V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Struktur Ruang Kawasan Bandung Utara KBU
1. Hirarki Perkotaan di KBU
Akibat kedekatannya dengan Kota Bandung yang berdasarkan Pola Dasar Pengembangan Jawa Barat dan Rencana Tata Ruang Propinsi Jawa Barat 2010
ditetapkan sebagai salah satu Pusat Pertumbuhan Utama yang jangkauan pelayanannya mencakup skala nasional, maka KBU merupakan kawasan lindung
yang sangat dekat dengan pusat kegiatan ekonomi dan pusat pengembangan wilayah. Sebagai bagian dari pusat satuan wilayah pengembangan SWP Bandung, maka
secara lokal, wilayah KBU tersusun atas kota-kota dengan hirarki yang berorientasi pada hirarki tertinggi orde pertama yakni Kota Bandung, dengan hirarki yang lebih
rendah yakni sebagai pusat pelayanan skala lokal. Meskipun dalam arahan kebijakan Pemerintah Jawa Barat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah 2010 bahwa penentuan
pusat pertumbuhan wilayah ini selain didasarkan pada kecenderungan kegiatan sosial ekonomi, juga mempertimbangkan kemampuan daya dukung dan daya tampung
lingkungan pada wilayah pusat pertumbuhan tersebut, namun Kota Bandung sebagai kota orde pertama memiliki pengaruh seluas SWP, sehingga tidak terhindarkan
berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan di KBU. Sebenarnya hal ini telah disadari oleh perencana Kota Bandung sejak Zaman
kolonial Hindia Belanda, sehingga Kota Bandung yang lahir pada tahun 1906 pada masa Pemerintah Hindia Belanda bukan dibangun sebagai pusat kegiatan ekonomi
tetapi dirancang sebagai tempat permukiman dan peristirahatan buitenzorg kaum kolonial dengan menggunakan konsep “Garden City”. Konsep ini pertama kali
diformulasikan oleh Ebenezer Howard yang kemudian diterapkan oleh Thomas Karsten dalam mendesain Kota Bandung. Konsep “Garden City” tersebut memiliki
karakteristik utama BAPPEDA Tingkat I Propinsi Jawa Barat, 1998b, hal. I-2 yaitu kontrol terhadap seluruh pemilikan lahan, desain yang seksama terhadap keseluruhan
98
kota dan tersedianya lahan-lahan pertanian permanen di sekeliling kota sebagai penyangga green belt.
Berdasarkan kosep “garden city” ini, maka keberadaan lahan pertanian yang ada di KBU semestinya mendapat dukungan dari berbagai lembaga, guna
keberlanjutan Kota Bandung itu sendiri. Akan tetapi dengan perkembangan kebijaksanaan seperti di atas dan perkembangan penduduk berdampak pada
pertumbuhan kota sejak berdirinya. Menurut BAPPEDA Tk I Provinsi Jawa Barat 1998b, hal. I-4, Kota Bandung telah beberapa kali mengalami perluasan wilayah
dan terakhir kali diperluas pada tahun 1987 melalui Peraturan Pemerintah Propinsi Jawa Barat No. 161987 menjadi 17.000 ha. Selanjutnya dikatakan bahwa
kecenderungan yang terjadi di KBU pada mulanya diawali oleh pembangunan hotel- restoran Bumi Sangkuriang serta perluasan lingkungan kampus ITB yang diikuti oleh
perkembangan kawasan-kawasan permukiman berskala besar serta fasilitas perkotaan lainnya yang berlangsung dengan cepat sehingga sukar dikendalikan. Wilayah Kota
Bandung yang termasuk KBU telah tumbuh menjadi pusat-pusat pertumbuhan baru. Di pihak lain Pemerintah Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi setelah pisah dari
Kabupaten Bandung, juga memberlakukan wilayahnya di KBU sebagai pusat-pusat kegiatan ekonomi. Berdasarkan hal itu, maka pertimbangan kemampuan daya dukung
dan daya tampung lingkungan pada wilayah pusat pertumbuhan sebagai kebijakan Pemerintah Propinsi Jawa Barat diindikasikan telah diabaikan.
