tidak hanya menghasilkan capaian jangka pendek, tetapi secara potensial dapat memompa target
jangka panjang melalui praktek-praktek manajemen berkelanjutan, dengan kata lain insentif harus menjadi katalis untuk perubahan, dan bukan penyebab perubahan
penggunaan lahan. Dalam penerapan insentif ini hal yang seharusnya diperhatikan adalah
masalah terjadinya disperitas antara tujuan publik dan private dari penggunaan tanah. Menurut Meijerink 1997 dalam Enters 1999, insentif memang seharusnya hanya
diaplikasikan untuk tujuan publik, namun pencapaian targetnya akan lebih baik lagi apabila mempertimbangkan tujuan private. Terjadinya divergensi antara tujuan
private dan publik, terletak pada ketidak-seimbangan imbalance antara penambahan biaya pada tingkat lokal on-site dan masyarakat yang lebih luas off-site. Menurut
39
Sander et al 1995 dalam Enters 1999, ketidakseimbangan ini diakibatkan oleh kegagalan pasar market failure. Terjadinya degradasi karena tidak semua biaya dan
manfaat dalam proses produksi pertanian atau lainnya direfleksikan dalam harga pasar. Biaya off-site, misalnya, dari pertanian di lahan curam, tidak direfleksikan
dalam harga hasil pertanian, dan tidak juga dalam membuat keputusan petani. Namun di lahan perkotaan atau suburban, pasar akan merefleksikan nilai
lingkungan lahan bergantung pada aksi publik terhadap kebutuhan mitigasi ruang terbuka kawasan lindung, pengelolaan penggunaan lahan yang baik oleh kabupaten
dan otoritas perkotaan Balsdon, 2004. Dari perspekstif efisiensi ekonomi, secara ideal, sebenarnya tidak ada kasus penggunaan insentif dalam pengelolaan ruang
terbuka, karena biaya ekonomi, sosial dan lingkungan dan manfaat konservasi akan direfleksikan melalui harga di pasar. Dengan demikian alokasi sumberdaya optimal
dilakukan melalui keputusan individu pemilik lahan Binning, 2004. Berdasarkan pemahaman di atas yang beragam, diperlukan pengertian insentif
yang lebih jelas. Menurut Oxford Modern, insentif adalah suatu pembayaran atau konsensi untuk menstimulasi dalam memperbesar output tenaga kerja. Definisi lain,
insentif adalah perangsang atau pemancing aktivitas, sebagai faktor motivasi dalam meningkatkan aksi, atau stimulan motivasi agar mengambil langkah ke arah yang
diharapkan. Berdasarkan definisi ini, Huszar 1999 mendefinisikan insentif sebagai sesuatu jasa untuk membujuk atau mempengaruhi penerapan suatu etika. Kemudian
menurut Sadyohutomo 2008, insentif merupakan salah satu bentuk kompensasi akibat rencana tata ruang selain kompensasi dalam bentuk pemberian uang tunai,
transfer of development rightdispensasi untuk pembangunan lain, atau bentuk kompensasi lainnya.
2. Jenis dan Macam Insentif