109
fungsi primer pusat perdagangan lokal dan menjadi orientasi orde kota lainnya yang lebih rendah. Sementara itu Kota Cibeunying Kaler dan Cibeunying Kidul yang
merupakan bagian Kota Bandung sebelah Utara, hanya digunakan sebagai pusat pelayanan lokal untuk penduduk di kelurahan yang ada di 2 kecamatan tersebut dan
difokuskan sebagai pusat pelayanan lngkungan dengan bentuk peningkatan fungsi dan kondisi. Selanjutnya Kota Cibeunying Kaler dan Cibeunying Kidul menjadi
orientasi Kota Cimenyan yang fungsi primernya adalah pusat pelayanan kegiatan pertanian.
Wilayah Kota Bandung bagian Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung telah tumbuh menjadi satu kesatuan pusat kegiatan yakni Cibiru dan
Cileunyi. Dengan letaknya yang strategis dengan akses jalan tol dan akses primer, kedua kota ini menjadi pusat perdagangan lokal dan menjadi orientasi kota orde
lainnya yang lebih rendah yakni Kecamatan Cilengkrang yang berkembang sebagai pusat pelayanan kegiatan pertanian dengan skala pelayanan lokal.
2. Sistem Penggunaan Lahan Kota
a. Penetapan Zona Perkotaan dan Zona Perumahan
Untuk mengetahui kegiatan dominan di masing-masing pusat pertumbuhan dalam SWP Bandung secara lokal di wilayah KBU, maka diperlukan suatu analisis
pergerakan orang dalam sistem transportasi. Elemen-elemen sistem transportasi yang terkait dalam penetapan zona perkotaan dan perumahan, meliputi:
1 Pelaku perjalanan yang menyangkut perilaku, jumlah, fluktuasi perjalanan yang diakibatkan oleh aktivitas terhadap kegiatan ruang kota. Terkait dengan sistem
penggunaan lahan, kajian tentang bangkitan perjalanan baik kondisi eksisting maupun tahun perencanaan dapat digunakan untuk menganalisis struktur ruang
yang dibentuk, terutama dari sistem perumahan maupun perkotaan. 2 Prasarana transportasi, baik berupa sistem jaringan jalan road system, jaringan
bebas hambatan toll system, sistem jaringan kereta api dengan kajian secara menyeluruh, dan yang terkait. Terkait dengan sistem penggunaan lahan, kajian
ini dapat digunakan untuk melihat penyebaran kegiatan perkotaan dan perumahan serta perubahannya.
110
3 Sistem sarana transportasi, meliputi jenis moda, fasilitas pendukung diperlukan untuk menganalisis pergeseran permukiman dari pusat perkotaan ke luar kota
berdasarkan tingkat kelajuan para pekerja. 4 Manajemen tranportasi yang terkait dengan pengaturan terminal, rute angkutan
umum, jenis moda angkutan umum, arah pergerakan kendaraan umum, pribadi dan barang; digunaan untuk menganalisis penyebaran aglomerasi penduduk
permukiman. Dalam kaitan dengan penetapan identifikasi pemanfaatan untuk kegiatan
perkotaan perkantoran, perdagangan, jasa, pendidikan dll dan untuk kegiatan perumahan, akan digunakan analisis pola bangkitan perjalanan dan sistem jaringan
jalan untuk wilayah Kabupaten Bandung dan Kota Bandung yang masuk wilayah KBU.
Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Bangkitan pergerakan trip generation merupakan perkiraan jumlah
pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan yang dicirikan oleh jumlah arus lalu lintas, jenis
lalulintas pejalan kaki, truk, mobil dan lalu lintas pada waktu tertentu Tamin, 2000. Satuan jumlah dari jenis lalulintas disimbulkan SMP. Tingginya angka
produksi perjalanan dibandingkan tarikan di suatu zona menandakan pemanfaatan lahan lebih dominan untuk kegiatan perumahan, sebaliknya angka tarikan perjalanan
yang tinggi menunjukkan kegiatan perkotaan lebih dominan sehingga menarik perjalanan dari beberapa zona lainnya.