Berdasarkan kebijaksanaan Pemerintah Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, atas dasar simpul-simpul pertumbuhan dengan pendekatan kependudukan
dan kegiatannya, telah di wilayah KBU telah ditetapkan pusat-pusat pertumbuhan berikut BAPPEDA Tingkat I Propinsi Jawa Barat, 1998a, hal. IV-17:
1. Berdasarkan RUTR Kota Bandung, pusat sekunder di wilayah yang termasuk KBU, ditetapkan 1 Kelurahan Sarijadi Kecamatan Sukasari dan 2 Kelurahan
Sadangserang Kecamatan Coblong 2. Berdasarkan RUTRD Kabupaten Bandung sebelum dipecah menjadi Kota
Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat, telah ditetapkan orde sistem kota-kota yang termasuk KBU berikut:
99
-
Orde I - 0 yang dirancang memiliki kemiripan dengan kota Bandung, untuk Kecamatan Cimahi Tengah, Cimahi Utara, Parongpong dan Kecamatan
Cileunyi.
-
Orde II - B, meliputi Kecamatan Padalarang
-
Orde III - A, meliputi Kecamatan Lembang
-
Orde III – B, meliputi kecamatan Cikalong Wetan, Cisarua dan Ngamprah. Secara lebih rinci terkait dengan skala pelayanan dan fungsi kota dari masing-
masing tingkat hirarki kota tersebut dapat dilihat pada Tabel 25 dan hirarki kota-kota yang ada di KBU, dapat digambarkan secara skematis seperti pada Gambar 17.
Tabel 25 .
Hirarki Struktur Kota Kabupaten Bandung Di Wilayah KBU Berdasarkan RUTR Kab. Bandung
Hirarki Kota
Skala pelayanan
Nama Kota Fungsi Kota
Keterangan A B C D
Orde I-0 Lokal
Cileunyi Limpahan peralihan sebagian
Kota Bandung Kecamatan Parongpong
Cimahi Utara
Lokal Cimahi
Tengah Orde II-B
Lokal Padalarang
Membantu pelayanan Kota Soreang Ibu Kota Kab.
Bandung Orde III-A
Lokal Lembang
+ Kota yang diprioritaskan pertumbuhannya berkembang
pesat, sehingga dapat berfungsi sebagai “Vounter Magnet”
Orde III-B Lokal
Cikalong Wetan
+ Pusat pelayanan Cisarua
+ Ngamprah
Keterangan: A
: Pusat pelayahan wilayah belakang hinterland service
B :
Pusat komunikasi antar wilayah inter regional communication C
: Pusat kegiatan industri good processingmanufacturing
- Untuk Kecamatan Cikalong Wetan, Cisarua dan Lembang dikembangkan “agroindstri”
dan “home industry” penunjang parawisata D
: Pusat permukiman residental subcentre
E :
Ibu Kota Kab. Pembantu :
Peningkatan fungsi yang sudah ada +
: Pengembangan fungsi baru
Sumber: BAPPEDA Tingkat I Propinsi Jawa Barat, 1998a
100
Sumber: BAPPEDA Tingkat I Propinsi Jawa Barat, 1998a
Gambar 17. Hirarki kota-kota yang ada di KBU Berdasarkan Kebijaksanaan Pemerintah Kota Bandung 1993 dan Kab. Bandung 1992
Namun Bappeda Tk I Provinsi Jawa Barat 1998a memandang pusat-pusat kota tersebut perlu penyesuaian lagi, terutama terhadap kota-kota yang difungsikan
sebagai kawasan konservasi kawasan lindung agar perkembanganya tidak semakin meluas dan mengganggu fungsi lindung KBU. Berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tersebut, kemudian Bappeda Tk I Propinsi Jawa Barat pada tahun 1998 menetapkan struktur tata ruang KBU yang dibentuk berdasarkan simpul-simpul
pertumbuhan dengan pendekatan kependudukan dan kegiatan yang ada, yang secara skematis terlihat seperti pada Gambar 18.
