Berdasarkan Nilai Harapan Tanah Pertanian

angkot, dan yang terakhir adalah faktor lingkungan yang bebas banjir sangat berpengaruh terhadap nilai tanah untuk permukiman.

2. Berdasarkan Nilai Harapan Tanah Pertanian

Nilai harapan tanah didasarkan pada nilai saat sekarang NPV produktivitas tanah pertanian dihitung berdasarkan profit dari budi daya tanaman pertanian. Tingkat suku bunga yang dipakai adalah suku bunga riil yakni selisih re-rata BI rate dengan re-rata inflasi setiap bulan selama tahun 2009. Adapun re- rata BI rate dan inflasi mulai dari Januari sampai Desember 2009 yang diumumkan Bank Indonesia masing-masing adalah 7,15 dan 4,90, sehingga bunga riilnya adalah 2,5. Waktu yang ditetapkan adalah selama 20 tahun, yakni analog lamanya masa pakai bangunan. Besarnya bunga riil dan waktu tersebut sebagai dasar perhitungan NHT dengan menghitung NPV yang akan dijadikan patokan menilai besarnya insentif atau disinsentif dalam menahan perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan permukiman. Sebagai gambaran luas tanam dan rata-rata produksi pertanian dan ladang di di Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi dalam KBU dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Luas Tanam dan Re-rata Produksi Pertanian dan LadangKebun di Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi dalam KBU No Kecamatan Pertanian LadangTegalan Luas tanam ha Re-rata Produksi kwintalha Luas tanam ha Re-rata Produksi kwintalha I Kab.Bandung 104.078,0000 85,4200 79.070,2000 2.333,5500 1 Ngamprah 1.134,0000 86,9100 560,5000 816,6100 2 Cimenyan 448,0000 53,5400 4.422,0000 1.399,0500 3 Cikalong Wetan 3.842,0000 84,3700 7.040,0000 691,9000 4 Lembang 336,0000 42,2200 1.834,0500 1.324,6900 5 Cisarua 1.175,0000 73,6700 1.093,0000 1.771,2100 6 Parongpong 237,0000 8,9700 1.057,0070 1.932,1500 7 Cileunyi 1.448,0000 72,9200 399,0005 856,5800 8 Cilengkrang 644,0000 65,0700 1.275,0000 1.070,0000 II Kota Cimahi 212,0000 55,0500 234,0000 531,0700 9 Cimahi Utara 104,0000 56,3000 138,0000 533,8700 10 Cimahi Tengah 79,0000 59,3600 68,0000 256,1400 Sebelum pecah mennjadi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat Sumber: Hasil Pengolahan Kabupaten Bandung Dalam Angka 2002; Hasil Pengolahan Kota Cimahi Dalam Angka 2002 Dinas Tata Ruang dan Permukiman Jawa Barat, 2004 Berdasarkan hasil analisis regresi menggunakan metode stepwise diketahui bahwa variabel yang mempengaruhi nilai harapan tanah pertanian adalah kategori zona dimana lokasi tanah berada x 1 , sementara itu variabel hirarki kota x 2 tidak berpengaruh nyata, dengan model regresi y = 84411,263 – 341,166x 1 dengan r 2 sebesar 31,3 dan p value sebesar 0.000. Meskipun nilai itersepsi nya kecil, berdasarkan model regresi ini bisa dijelaskan bahwa semakin zona nya ke tingkat kekotaan urban maka semakin besar nilai harapan tanah pertanian dan semakin ke tingkat kedesaan rural semakin kecil nilai harapan tanahnya. Adapun NHT lahan pertanian yang ada di zona kekotaan sebesar Rp84 411 per m 2 kemudian menurun sampai di zona kedesaan sebesar Rp50 295 per m 2 . Kondisi ini dapat dibaca bahwa semakin dekat lahan pertanian ke kota, dengan lahan garapannya yang semakin sempit dan banyak alternatif penggunaan lahannya, maka petani semakin rasional dengan menanam tanaman atau komoditas yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Sedangkan di daerah kedesaan, dimana kepemilikan lahan masih luas, para petani belum terdorong untuk menanam tanaman yang bernilai lebih tinggi tetapi hanya menanam atau membudidayakan komoditas yang sudah biasa mereka lakukan. Dengan kelerengan kurva yang agak datar, berarti nilai produktivitas lahan pertanian antara lahan pertanian di kota dan di desa tidak jauh berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 41 dan Gambar 24. Tabel 41. Nilai Tanah Pertanian Berdasarkan NHT di KBU Zona Guna Lahan Persen Lahan Rural NHT Rpm 2 Urban Area 0 – 10 84 411 – 81 000 Urban Fringe 10 – 40 81 000 – 70 765 Urral Fringe 40 – 60 70 765 – 63 941 Rural Fringe 60 – 90 63 941 – 53 706 Rural Area 90 – 100 53 706 – 50 295 Gambar 24. Curva Nilai Harapan Tanah Pertanian di KBU

2. Nilai Bangunan Perumahan