Analisis produksi dan tarikan secara internallokal untuk Kota Bandung dan Kabupaten Bandung menggunakan hasil analisis sekunder hasil penelitian LPM-ITB
1997 dan proyeksi dari Bappeda Prop. Jabar 1998, kemudian ditetapkan aktivitas tata guna lahannya seperti terlihat pada Tebel 28 dan Tabel 29.
Penggunaan angka relatif dalam penentuan tata guna lahan perumahan dan perkotaan secara internallokal, hanya menunjukkan aktivitas yang mendominasi pada
tata guna lahan tersebut, artinya jika di suatu lokasi mempunyai dominasi aktivitas kegiatan perumahan bukan berarti bahwa di lokasi tersebut tidak terdapat kegiatan
111
perkotaan atau sebaliknya. Angka relatif tersebut digunakan untuk melihat perubahan penggunaan lahan secara internal. Untuk memberikan gambaran angka absolut
bangkitan asal dan tarikan tujuan pada guna lahan perkotaan dan perumahan di Amerika Serikat dan Inggris seperti tersaji pada Tabel 30.
Tabel 28. Produksi dan Tarikan Perjalanan di KBU Pada Wilayah Kota Bandung
No Zona Kota
Kecamatan 1997
2010 Asal
Tujuan Aktivitas
Tata Guna Lahan
Asal Tujuan
Aktivitas Tata Guna
Lahan 1
Isola 2748
2457 Perumahan 2880
3750 Perkotaan 2
Ledeng 2748
2457 Perumahan 2745
3560 Perkotaan 3
Ciumbuleuit 2256
2181 Perumahan 2478
3535 Perkotaan 4
Dago 5325
5439 Perkotaan 5715
11054 Perkotaan 5
Hegarmanah 1968
2181 Perkotaan 1874
3070 Perkotaan 6
Gegerkalong 2730
2355 Perumahan 2757
3548 Perkotaan 7
Sukarasa 2472
2529 Perkotaan 2975
4526 Perkotaan 8
Sarijadi 4368
4521 Perkotaan 5226
7947 Perkotaan 9
Sukawarna 5268
5409 Perkotaan 6456
13514 Perkotaan 10 Sukagalih
2559 6240 Perkotaan
3164 8047 Perkotaan
11 Cipedes 1959
2745 Perkotaan 1994
5808 Perkotaan 12 Sukaraja
7608 8028 Perkotaan
10248 15372 Perkotaan
13 Husein Sastranegara
2604 2373 Perumahan
2311 3286 Perkotaan
14 Sukabungah 1677
1383 Perumahan 1707
2978 Perkotaan 15 Pasteur
2130 1644 Perumahan
1952 2708 Perkotaan
16 Cipaganti 2703
1686 Perumahan 2502
2782 Perkotaan 17 Lebaksiliwangi
4377 2337 Perumahan
3914 3875 Perumahan
18 Sekeloa 5526
5532 Perkotaan 6017
9086 Perkotaan 19 Lebakgede
4326 2262 Perumahan
3875 3714 Perumahan
20 Cigadung 4284
1872 Perumahan 4686
3024 Perumahan 21 Sadangserang
4257 1485 Perumahan
4668 2079 Perumahan
22 Sukaluyu 4341
2010 Perumahan 3927
3331 Perumahan 23 Neglasari
4341 1920 Perumahan
4155 3322 Perumahan
24 Sukapada 2460
3330 Perkotaan 2629
5295 Perkotaan 25 Pasirlayung
2295 3912 Perkotaan
2773 6833 Perkotaan
26 Padasuka 2448
3267 Perkotaan 2606
5091 Perkotaan 27 Cikutra
2460 3330 Perkotaan
2358 5863 Perkotaan
28 Cicadas 2430
5049 Perkotaan 2115
7921 Perkotaan 29 Ujungberung
5157 5769 Perkotaan
11268 10412 Perumahan
30 Cisurupan 4989
5820 Perkotaan 10461
8270 Perumahan 31 Cigending
4233 5427 Perkotaan
11382 6380 Perumahan
32 Pasirendah 2295
3912 Perkotaan 3122
7412 Perkotaan Jumlah Asal Tujuan 111342 110862 Perumahan
136940 187393 Perkotaan Jumlah Total Perjalanan 222204