Ada beberapa alasan Pemerintah Propinsi Jawa Barat dalam menetapkan hirarki kota-kota di KBU, seperti disajikan pada tabel berikut:
III-A
Ngamprah
Kota Bandung III-B
III-B III-B
II-B I-0
I
Cikalong Wetan
Padalarang Cimahi
Cileunyi Cisarua
Parongpong Lembang
I-0
I-0
101
Tabel 26. Alasan Pemerintah Propinsi Jawa Barat Dalam Menentapkan Hirarki Kota-Kota di KBU
No. Kota
Kecamatan Penetapan Hirarki
Kota Alasan Pemerintah Propinsi Jawa Barat
1 2
3 4
1. Kota
Kecamatan Padalarang
Peningkatan dari kota orde II-B
menjadi orde I - 0
Tingginya investasi di sektor perumahan dan adanya keinginan pemerintah untuk menjadikan
Kota Padalarang sebagai daerah perkotaan dengan otonomi sendiri, maka diperkirakan akan
berkembang pesat. Untuk itu Kota Padalarang ini ditetapkan sebagai kota penyangga yang
mempunyai kemiripan dengan Kota Bandung.
2. Kota
Kecamatan Cikalong
Wetan Peningkatan dari
kota orde III-B mejadi orde III-A
Mempunyai kecenderungan untuk berkembang akibat adanya kegiatan perkebunan dan adanya
akses Padalarang – Purwakarta, sehingga untuk mengantisipasi perkembangan kegiatan perkotaan
di Kota Kecamatan Cikalong Wetan tanpa membahayakan fungsi kawasan konservasi yang
ada.
3. Kota
Kecamatan Cisarua
Peningkatan dari kota orde III-B
mejadi orde II-B Mengalami tingkat pertumbuhan yang cukup
pesat sebagai akibat adanya pembangunan permukiman oleh para developer dan berfungsi
sebagai pusat pelayanan jalur distribusi dan koleksi hasil-hasil pertanian bagi daerah
sekitarnya dan sebagai pusat pelayanan beberapa kecamatan yang ada di sekitarnya dengan tingkat
pertumbuhan sedang.
4. Kota
Kecamatan Parongpong
Penurunan dari orde kota I – 0
menjadi III – A Semula ditetapkan sebagai penyangga yang
memiliki kemiripan dengan Kota Bandung, namun untuk menghindari perkembangan kota
meluas hingga ke kawasan konsevasi sehingga perlu diturunkan fungsinya hanya sebagai pusat
pelayanan lokal dengan pertumbuhan cepat
5. Kota
Kecamatan Lembang
Peningkatan dari orde kota III-A
menjadi II-B Mengalami tingkat pertumbuhan yag cukup pesat
dan berfungsi sebagai pusat pelayanan, yaitu sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil-hasil
pertanian bagi kota-kota kecamatan yang ada di sekitarnya, sehingga fungsinya perlu dinaikan
menjadi pusar pelayanan kota-kota kecamatan yang ada di sekitarnya, dengan tingkat
pertumbuhan sedang.
102
Tabel 26 lanjutan
1 2
3 4
6. Kota
Kecamatan Cimenyan
Tidak dikategorikan
ditetapkan menjadi Kota
Orde III-B Lokasinya berdekatan dengan kawasan lindung
dimana pada RUTRD Kabupaten Bandung tidak dikategorikan dalam hirarki kota, tapi dalam
kenyataannya mempunyai kegiatan utama di bidang pertanian, yaitu dalam melayani kegiatan
yang mendukung pertanian dengan skala pelayanan lokal dengan tingkat pertumbuhan
sedang.
7. Kota
Kecamatan Cilengkrang
Tidak dikategorikan
ditetapkan menjadi Kota
Orde III-B Wilayahnya berdekatan dengan Kecamatan
Cileunyi dan Cibiru Kota Bandung, dimana pada RUTRD Kabupaten Bandung tidak dikategorikan
dalam hirarki kota, tapi dalam kenyataannya ada aktivitas pertanian yang dilayani, dengan skala
pelayanan lokal dengan tingkat pertumbuhan sedang dan perkembangannya dibatasi pada
kegiatan yang mendukung pertanian
Sumber: BAPPEDA Tingkat I Propinsi Jawa Barat, 1998a
Sumber: BAPPEDA Tingkat I Propinsi Jawa Barat, 1998a
Gambar 18. Hirarki kota-kota yang ada di Kawasan Bandung Utara Berdasarkan Kebijaksanaan Pemerintah Propinsi Jawa Barat 1998
Kota Bandung Cimenyan
I-0 III-A
Ngamprah
III-A III-B
II-B
I-0 I
Cikalong Wetan
Padalarang Cimahi
Cileunyi Cisarua
Parongpong Lembang
I-0 III-A
III-B III-B
Cilengkrang
103
Perbedaan di atas, dapat juga dipandang sebagai bentuk perkembangan, dimana pada saat penyusunan RUTRD Kabupaten Bandung pada tahun 1992 dan
RTRW Kota Bandung tahun 1993 masih teridentifikasi 9 pusat pertumbuhan, kemudian pada tahun 1998 saat menyusun Rencana Umum Tata Ruang Kawasan
Bandung Utara telah teridentifikasi 11 pusat pertumbuhan. Dengan telah ditetapkannya kebijakan tersebut, ditinjau dari penggunaan
lahan berdampak pada perkembangan fisik wilayah KBU cukup pesat, hal ini dapat dilihat dari banyaknya kompleks perumahan real estate dan berkembangnya sarana
dan prasarana wisata. Menurut Bappeda Propinsi Jawa Barat 1998 perkembangan fisik tersebut ditunjang oleh adanya penguasaan tanah yang relatif mudah,
pemandangan yang cukup indah, dan berbagai aspek lainnya yang mendorong berkembangnya KBU.
