Kerjasama dan Koordinasi Pengelolaan DAS

35 pemerintah. Menurut Lovering et al 2001, ada 4 empat teknik pengendalian atau perlindungan guna lahan melalui intervensi pemerintah yaitu kebijakan perpajakan, right-to-farm laws , acquisition of development rights, dan metode zoning. Kebijakan pajak diadopsi dalam upaya untuk mejaga para petani tidak menjual lahannya kepada spekulan dan menjaga lahannya agar tetap berproduksi untuk periode waktu yang lebih panjang. Teknik perpajakan umum terkait tersebut adalah kebijakan insentif dan disinsentif. Right-to-farm laws ditujukan untuk mempersulit permukiman di sekitar lahan pertanian yang akan mengganggu produktivitas lahan pertanian. Akuisisi hak membangun ditujukan untuk menahan terjadi konversi guna lahan dari guna lahan pertanian menjadi guna lahan permukiman dengan cara membeli hak membangun lahan purchas of developmentr rights. Ketiga teknik ini diharapkan dapat mengatasi para spekulan tanah dalam proses pembangunan. Menurut Walls dan McConnell 2007, pasar TDR bekerja sebagai alat perlindungan lahan ketika pemilik lahan bersedia dan dapat menjual hak membangun, dan pengembang tertarik untuk membeli haknya. Kekuatan relatif antara sisi supply dan demand dari pasar akan menentukan harga TDR yang dijual. Kesediaan mensupply untuk menyediakan TDR dan pengembang membeli hak membangunnya tergantung pada interaksi yang kompleks atas fitur rancangan program PDR, peraturan zoning, dan kondisi pasar rumah dan lahan di suatu lokasi. Adapun peraturan zoning yang mempengaruhi harga TDR adalah pembatasan kepadatan rumah yang menetapkan jumlah maksimum per hektar.