324333 Sumber: BAPPEDA Tingkat I Propinsi Jawa Barat, 1998a dan Hasil Pengecekan
112
Tabel 29. Produksi dan Tarikan Perjalanan di KBU Kab. Bandung SMPjam
No ZonaKecamatan 1997
2010 Asal
Tujuan Aktivitas
Tata Guna Lahan Asal
Tujuan Aktivitas
Tata Guna Lahan
1 Cikalong Wetan 1422
1443 Pasar 11841
5715 Perumahan 2 Padalarang
1290 1431 Perkotaan
14034 18224 Perkotaan
3 Ngamprah 1290
1431 Perkotaan 14034
4358 Perumahan 4 Cisarua
1359 1509 Pasar pertanian
33805 7040 Perumahan
5 Lembang 1359
1509 Pasar pertanian 19082
8786 Perumahan 6 Cimenyan
4923 4890 Pasar pertanian
8579 1940 Perumahan
7 Cilengkrang 4923
4890 Pasar pertanian 3125
3249 Pasar pertanian 8 Cileunyi
4287 4695 Perkotaan
19456 26707 Perkotaan
9 Parompong 1998
1899 Perumahan 12548
9497 Perumahan 10 Cimahi Tengah
8292 8508 Perkotaan
55793 84292 Perkotaan
11 Cimahi Utara 4503
4392 Perumahan 8774
8554 Perumahan Jumlah asal dan
tujuan 35646 36597 Pasar Pertanian
201071 178362 Perumahan Jumlah total
perjalanan 72243
379433 Sumber: BAPPEDA Tingkat I Propinsi Jawa Barat, 1998a dan Hasil Pengecekan
Tabel 30. Tarikan dan Bangkitan Aktivitas Guna Lahan di AS dan Inggris
Deskripsi aktivitas tata guna lahan
Tarikan pergerakan per ha Bangkitan pergerakan per
ha Perkotaan
1. Pasar Swalayan 13600
- 2. Pertokoan
8500 -
3. Pusat pertokoan 3800
- 4. Restoran siap santap
59500 -
5. Restoran 6000
- 6. Gedung perkantoran
1300 -
7. Rumah sakit 1800
- 8. Perpustakaan
4500 -
9. Daerah industri 500
Perumahan 1. Permukiman di luar kota
- 150
2. Permukiman di batas kota -
315 3. Unit rumah
- 400
4. Flat tinggi -
500 Sumber: Tamin 2000
Berdasarkan data pada Tabel 28 dan Tabel 29 di atas, menunjukkan untuk wilayah Kota Bandung, pada tahun 1997 dari 32 zonakecamatan terdapat 14
zonakecamatan yang merupakan zona asal perjalanan dengan dominasi aktivitas kegiatan perumahan dan 28 zona sebagai tujuan perjalanan dengan dominasi aktivitas
113
kegiatan perkotaan. Ke-empat belas zona kegiatan permukiman tersebut merupakan zona wilayah Kota Bandung yang berada di bagian Utara atau berbatasan dengan
Kabupaten Bandung. Namun pada tahun 2010, KBU diindikasikan telah mengalami perubahan, dimana dari 32 zona yang ada di KBU sebanyak 23 zona merupakan zona
tujuan perjalanan dengan dominasi aktivitas perkotaaan, sisanya sebanyak 9 zona dominasi oleh aktivitas perumahan. Zona yang mengalami perubahan dari perumahan
menjadi perkotaan adalah Isola, Ledeng, Ciumbuleuit, Gegerkalong, Husen Sastranegara, Sukabungah, Pasteur, Cipaganti. Zona yang tetap didominasi aktivitas
perkotaan adalah Dago, Hegarmanah, Sukarasa, Sarijadi, Sukawarna, Sukagalih, Cipedes, Sukaraja, Sekeloa, Sukapada, Pasirlayung, Padasuka, Cikutra, Cicadas, dan
Pasirendah. Sementara dari dominasi aktivitas perkotaan yang berubah didominasi aktivitas perumahan adalah Ujungberung, Cisurupan dan Cigending. Zona yang tetap
didominasi aktivitas perumahan adalah Lebakgede, Cigadung, Sadangserang, Sukaluyu, dan Neglasari.