Dilihat dari kegiatan perkotaan, wilayah perencanaan merupaan kawasan permukiman dengan kegiatan penunjang seperti perdagangan, pendidikan,
pemerintahan, jasa dan kegiatan lainnya. Menurut Sinulingga 2005, fasilitas pelayanan, jangkauan pelayanan, jumlah penduduk, infrastrutur dan jenis kegiatan
ekonomi merupakan dasar dalam penetapan hirarki kota dalam satu SWP. Dalam perkembangannya, pusat-pusat pertumbuhan yang telah diidentifikasi
pada tahun 1992 dan 1998 di atas, pada saat sekarang telah mengalami perkembangan yang berbeda kaitannya dengan fungsinya sebagai pusat pelayanan. Pusat-pusat
pelayanan yang ada di KBU pada saat sekarang dapat diuraikan sebagai berikut.
Tabel 27. Orde Kota di KBU Berdasarkan Perkembangan Fasilitas Pelayanan dan Infrastruktur
Nama Kota Kedudukan
Jangkauan Pelayahan
Kepadatan penduduk per
ha Fasilitas Pelayanan
Infra-struktur Kegiatan
Hirarki Kota
1 2
3 4
5 6
7 8
Lembang Pusat pelayanan
sosial ekonomi, pemerintahan
dan pelayanan umum
Luas mencakup
Nasional 11 jiwa
Peguruan Tinggi: KOWAD, Sespim
POLRI, SESKO-AU, DODIK
Pusat Penelitian Pertanian;
Pusat per-dagangan Hotel penunjang
pariwisata Jaringan jalan
kolektor primer
Subang – Bandung
Industri besar 15; industri sedang 2
Orde-II
Cimahi Cimahi
Tengah, Cimahi
Utara Pusat pelayanan
sosisal- ekonomi, ibu
kota Kota Cimahi dan
pusat pelayanan umum
Luas mencakup
nasional Cimahi
Tengah: 166 jiwa
Cimahi Utara: 97 jiwa
Pusat perdagang-an; Rumah Sakit Umum 2
RS Jiwa 1 Pusat Pe-merintahan dan
Per-kantoran Komplek militer dan
pusat pendidikan militer Akses primer
Cimahi Teng: industri besar 16, idustri
sedang 1 Cimahi Utara: Industri
besar 36 Orde-II
Kota Bandung
Sukajadi,S ukasari,
Cidadap, Coblong
,Cicendo Pelayanan
subdistrik Luas
mencakup nasional
Sukajadi 193,
Sukasari 119,
Cidadap 65, Coblong
108, Cicendo
166 Pusat per-dagangan
PT: ITB, UNPAD, UPI, NHI, STT Telkom,
Politeknik ITB, Politeknik Swiss, Univ.
Maranatha,
Rumah Sakit Umum 4 Rumah sakit spesial 3
Akses primer Orde-I
Tabel 27 lanjutan
Nama Kota Kedudukan
Jangkauan Pelayahan
Kepadatan penduduk
per ha Fasilitas Pelayanan
Infra-struktur Kegiatan
Hirarki Kota
1 2
3 4
5 6
7 8
Kota Bandung
Arcamanik , Cicadas
dan Ujung Berung
Pusat pelayanan umum dan
pemerintah kecamatan
Lokal Arcama-
nik 70 Cicadas
111 Ujung
Berung 93
Pusat perdagang-an 2 RS Umum 1
Puskesmas 5 Terminal Bis Antar Kota
dan Antar Prop Terminal Angkot
Akses primer Arca-manik: idustri
besar-sedang 16 Cica-das: Industri
besar- sedang 3 Ujung Berung 23
Orde-II
Kota Bandung
Cibiru; Kab.