F. Kerjasama dan Koordinasi Pengelolaan DAS

DAS dapat dianggap sebagai satu kesatuan ekosistem. Menurut Rodgers dan Zoofrano 2002, DAS adalah suatu sistem yang sangat rumit ketika dipandang semata-mata dalam terma fisik, dan akan lebih rumit lagi pada saat pola permukiman, aktivitas budidaya dan ekonomi juga ikut dipertimbangkan. Oleh karena itu menurut Asdak 2003, ekosistem DAS terutama DAS bagian hulu merupakan bagian yang terpenting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem DAS. Perlindungan ini, antara lain, dari fungsi dan stabilitas tata air. Oleh karenanya, perencanaan DAS hulu seringkali menjadi fokus mengingat bahwa dalam suatu DAS, 36 daerah hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biogeofisik melalui daur hidrologi. Aktivitas pembangunan yang mengubah tata guna lahan dan atau pembuatan bangunan, termasuk bangunan konservasi, yang dilaksanakan di daerah hulu dapat memberikan dampak di daerah tengah dan hilir dalam bentuk perubahan. Dengan kata lain, keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya alam di daerah tengah dan hilir DAS tidak bisa lepas dari pengelolaan lingkungansumberdaya alam di daerah hulu. Menurut Asdak 2003, di dalam bagian DAS sendiri juga merupakan suatu sistem yang memiliki keterkaitan antar satu wilayah dengan wilayah lain pada wilayah DAS tersebut, terutama kaitannya dengan ketersediaan dan kebutuhan air. Ketersediaan air merupakan total dari ketersediaan air hujan, air permukaan mata air dan sungai, dan ketersediaan air bumi dalam dan dangkal. Sedangkan kebutuhan air merupakan total kebutuhan air untuk rumah tangga, industri, dan pertanian untuk seluruh bagian DAS tersebut. Kebutuhan air tersebut tidak selamanya dapat dipenuhi oleh ketersediaan air di satu wilayah dalam bagian DAS, sehingga harus dipenuhi dari wilayah lain baik secara alami maupun melalui distribusi air buatan. Oleh karena itu dalam bagian DAS sendiri memerlukan penggunaan secara konjungtif bersama dan dengan sistem pengelolaan sumberdaya terpadu. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian Sugiharto 1995 di DAS Citarum Hulu bahwa total kebutuhan air di hulu DAS tersebut tidak akan dapat dipenuhi oleh ketersediaan air permukaan saja atau air bumi saja tetapi masih mungkin dipenuhi dari keduanya dengan penggunaan konjungtif bersama dan dengan sistem pengelolaan sumberdaya air terpadu. Perilaku atau kinerja DAS sangat dipengaruhi oleh aktivitas para stakeholders dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan pada DAS tersebut. Aktivitas stekholders dapat dibedakan atas aktivitas yang mempengaruhi produksi air, aktivitas yang mempengaruhi kualitas air dan aktivitas dalam pemanfaatan air. Dengan diketahuinya stakeholders yang diperkirakan akan mendapatkan manfaat dan mereka yang akan dibebani ongkos, maka diharapkan dapat dirumuskan kebijakan pengelolaan DAS yang telah mempertimbangkan mekanisme regulasi dan pengaturan kelembagaan yang akan menerapkan prinsip-prinsip insentif-disinsentif terhadap stekholders, sesuai dengan kategori dan kedudukannya. Prinsip ini dikenal dengan cost-benefit sharing principles . 37 Pengelolaan terpadu DAS umumnya akan melibatkan banyak kelembagaan sektoral dan non sektoral, pemerintah dan non pemerintah. Menurut Asdak 2003, pengalaman selama ini menunjukkan bahwa dalam menjalankan tugas dan fungsinya, masing-masing lembaga tersebut cenderung bersifat sektoral, dan oleh karenanya, seringkali terjadi tabrakan kepentingan antar lembaga yang terlibat dalam pengelolaan DAS. Untuk menghindari terjadinya tabrakan kepentingan, diperlukan klarifikasi dan identifikasi secara jelas tugas dan wewenang masing-masing lembaga dalam menjalankan fungsinya. Selain masalah tabrakan kepentingan, masalah lain yang umum terjadi dalam pengelolaan sumberdaya yang melibatkan banyak lembaga adalah masalah kerjasama dan koordinasi antar lembaga. Oleh karena itu, pengaturan kelembagaan dan regulasi yang akan mengatur mekanisme kerja antar lembaga tersebut harus disiapkan dengan matang sehingga dapat menghasilkan pola kerjasama dan koordinasi yang optimal. Dalam pengelolaan DAS dewasa ini berkembang sistem terintegrasi pengelolaan air perdesaan yakni Integrated Rural Water Management, sebagai bagian dari prinsip umum:”Integrated Water Resources Management”, yang meliputi koordinasi perencanaan dan manajemen lahan, air, dan sumberdaya lingkungan lainnya untuk penggunaan yang pantas, efisien dan lestari Prinz, 1999. Sementara Asdak 2003 mengatakan dalam konteks penyelenggaraan pengelolaan DAS, mekanisme kelembagaan umumnya dilaksanakan melalui tiga cara agar lebih berhasil dalam implementasinya di lapangan. Ketiga acara tersebut adalah: 1. Investasi publik secara langsung, mesalnya program penanaman pohon penghijauan di lahan masyarakat, investasi dalam pembuatan dan pengendali dan stabilitasi bantaran sungai, dan investasi dalam pembuatan hutan rakyat. 2. Regulasi dan prosedur yang akan memberikan panduan kepada perseorangan maupun kelompok, misalnya aturan pemanfaatan makanan ternak rumput, daun di lahan negara, aturan pembuatan jalan, aturan pemanenan hasil hutan, dan seterusnya. 3. Mekanisme insentifpajak, misalnya pemberian subsidi danatau investasi dalam kaitannya dengan program-program rehabilitasi lingkungan rumah yang dilengkapi sumur resapan, Pajak Bumi dan Bangunan dikurangi, subsidi silang 38 antara pelaksanan program pengelolaan DAS di daerah hulu dan penerima manfaat di daerah tengahhilir DAS.

G. Insentif Ekonomi dalam Pengendalian Guna Lahan