Sementara itu keseluruhan ZonaKecamatan KBU pada wilayah Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi pada tahun 1997, dari 11 kecamatan sebanyak 9 kota
kecamatan di KBU merupakan tujuan perjalanan yang diindikasikan oleh dominasi aktivitas pasar lokal, pusat koleksi dan distribusi hasil-hasil pertanian, serta kawasan
perkotaan dan perkantoran; sedangkan yang merupakan asal mobilitas hanya kecamatan Parongpong dan Kecamatan Cimahi Utara. Kemudian berdasarkan
prediksi dan pengecekan tahun 2008, aktivitas di KBU diindikasikan telah mengalami perubahan dimana dari 11 kota kecamatan sebanyak 8 kota kecamatan telah menjadi
kawasan asal perjalanan atau dominasi kegiatannya berubah menjadi perumahan. Adapun kecamatan yang mengalami perubahan dari tujuan perjalanan menjadi asal
perjalanan adalah Kecamatan Cikalong Wetan, Ngamprah, Cisarua, Lembang, dan Cimenyan. Hal ini berarti bahwa perkembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut
lebih lambat dibanding dengan perkembangan perumahan baik yang dibangun oleh pengembang melalui perijinan maupun dilakukan secara alami oleh masing-masing
keluarga.
114
Dengan adanya perubahan penggunaan lahan di Kota Bandung dan Kota Cimahi yang semakin didominasi oleh aktivitas perkotaan, maka wilayah KBU yang
masuk Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat mendapatkan limpahan penduduk dengan tumbuhnya penggunaan lahan perumahan. Perubahan-perubahan
penggunaan lahan tersebut umumnya terjadi di dekat pusat pertumbuhan yakni di kota kecamatan. Aktivitas beberapa kota kecamatan yang semula didominasi oleh
aktivitas penggunaan lahan perkotaan, pada saat sekarang telah didominasi perumahan, sehingga struktur kawasan kota kecamatan tersebut sebagian besar
merupakan kawasan perumahan. Sedangkan perubahan zona perumahan menjadi perkotaan pada umumnya terjadi di Kota Bandung, seiring dengan berkembangnya
pusat-pusat pertumbuhan di Kota Bandung sebagai subdistrik, sehingga subdistrik tersebut mendapatkan limpahan pertumbuhan kota dari pusat pertumbuhan sekitarnya
dengan tumbuhnya industri jasa. Ringkasan pergeseran perubahan penggunaan lahan perumahan dan perkotaan di Kota Bandung ke Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Bandung Barat seperti tersaji pada tabel berikut. Tabel 31. Perubahan Aktivitas Guna Lahan Perumahan dan Perkotaan di KBU
Aktivitas Utama Guna
Lahan Kota Bandung
Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat dan Kota Cimahi
Tahun 1997 Tahun 2010
Tahun 1997 Tahun 2010
Jml Zonakec
Jml Zonakec
Jml Zonakec
Jml Zonakec
Perumahan 18
44 9
28 2
18 7
64 Perkotaan
14 56
23 72
4 36
3 27
Pasar Lokal -
- -
- 1
9 Pasar
Pertanian -
- -
- 4
36 1
9
Sebagai gambaran perkembangan perumahan dan pertumbuhan kota dapat dilihat dari perkembangan ijin lokasi sebagaimana rekapitulasi berikut.