Bandung Cileunyi
Pusat pelayanan umum dan
pemerintah kecamatan
Lokal Cibiru 61
Cileunyi 95
SMA 4 Pusat perdagang-an 1
RS Umum 1 Puskesmas 1
Terminal Bis 1 Terminal Angkot 1
Pasar 1 Akses primer
Cibiru: idustri besar- sedang 10
Cileu-nyi: Industri besar 5
Orde-II
Kota Bandung
Cibeu- nying Kaler
dan Cibeu- nying
Kidul Pusat pelayanan
umum dan
pemerintah kecamatan
Lokal Cibeu-
nying Kaler 154
Cileunyi 307
SMA 6 Puskesmas 3
Pasar 1 Akses Primer
Orde-III
Kab. Bandung
Ngamprah dan
Padalarang Ibu Kota Kab.
Bandung Barat Lokal
Ngam-prah 29
Pada- larang 24
SMA 2 Puskesmas 1
Pasar 1 Akses Primer
Ngam-prah: idustri besar 16
Orde- III
Tabel 27 lanjutan
Nama Kota Kedudukan
Jangkauan Pelayahan
Kepadatan penduduk
per ha Fasilitas Pelayanan
Infra-struktur Kegiatan
Hirarki Kota
1 2
3 4
5 6
7 8
Kab. Bandung
Cisarua dan
Parongpong Ibukota
Kecamatan Lokal
Cisarua 12
Parong- pong
21 Perguruan Tinggi 5
SMA 13 RS Umum 1
RS Jiwa 1 Puskesmas 5
Akses sekunder dan
Akses Tersier Parong-pong: industri
besar 1 Orde-III
Kab. Bandung
Cilengkran g
Ibukota kecamatan
Lokal 11 jiwa
Perguruan Tinggi 1 SMA 2
Pasar 1 Akses Tersier
Order- III
Kab. Bandung
Cikalong Wetan
Ibukota Kecamatan
Lokal 6 jiwa
SMA 1 Puskesmas 1
Pasar 1 Akses primer
Industri besar 4 Orde-IV
Kab. Bandung
Cimenyan Ibukota
kecamatan Lokal
41 jiwa SMA 14 RS Umum 1
Puskesmas 5 Akses Tersier
Orde- IV
Sumber: Hasil Pengolahan
107
Berdasarkan perkembangan faslitas pelayanan dan infrastruktu saat sekarang tersebut, secara skematis hirarki kota di KBU menjadi seperti tersaji pada Gambar 19.
Keterangan:
: Akses primer : Akses sekunder
: Akses tersier : Kepadatan penduduk
Gambar bersifat skematis, dan tidak skalamatikproporsional Sumber: Hasil Pengolahan
Gambar 19. Hirarki kota-kota yang ada di Kawasan Bandung Utara Berdasarkan Perkembangan Fasilitas Pelayanan dan Infrastruktur
Melihat gambar tersebut, menunjukkan pada saat sekarang telah mengalami perkembangan beberapa pusat pertumbuhan yang diindikasikan pada tahun 1992 dan
1998, dan munculnya orde-orde kota baru yang merupakan ekses dari berkembangnya Kota Bandung menuju Kota Metropolitan. Di wilayah Kabupaten
Bandung Barat yakni Kota Kecamatan Parongpong dan Kota Kecamatan Cisarua menuju penyatuan menjadi pusat pelayanan lokal yang melayani seluruh desa-desa
yang ada di dua kecamatan tersebut, dengan fungsi primernya sebagai pusat pelayanan jalur distribusi dan koleksi hasil-hasil pertanian dengan akses tersier ke
Kota Bandung dan Kota Cimahi tanpa melalui Lembang. Sementara fungsi
Sukasari 119 Cidadap 65
Sukajadi 193 Coblong 108
Cicendo 166 Cimenyan 41
Ngamprah 29
II
II I
Cikalong Wetan 6
Padalarang 24 Cimahi Tengah 166
Cimahi Utara 97 Cisarua 12
Parongpong 21 Lembang 11
Cilengkrang 11
II III
III IV
II III
IV IV
Cibeunying Kaler 154
Cibeunying Kidul 307
Arcamanik 170
Cicadas 111 Ujung Berung
93 Cibiru 61
Cileunyi 95
108
sekundernya adalah sebagai pusat perguruan tinggi, pusat kesehatan jiwa, pusat pemerintahan kecamatan dan komplek militer.
