65
Tabel 18. Luas Kawasan Bandung Utara Berdasarkan Jenis Batuan
No. Jenis Batuan Luas ha Persentase 1
2 3
4 5
6 A
AE B
C CE
D 19650,00
2011,33 884,76
6491,54 5568,03
3942,66 50,97
5,22 2,3
16,84 14,44
10,23 Jumlah
38548,33 100
Keterangan: A = Tufa Pasiran didominasi abu vulkanik, endapan kipas aluvial dan batuan api
klasik B = Aliran lava dominan
C = Hasil gunung api tak teruraikan D = Endapan aliran massa
E = Breksi volkanik, aliran lava dan aglomerat AE = Tufa Pasiran didominasi abu vulkanik, endapan kipas aluvial, batuan gunung
api, klastik Breksi volkanik, aliran lava dan aglomerat CE = Hasil gunung api tak teruraikan, breksi volkanik, aliran lava dan aglomerat.
Sumber: Dinas Tarukim Prov Jawa Barat 2004
3. Potensi Bencana Alam
Potensi bencana alam yang ada di wilayah Bandung Utara antara lain:
1 Longsoran Tebing. Longsorang Tebing sangat potensial terjadi di sepanjang
tebing-tebing sungai dan lereng-lereng terjal mengingat banyak jenis tanah yang gembur dan lepas. Beberapa kejadian longsoran yang pernah terjadi antara lain di
Lembang, Dago Utara, dan G. Manglayang.
2 Aliran Lahar. Bahaya aliran lahar yang berpotensi menimbulkan bencana bagi
wilayah Bandung Utara berasal dari G. Tangkuban Perahu. Apabila terjadi letusan, diduga aliran laharnya akan memasuki Sungai Cimahi dan Sungai
Cikapundung. Luas Wilayah Bandung Utara yang termasuk bahaya aliran lahar adalah sekitar 5.805,58 ha atau sekitar 15 dari luas Wilayah Bandug Utara.
3 Erosi. Erosi dapat terjadi pada seluruh permukaan wilayah Bandung Utara
terutama jika tidak ada penutup. Kondisi saat ini menunjukkan adanya beberapa
66
tempat yang telah mengalami erosi berat, yang diindikasikan oleh sudah tidak adanya Horizon A dari tanah, Horizon B dan C sudah tersingkap, bahkan kadang
batuan dasar juga sudah mulai tampak. Erosi yang cukup potensial dan cukup besar di wilayah Bandung Utara akan menyebabkan terjadinya pendangkalan dan
penyempitan Sungai Citarum, dan akhirnya menyebabkan banjir.
4 Gempa Bumi. Sepanjang sejarah, bencana gempa bumi di wilayah Bandung
Utara tidak begitu menonjol. Namun demikian tetap perlu diwaspadai mengingat dekatnya jarak gunung api gempa vulkanik, dan terletak di wilayah aktif secara
tektonik gempa tektonbik. Tanah yang gembur dan lereng yang terjal berpotensi sebagai longsoran akibat gempa bumi.
5 Gerakan Tanah. Di wilayah Bandung Utara terdapat zona gerakan tanah seluas
12.802,93 ha. Dengan berbagai kemungkinan bencana seperti tersebut di atas, maka
kegiatan pembangunan di wilayah Bandung Utara harus memperhatikan faktor bencana tersebut, agar suasana kehidupan aman dan tenang bagi masyarakat yang
berada di kawasan tersebut dapat tercapai. 4. Hidrologi
Air Tanah Berdasarkan hasil survei periode Mei-Agustus 1993 yang dilakukan oleh
Direktorat Geologi Tata Lingkungan, secara umum wilayah Cekungan Bandung dibagi menjadi lima zona konsevasi air tanah, yaitu:
1 Zona Konservasi Air Tanah I. Zona ini merupakan wilayah yang secara teknis
hidrogeologis sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan pengambilan air tanah untuk semua peruntukan kecuali air minum dan air rumah tangga pada
semua kedalaman. Khusus untuk keperluan industri, pengambilan baru air tanah hanya diperbolehkan dengan membuat sumur bor baru sebagai sumur pengganti.
Pada zona ini kedudukan air tanah makin menurun mencapai kedalam 81 m bmt di bawah permukaan tanah, dengan penurunan mencapai 6,61 mtahun.
Wilayah yang termasuk zona ini meliputi seluruh Kota Bandung, kecuali Kecamatan Rancasari, wilayah Kabupaten abandung meliputi Kecamatan
67
Dayeuh Kolot, Cimahi Selatan, Cimahi Utara, Cimahi Tengah, Margaasih dan Majalaya.
2 Zona Konservasi Air Tanah II. Pada zona ini untuk keperluan industri
disarankan menyadap cadangan air tanah pada akuifer kedalaman lebih dari 150 m bmt, dengan debit pengambilan kurang dari 150 litermenit. Akuifer
kedalaman kurang dari 150 m bmt diperlukan untuk keperluan air minum dan rumah tangga. Kedudukan muka air tanah kelompok akuifer 35 – 150 m bmt
pada zona ini umumnya telah menurun berkisar antara 1,68 m hingga 7,19 mtahun. Wilayah yang termasuk zona ini meliputi Kecamatan Rancasari,
Cileunyi, Cikeruh, Rancaekek, Cicalengka, Cikancung, Ciparay, Banjaran, Pameungpeuk, Margahayu, Katapang, dan Soreang.