Tabel 32. Rekapitulasi Izin Lokasi di Kawasan Bandung Utara ha
Kabupaten Kota
Perumahan Industri
Jasa Resort
Pariwisata Villa Real
Estate Bangunan
gedung Jumlah
1 2
3 4
5 6
7 Kota Bandung
174 32
- -
- 206
Cibiru 50
- -
- - 50
Sukajadi -
24 -
- - 24
Sukasari 6
- -
- 7
115
Tabel 32 lanjutan
1 2
3 4
5 6
7 Cidadap
85 3
- -
- 88
Coblong 33
3 -
- -
36 Cicendo
- 1
- -
- 1
Kab. Bandung 2475
- 593
540 55
3,663 Cimenyan
68 -
323 -
- 391
Lembang 10
- 269
412 10
701 Parongpong
476 -
1 128
23 628
Cisarua -
- -
- 21
21 Ngamprah
1.511 -
- -
- 1.511
Cileunyi 146
- -
- -
146 Cilengkrang
30 -
- -
- 30
Cikalong Wetan 200
- -
- -
200 Cimahi Utara
35 -
- -
- 35
KBU 2649
32 593
540 55
3,869 Sumber: BPN Kota Bandung 2001, BPN Kabupaten Bandung 2001, dan Dinas Tata
Ruang dan Permukiman Provinsi Jawa Barat 2004
Gambar 20. Luas Izin Lokasi di KBU Wilayah Kota Bandung
R
R R
R
R
R I
I
I I
I I
P P
P P
P P
V V
V V
V V
G G
G G
G G
- 10
20 30
40 50
60 70
80 90
Cibiru Sukajadi
Sukasari Cidadap
Coblong Cicendo
Ju m
la h
ij in
kecamatan
116
Gambar 21. Luas Izin Lokasi di KBU Wilayah Kabupaten Bandung Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan sangat menentukan perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian dan kawasan lindung menjadi areal perumahan dan perkotaan.
Kapasitas jaringan jalan utama merupakan faktor yang menjadi bahan pertimbangan orang untuk melakukan pilihan dalam penggunaan lahan ke arah yang lebih intensif.
Kepadatan lalu lintas jaringan jalan tersebut dihitung dalam nilai VCR Volume – Capacity Ratio
. Tingkat kepadatan berhubungan dengan jenis kegiatan di sepanjang jalan tersebut, dimana nilai VCR-nya masuk kategori kritis, menunjukkan bahwa
aktivitas perkotaan dan perumahan yang mendominasi lintasan jalan tersebut, sebaliknya nilai VCR-nya rendah menunjukkan lintas sepanjang jalan tersebut
didominasi oleh kegiatan pertanian atau guna lahannya berupa guna lahan pertanian dan kehutanan.
Berdasarkan hasil perhitungan estimasi Bappeda Propinsi Jawa Barat 1998 untuk kurun waktu 2010, dengan asumsi tidak ada penambahan jaringan jalan baru,
kapasitas jalan utama di KBU yakni ruas jalan Setiabudi, Surya Sumantri, Sukajadi, Cihampelas, Ir.H.Juanda, Dipati Ukur, Terusan Pateur, Pasteur, KPH Mustopa
R R
R R
R
R R
R R
P P
P P
P P
P P
P V
V V
V V
V V
V V
G G
G G
G G
G G
G 200
400 600
800 1000
1200 1400
1600
Ju m
la h
i ji
n
kecamat an
117
sampai Cileunyi akan melebihi kapasitas jalan dengan nilai VCR di atas 1. Kegiatan- kegiatan yang dominan di sepanjang jalan tersebut adalah perkotaan dan perumahan
kota. Sedangkan untuk kabupaten Bandung yakni Jalan Cikalong Wetan – Cipeundeuy, Cimahi – Cisarua, Cisarua – Lembang, Panorama Setiabudi – Grand
Hotel Lembang, dan Cihanjuang – Ciwaruga telah melebihi kapasitas yang ada, dimana kegiatan dominan di sepanjang jalan tersebut adalah pasar lokal dan
perumahan. Secara rinci estimasi VCR Jaringan Jalan Utama KBU di Kabupaten Bandung dan Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 33.