Sementara Kota Kecamatan Lembang berkembang menjadi pusat pelayanan tersendiri dengan fungsi primernya adalah pusat koleksi dan distribusi hasil-hasil
pertanian. Sedangkan fungsi sekundernya adalah pusat perdagangan, pusat perguruan tinggi dan pusat penelitian, daerah tujuan wisata dan pusat pemerintahan kecamatan
dan perkantoran. Dengan lokasinya yang stretegis yang dilalui jaringan kolektor primer Bandung-Lembang-Subang dan dari macam kegiatannya yang cukup
beragam, sehingga dapat dijadikan pusat pelayanan umum. Sedangkan Kecamatan Ngamprah menuju penyatuan dengan Kecamatan
Padalarang dengan akses tersier dan keduanya berhubungan dengan akses primer langsung ke Kota Cimahi. Penyatuan ini juga didorong oleh telah ditetapkannya
Kecamatan Ngamprah sebagai ibukota Kabupaten Bandung Barat pecahan dari Kabupaten Bandung Induk. Sementara itu Kecamatan Cikalong Wetan menjadi
pusat pelayanan lokal dengan perkembangan yang dibatasi oleh kawasan lindung dan lahan perkebunan, sehingga memiliki hirarki yang rendah orde-IV dengan akses
dibatasi ke Kota Padalarang. Di Kota Cimahi, Kota Kecamatan Cimahi Tengah dan Kota Kecamatan
Cimahi Utara menuju penyatuan menjadi pusat pelayanan umum terutama setelah menjadi Ibu Kota Cimahi, namun demikian tetap dipengaruhi oleh Kota Bandung
dengan akses primer. Dilihat dari fungsi kegiatannya Kota Cimahi merupakan fungsi primer dalam peranannya sebagai pusat kegiatan perdagangan regional, pusat industri
dan sebagainya. Kemudian kalau dilihat dari fungsi sekundernya dapat diidentifikasi sebagai lokasi perguruan tinggi, pusat kesehatan, pusat pemerintahan dan
perkantoran, serta komplek militer. Di Kota Bandung, beberapa pusat kota yaitu Kecamatan Sukasari, Cidadap,
Sukajadi, Coblong dan Cicendo dengan pelayanan yang jumlah kondisi dan jenis kegiatannya dapat dikatakan merupakan pusat pelayanan subdistrik, karena dilihat
dari jangkauan pelayanannya sudah cukup luas, termasuk salah satu orientasi orde kota lainnya. Sedangkan Kecamatan Arcamanik, Cicadas dan Ujung Berung memiliki
109
fungsi primer pusat perdagangan lokal dan menjadi orientasi orde kota lainnya yang lebih rendah. Sementara itu Kota Cibeunying Kaler dan Cibeunying Kidul yang
merupakan bagian Kota Bandung sebelah Utara, hanya digunakan sebagai pusat pelayanan lokal untuk penduduk di kelurahan yang ada di 2 kecamatan tersebut dan
difokuskan sebagai pusat pelayanan lngkungan dengan bentuk peningkatan fungsi dan kondisi. Selanjutnya Kota Cibeunying Kaler dan Cibeunying Kidul menjadi
orientasi Kota Cimenyan yang fungsi primernya adalah pusat pelayanan kegiatan pertanian.
Wilayah Kota Bandung bagian Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung telah tumbuh menjadi satu kesatuan pusat kegiatan yakni Cibiru dan
Cileunyi. Dengan letaknya yang strategis dengan akses jalan tol dan akses primer, kedua kota ini menjadi pusat perdagangan lokal dan menjadi orientasi kota orde
lainnya yang lebih rendah yakni Kecamatan Cilengkrang yang berkembang sebagai pusat pelayanan kegiatan pertanian dengan skala pelayanan lokal.
2. Sistem Penggunaan Lahan Kota