3 Zona Konservasi Air Tanah III. Zona ini merupakan wilayah dengan cadangan
air tanah masih dapat dikembangkan, untuk keperluan industri disarankan menyadap air tanah akuifer lebih dari 80 m bmt dengan debit pengambilan
kurang dari 200 lmenit. Air tanah pada akuifer kedalaman kurang 80 m bmt diperuntukan bagi konsumsi air minum dan rumah tangga. Wilayah yang
termasuk zona ini meliputi Kecamatan Bojongsoang, Ciparay, Paseh, dan Cilengkrang.
4 Zona Konservasi Air Tanah IV. Zona ini merupakan wilayah resapan utama air
tanah cekungan Bandung. Pengambila air tanah di wilayah ini dilarang pada semua kedalaman kecuali untuk keperluan air minum dan rumah tangga
penduduk setempat. Wilayah yang termasuk zona ini adalah sebagian Kecamatan Cisarua, Cimahi Utara, Ngamprah, Parongpong dan Lembang.
5 Zona Konservasi Air Tanah V. Zona ini merupakan wilayah dengan cadangan
air tanah yang masih dapat dikembangkan lebih lanjut baik menyadap air tanah dari akuifer dangkal maupun dalam, dengan debit kurang dari 250 lmenit.
Penyadapan air tanah pada akuifer kedalaman kurang dari 60 m bmt terutama diperutukan bagi keperluan air minum dan rumah tangga. Zona ini tersebar di
seluruh kecamatan.
68
Dari 38548,33 ha lua KBU, zona V merupakan zona Luas masing-masing zona terluas yakni 29180,84 ha 75,70, kemudian diikuti oleh zona III dan IV
seluas 7114,99 ha 18,46, zona I seluas 1796,58 ha 4,66 dan zona II seluas 455,92 ha 1,18. Adapun sebaran luas zona konservasi di KBU dapat dilihat pada
Tabel 19. Tabel 19. Zona Konservasi Air Tanah di Kawasan Bandung Utara
No. Zona Konservasi Luas ha Persentase 1
2 3
4 Zona I
Zona II Zona III dan IV
Zona V 1796,58
455,92 7114,99
29180,84 4,66
1,18 18,46
75,70
Jumlah 38548,33
100
Sumber: Dinas Tarukim Prov Jawa Barat 2004
Air Permukaan dan Mata Air KBU merupakan daerah tangkapan air dan salah satu Hulu Daerah Aliran
Sungai DAS Citarum sebagai Sub DAS. Adapun Sub DAS tersebut berasal dari rangkaian pegunungan yang ada di KBU yang terdiri dari rangkaian pegunungan di
bagian Barat yaitu Gunung Burangrang, Gunung Masigit, Gunung Gedogan, Gunung Lembungan, Gunung Wayang sampai Gunung Tangkuban Perahu; rangkaian
pegunungan ke arah Timur mulai dari Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Keramat, Gunung Lingkung sampai Gunung Bukit Tunggul. Disamping itu juga berasal dari
bukit-bukit yang ada di antara rangkaian pegunungan tersebut. DAS tersebut berada di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Secara rinci Sub DAS yang
terdapat di KBU tersebut dapat dilihat pada Tabel 21. Mata air adalah air tanah yang tertekan keluar yang menjadi air permukaan.
Kualitas mata air pada umumnya masih baik, belum terpengaruh oleh bahan-bahan yang berbahya. Di KBU mata air pertama bagian paling Utara muncul di daerah
Utara Cisarua dengan debit lebih dari 40 literdetik. Mata air berikutnya muncul di daerah sekitar Lembang sampai Dago. Di daerah ini mata air dimanfaatkan
69
seluruhnya untuk irigasi sehingga tidak ada limpasan. Berdasarkan data dari PDAM Kabupaten Bandung sampai saat ini telah tercatat jumlah mata air yang ada di KBU
sebanyak 175 mata air dengan total debit 6115 literdetik. Sedangkan menurut data dari DPU Cipta Karya Jabar mata air yang terdapat di KBUsekitar 49 buah dengan
debit kurang dari 5 ldetik ada 29 buah, 5 – 20 ldetik ada 18 buah, dan 2 buah ber debit lebih besar dari 20 ldetik.
Tabel 20.