Kegiatan dominan di sepanjang jalan utama tersebut yakni aktivitas perkotaan dan perumahan mencerminkan salah satu unsur morfologi kota di KBU sebagaimana
yang disampaikan Hebert 1973 dalam Yunus 2005 bahwa morfologi kota tercermin pada sistem jalan-jalan yang ada, blok-blok bangunan baik daerah hunian
ataupun perdaganganindustri dan juga bangunan-bangunan individual. Sementara itu Smailes 1955 dalam Yunus 2005 memperkenalkan 3 unsur morfologi kota yaitu
1 unsur-unsur penggunaan lahan, 2 pola-pola jalan dan 3 tipe-tipe bangunan. Penyebaran penggunaan lahan di KBU di atas, dimana pada KBU di luar Kota
Bandung, telah menunjukkan kenampakkan kekotaan dan areal batas kota built up area
jauh melampaui batas administrasi kota Bandung. Berdasarkan eksistensi batas fisik kota berada jauh dari batas administrasi kota spill urban area tersebut, maka
kondisi Kota Bandung sebagai pusat Kota KBU dinamakan “under bounded city”. Pada kondisi kenampakan kekotaan dan areal batas kota yang jauh melampaui batas
administrasi kota memungkinkan munculnya beberapa permasalahan d pengaturan wilayah. Wewenang pemerintah Kota Bandung untuk merencanakan wilayahnya
hanya terbatas pada daerah yang terletak di dalam batas administrasi pemerintahan kota. Sementara itu untuk daerah kekotaan yang terletak di luar batas Kota Bandung
menjadi wewenang pemerintah daerah yang lain yakni Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi. Perbedaan ini terlihat dari arah
kebijakan tata ruang yang telah dikemukakan dalam sub bab sebelumnya.
Tabel 33. Estimasi Nilai VCR Jaringan Jalan Utama KBU
No. Nama Jalan VCR Tahun 2010 Kategori
Zona Kegiatan Utama 1
2 3
4 5
I Kb Bandung Barat dan Kb
Bandung 1. Cikalong Wetan – Cipeundeuy
≥ 1.0 Kritis
Perumahan perdesaanpasar 2. Cimahi – Cisarua
≥ 1.0 Kritis
Perumahan kotapasarindustri 3. Cisarua – Lembang
≥ 1.0 Kritis
PerumahanPasar pemerintahan 4. Lembang – Maribaya
0 – 0.5 Stabil
Pertanianwisata 5. Panorama – Grand Hotel
≥ 1.0 Kritis
Perumahanperhotelan 6. Cisarua – Situ Lembang
0 – 0.5 Stabil
Pertanianperumahan perdesaan 7. Patrol – Palintang
0 – 0.5 Stabil
Pertanianperumahan perdesaan 8. Sentral – Ciwaruga
0 – 0.5 Stabil
Pertanianperumahan perdesaan 9. Padalarang – Sp Cisarua
0.5 – 0.8 Stabil
Pertanianperumahan perdesaan 10. Cihanjuang – Cisarua
0.5 – 0.8 Stabil
Pertanianperumahan perdesaan 11. Cihideung – Ciwaruga
0 – 0.5 Stabil
Pertanianperumahan perdesaan 12. Cihanjuang – Ciwaruga
≥ 1.0 Kritis
Perumahan 13. Cileunyi – Palintang
0 – 0.5 Stabil
Pertanianperumahan perdesaan 14. Padasuka – Cimenyan
0 – 0.5 Stabil
Pertanianperumahan perdesaan II
Kota Bandung 1. Setiabudi UPI ke atas
2.0 Kritis
Perumahan 2. Setiabudi UPI ke bawah
1.0 - 2.0 Kritis
Perkotaan 3. Gegerkalong
0.8 – 1.0 Tidak stabil
Perumahan 4. Surya Sumantri
2.0 Kritis
Perkotaan 5. Sukajadi
2.0 Kritis
Perkotaan 6. Cipaganti
0.8 – 1.0 Tidak stabil
Perkotaan 7. Cihampelas
2.0 Kritis
Perkotaan 8. Ciumbuleuit
0.8 – 1.0 Tidak stabil
Perumahan kotaperkotaan 9. Siliwangi
2.0 Kritis
Perumahan kotaperkotaan 10. Tamansari
0 – 0.8 Tidak stabil
