Gambar 24. Curva Nilai Harapan Tanah Pertanian di KBU
2. Nilai Bangunan Perumahan
Konversi lahan untuk tujuan pemukiman dan prasarana sosial ekonomi khususnya di wilayah urban tidak dapat dihindari baik di Jawa maupun di Luar Jawa
Rusastra et al., 1997. Bahkan di luar Jawa kecenderungannya meningkat. Menurut Rusastra dan Budhi 1997 di Banjarmasin banyak terjadi koversi lahan sawah di
daerah urban dan semi-urban akibat perluasan pemukiman. Selanjutnya dikatakan Irawan et al 2000, keadaan ini dapat memicu konversi lebih luas lagi. Karena
pembangunan pemukiman tersebut akan diikuti oleh pembangunan prasarana ekonomi. Dari sisi pertanian hal tersebut akan mengganggu ekosistem sawah berupa
gangguan hama, kurangnya penyinaran, dan gangguan tata air. Artinya konversi lahan sifatnya cenderung akseleratif.
Untuk mengetahui besarnya pertambahan nilai lahan menjadi bangunan, akan dihitung nilai rumah per satuan luas di setiap zona guna lahan. Berdasarkan
hasil analisis regresi dengan metode stepwise diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi nilai bangunan adalah kategori zona dimana lokasi rumah berada
x
1
, sementara itu variabel hirarki kota x
2
, bentuk rumah x
3
, tipe rumah x
4
, jarak dari jalan x
3
, dan topografi x
6
tidak berpengaruh nyata. Model regresi yang dihasilkan adalah Y = 3276509,126 – 31059,640x
1
dengan r
2
sebesar 94,0 dan p value sebesar 0.000. Berdasarkan model regresi ini dapat dijelaskan bahwa
semakin zona nya mengarah ke tingkat kekotaan urban area maka nilai bangunan rumah semakin besar atau dengan kata lain bahwa semakin dekat jarak
- 10.000
20.000 30.000
40.000 50.000
60.000 70.000
80.000 90.000
100.000
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 N
il a
i L
a h
a n
R p
m 2
Persen Guna Lahan Rural
lokasi rumah terhadap built-up area pusat pertumbuhan, maka semakin besar nilai bangunan rumahnya.
Guna lahan sawah di KBU yang umumnya
sempit dan
mulai terfragmentasi oleh rumah yang
dibangun oleh masyarakat, sehingga areal garapan lahan sawah ±
1.294 m
2
0,1294 ha
Guna lahan kebun sayuran di lahan kering yang umumnya juga sempit
dan mulai terfragmentasi oleh rumah penduduk, sehingga areal garapan
kebun sayur rata-rata
3.932 m
2
0,3932 ha
Guna lahan tegalan dikelola kurang intensif dibandingkan usaha tanaman
lainnya, tanpa
pemeliharaan, umumnya dikombinasikan antara
pohon, pisang dan rumput gajah. Selain itu, tegalan ini tempat
mengambil rumput liar dan kayu bakar
Rumput gajah ini umumnya di tanam secara tersendiri di tegalan atau
dibawah tegakan pohon.
Gambar 25. Komoditas pertanian pada berbagai guna lahan di KBU Tabel 42. Nilai Bangunan Rumah di KBU Berdasarkan Zona Guna Lahan
Zona Guna Lahan
Persen Lahan Rural
Nilai bangunan Rpm
2
Urban Area 0 – 10 3 276 509 - 3 017 436
Urban Fringe
10 – 40 3 017 436 – 2 240 216 Urral Fringe
40 – 60 2 240 216 – 1 722 069 Rural
Fringe 60 - 90
1 722 069 – 944 849 Rural Area
90 - 100 944 849 – 685 776
Gambar 26. Curva Bid-Rent Bangunan Rumah di KBU
D. Nilai Lahan Hutan di KBU