Luas Sub DAS Hulu Citarum di Kawasan Bandung Utara Berdasarkan Wilayah Administrasi dan Status Kawasan Hutan
No. Sub DAS Hulu Sungai
dan Ketinggian
m dpl Kab
Kota Luas DAS
Kawasan Hutan
Luar Kawasan Hutan
Total Luas ha
ha ha
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1. Cimahi Rangkaian
Pegunungan Sebelah
Barat: Gunung
Burangrang, G. Masigit,
G.Gedogan, G.Lembungan
dan G.Tangkuban
Perahu 750 – 2000
Kota Cimahi
1680 35
3120 65
4800 100
2. Cibeureum Rangkaian Pegunungan
Sebelah Barat:
Gunung Burangrang,
G. Masigit, G.Gedogan,
G.Lembungan dan
G.Tangkuban Perahu 750 –
2000 Kab.
Bandung 950
8,1 10770 91.9 11720 100
70
Tabel 20 lanjutan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
3. Cikapun- dung
Rangkaian Pegunungan
Sebelah Timur:
Gunung Tangkuban
Perahu, G. Keramat, G.
Lingkung, dan G. Bukit
Tunggul 1100 – 2100
Kab. Bandung
Kota Bandung
Kab. Subang
Kab.Su- medang
3574 53
57 186
9,3 0,1
0,1 0,5
23411 11.299
60,7 29,3
26985 11.352
57 186
70,0 29,4
0,1 0,5
Jumlah 3870
9,8 34710 90,0 38580 100
4. Cidurian Drainase
bukit kecil Kab.
Bandung 150 2,90
5030 97,10 5180 100
5. Cikeruh Drainase
bukit kecil Kab. Su-
medang 4180 22,8
2 14140 77,18 18320 100
Sumber: PT Perhutani 2002
5. Ekosistem KBU yang meliputi wilayah seluas 38.548 ha, bukan merupakan wilayah yang
homogen. Ada karakter dan fungsi yang beranekaragam, karena itu tidak cukup dikelola dengan satu kaidah. Perlu ada pembedaan dan pembagian ruang menurut
karakter dan fungsinya berdasarkan kaidah masing-masing. Berdasarkan hal tersebut, keseluruhan KBU dibedakan dalam beberapa mintakat zoning, guna memperjelas
dan mempertajam permasalahan, serta guna menentukan tindakan yang sesuai dengan kondisi masing-masing mintakat tersebut.
KBU dibedakan dalam lima mintakat yang didasarkan pada 1 karakter morfologinya, 2 sifat tanah dan batuan, dan 3 fungsi dan perannya terhadap tata
air di kawasan bahawannya. Adapun kelima mintakat tersebut adalah: 1 Mintakat Cekungan Lembang. Sebagian mintakat ini lerengnya kecil. Hasil
endapan Gunung Tangkuban Perahu yang subur, peresapan relatif tinggi, hulu daerah aliran sungai Cikapundung, dipisahkan dengan cekungan Bandung oleh
patah Lembang dan deretan Gunung Lembang sampai Gunung Manglayang, di
71
sebelah Timur dibatasi oleh Bukit Tunggul. Mintakat ini mempunyai hubungan tata air dengan cekungan Bandung diduga hanya melalui sungai Cikapundung.
Oleh adanya patahan dan batuan tua G Sunda yang memisahkannya dengan cekungan Bandung, banyak yang berpendapat resapan pada cekungan Lembang
ini tidak mencapai cekungan Bandung. Adapula yang berpendapat bahwa air yang meresap tersebut menerobos di bawah atau di celah-celah batuan tua
Gunung Sunda. Produktivitas pertanian di mintakat ini cukup tinggi. 2 Mintakat Manglayang. Mitakat ini merupakan wilayah di puncak Gunung
Manglayang ke arah kakinya di sebelah Barat dan Selatan. Berbukit-bukit, tidak terlalu subur, dan peresapan relatif rendah. Mempunyai keterkaitan tata air
dengan kawasan bawahnya terutama melalui air permukaan. Produktivitas pertanian tidak terlalu tinggi.
3 Mintakat Pakar-Ciburial. Terletak di sebelah Selatan patahan Lembang bagian Timur, di Selatan bukit yang membujur dari Bukit Jarian sampai Gunung
Lembang. Ini merupakan daerah berbukit, tingkat resapan rendah, produktivitas pertanian rendah, erosi tinggi. Hubungan tata air dengan kawasan bawahnya
terutama melalui air permukaan. Sumber air juga terbatas karena hanya beras; dari perbukitan dengan resapan yang rendah.
4 Mintakat Tangkuban Perahu. Meliputi keseluruhan aluvial yang berasal dari endapan vulkanik Tangkubanperahu. Merupakan lereng-lereng panjang, subur
dengan tingkat resapan yang relatif tinggi. Mintakat ini mempunyai hubungan tata air dengan kawasan bawahnya yaitu Bandung dan Cimahi melalui peresapan
mapun permukaan. Produktivitas pertanian tinggi, tetapi invasi permukiman pada kawasan ini juga tinggi. Kondisi morfologinya memungkinkan dapat dilakukan
pembangunan dengan skala relatif besar. 5 Mintakat Burangrang. Merupakan kawasan dari puncak sampai kaki Gunung
Burangrang. Sedikit berbukit, bagian atasnya pada elevasi 900 m ke atas merupakan daerah dengan produktivitas yang tinggi. Peresapan diduga cukup
tinggi. Karena itu dengan daerah bawahnya Padalarang mempunyai hubungan tata air melalui air permukaan dan diduga melalui resapan.
72
D. Kondisi Penggunaan Lahan