Perumahan kotaperkotaan 11. Ir. H. Juanda bawah simpang
2.0 Kritis
Perkotaan 12. Ir.H. Juanda atas simpang
0.8 – 1.0 Tidak stabil
Perumahanperkotaan 13. Dipatiukur
2.0 Kritis
Perkotaan
Tabel 33 lanjutan
No. Nama Jalan VCR Tahun 2010 Kategori
Zona Kegiatan Utama 1
2 3
4 5
14. Terusan Pasteur 2.0
Kritis Perkotaan
15. Pasteur 1.0 – 2.0
Kritis Perumahanperkotaan
16. Surapati 0.8 – 1.0
Tidak stabil Perkotaan
17. KPH Mustopa 2.0
Kritis Perkotaanperumahan
18. Raya Sindanglaya 2.0
Kritis Perumahanperkotaan
19. Raya Ujungberung 2.0
Kritis Perumahanperkotaan
20. Raya Cibiru 2.0
Kritis Perumahanperkotaan
Keterangan: VCR = Volume – Capacity Ratio
Nilai VCR 0.85: stabil; 0.85 VCR 1.0: tidak stabil; VCR 1.0 kritis asumsi tanpa penambahan perubahan sistem jaringan jalan
Sumber: Bappeda Propinsi Jawa Barat 1998
120
Perembetan kenampakkan kekotaan urban sprawl dari Kota Bandung yang masuk KBU ke wilayah KBU Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi
disebabkan meningkatnya penduduk kota Bandung maupun aktivitasnya. Oleh karena ketersediaan ruang di dalam kota tetap dan terbatas, maka meningkatnya kebutuhan
ruang untuk tempat tinggal dan kedudukan fungsi-fungsi selalu akan mengambil ruang di daerah pinggiran kota dengan cara pengambil alih lahan non urban oleh
penggunaan lahan urban invasion di daerah pinggiran kota atau telah terjadi pengusiran explusion guna lahan non-urban oleh guna lahan urban.
Melihat gejala perembetan kenampakan kota di KBU yang mengikuti jalur utama transportasi seperti di atas, maka perluasan areal kekotaan urban sprawl di
KBU masuk kategori perembetan memanjang ribbon developmentlineair development axial development
. Menurut Yunus 2005, pada kondisi ini daerah sepanjang rute transportasi utama merupakan tekanan paling berat dari
perkembangan. Membumbungnya harga lahan pada kawasan ini telah memojokkan pemilik lahan pertanian pada posisi yang sangat sulit. Karakteristiknya adalah makin
banyaknya konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian, makin banyaknya penduduk melakukan kegiatan non-pertanian, serta makin padatnya bangunan,
sehingga mempengaruhi kegatan pertanian. Dengan adanya pusat-pusat pertumbuhan yang menyebar di KBU yang
dihubungkan satu sama lain oleh jalan utama seperti yang diuraikan pada sub bab di atas dan jenis perembetan yang masuk kategori “ribbon development”, maka model
bentuk kota di KBU dengan pusatnya Kota Bandung adalah model stellar atau radial dengan jalur yang tidak merata ke semua arah. Pada masing-masing lidah terbentuk
pusat-pusat pertumbuhan subdistrik subsidiary centers yang berfungsi memberi pelayanan pada areal kekotaan yang letaknya agak jauh dari pusat kegiatan utama
Kota Bandung. Pada bagian-bagian yang menjorok ke dalam tumbuh permukiman yang dibangun mandiri oleh masyarakat atau oleh pengembang. Di luar permukiman
tersebut, pada kondisi topografis adalah curam pada umumnya ditanami tanaman menahun pohon-pohonan, tetapi pada kondisi tanahnya relatif datar ditanami oleh
tanaman semusim berupa sayuran dan palawija.
121
b. Deferensiasi Zona Guna Lahan KBU