Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

41 Evaluasi dalam pembelajaran menurut Suryosubroto 2004: 48 dapat berupa tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah pokok bahasan selesai dipelajari oleh siswa. Tes sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar selesai dilakukan dalam jangka waktu tertentu caturwulan semester. Teknik tes sendiri terdiri atas tes lisan tertulis dan tes lisan. Tes tertulis menurut Suryobroto 2004: 49 memiliki bentuk tes essay atau tes obyektif pilihan ganda, benar salah, isian melengkapi, menjodohkan, dan jawab singkat.

c. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

1 Perencanaan Partisipasi atau peran serta secara aktif tidak hanya dalam kurikulum berbasis lingkungan tetapi juga dibutuhkan dalam kegiatan lain, terutama kegiatan lingkungan di sekolah. Berawal dari sebuah peran serta secara aktif akan menumbuhkan rasa memiliki dan peduli pada lingkungan yang ada di sekitarnya. Menumbuhkan sikap dan perilaku partisipatif tidaklah mudah. Perlu adanya pembiasaan sejak dini sehingga menjadi sebuah kesadaran untuk berperan serta secara aktif oleh masing-masing individu. Perencanaan kegiatan yang baik merupakan salah satu cara agar pembiasaan dapat dilakukan secara maksimal. Kegiatan berbasis partisipatif direncanakan dengan pendekatan MBS Manajemen Berbasis Sekolah yang melibatkan orang tua dalam kegiatan pembelajaran, perencanaan pengembangan sekolah dan pengelolaan kelas Mustadi, dkk, 2015: 22-23. Selain melibatkan orang tua, MBS juga melibatkan 42 peran serta masyarakat dalam berbagai program sekolah seperti dalam pengambilan keputusan tentang pendidikan di tingkat sekolah, imlab swadana, dan pengembangan sponsorship kemitraan. Keterlibatan orang tua dalam kegiatan berbasis partisipatif merupakan hal yang vital dan berpengaruh. Mustadi 2012: 100 menyebutkan bahwa orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak karena anak belajar lingkungan sejak dari rumah bersama orang tuanya. Dengan demikian, partisipasi orang tua dalam kegiatan lingkungan sangat diperlukan untuk membantu perkembangan karakter anak yang peduli terhadap lingkungannya. 2 Pelaksanaan Kegiatan lingkungan berbasis partisipatif dilaksanakan berdasarkan prinsip partisipatif. Kementerian Lingkungan Hidup 2012: 3 menggambarkan prinsip partisipatif dengan semua unsur komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan perannya. Budiati 2014: 122 menyatakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan lingkungan hidup mutlak diperlukan karena tanpa adanya partisipasi masyarakat, pembangunan hanyalah obyek semata. Pelaksanaan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif menurut Kementerian Lingkungan Hidup 2012: 10 memiliki standar untuk melakukan kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah dan menjalin kemitraan dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak masyarakat, pemerintah, swasta, media 43 massa, sekolah lain, dan instansi lain. Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah meliputi pemeliharaan dan perawatan gedung dan lingkungan sekolah, pemanfaatan lahan dan fasilitas sekolah, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler, kreativitas dan inovasi warga sekolah, dan keikutsertaan dalam berbagai kegiatan aksi lingkungan hidup Kementerian Lingkungan Hidup, 2012: 15-18. Kegiatan pemeliharaan dan perawatan gedung dan lingkungan sekolah dilakukan oleh warga sekolah melalui kegiatan piket kebersihan kelas, Jumat bersih, lomba kebersihan kelas, kegiatan pemeliharaan taman oleh masing-masing kelas dan lain sebagainya. Pemanfaatan lahan dan fasilitas sekolah dilakukan oleh warga sekolah sesuai dengan kaidah- kaidah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Lahan dan fasilitas sekolah dapat dimanfaatkan dalam pemeliharaan taman, tanaman obat keluarga, rumah kaca green house, hutan sekolah, pembibitan, kolam, dan pengelolaan sampah. Semua kegiatan tersebut menuntut partisipasi aktif dari seluruh warga sekolah. Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dengan mempertimbangkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dikembangkan antara lain adalah pramuka, karya ilmiah remaja, dokter kecil, palang merah remaja, dan pecinta alam. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup seperti: pengomposan, tanaman obat keluarga, biopori, daur ulang sampah, pertanian organik, dan biogas. Selain 44 kegiatan ekstrakurikuler masih terdapat kegiatan kreativitas dan inovasi warga sekolah yang diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yaitu: daur ulang sampah, pemanfaatan dan pengolahan air, karya ilmiah, karya seni, hemat energi, dan energi alternatif. Keaktifan dan partisipasi tenaga pendidik dan peserta didik merupakan hal yang harus dikembangkan. Setidaknya terdapat 6 tenaga pendidik dan 6 peserta didik ikut dalam kegiatan aksi lingkungan yang diadakan pihak luar. Kemitraan atau kerja sama dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan standar kegiatan lingkungan berbasis partisipatif selanjutnya. Kemitraan ini dilakukan dengan memanfaatkan narasumber untuk meningkatkan pembelajaran lingkungan hidup. Narasumber yang dapat dimanfaatkan dalam upaya peningkatan pembelajaran lingkungan hidup antara lain: orang tua, alumni, LSM, Media pers, dunia usaha, konsultan, instansi pemerintah daerah terkait, dan sekolah lain. Dukungan dari narasumber terkait dapat berupa materi kegiatan pendidikan lingkungan hidup seperti pelatihan PPLH, pengadaan sarana ramah lingkungan, dan pembinaan dalam upaya PPLH. Peran komite sekolah sebagai fasilitator untuk membangun kemitraan dalam rangka mewujudkan pembelajaran lingkungan hidup dan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan hal yang penting dan tidak bisa dianggap remeh. Komite sekolah merupakan media yang memfasiltasi kemitraan sekolah dengan pihak yang lainnya. Kemitraan yang dimaksud bukan hanya menempatkan sekolah sebagai pihak yang mendapatkan materi dan dukungan, melainkan juga menempatkan sekolah sebagai narasumber pembelajaran 45 lingkungan hidup bagi sekolah lain, seminar, pemerintah daerah, dan lain sebagainya. Dukungan yang dapat diberikan oleh sekolah dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup antara lain: bimbingan teknis pembuatan biopori, pengelolaan sampah, pertanian organik, dan biogas. 3 Evaluasi Evaluasi kegiatan lingkungan berbasis lingkungan juga dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan tujuan program adiwiyata dan standar yang telah di tetapkan. Hasil evaluasi kegiatan lingkungan berbasis lingkungan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rencana kegiatan pada periode yang akan datang. Sukiman 2012: 4 menyatakan evaluasi sebagai kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga merupakan studi yang mengkombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu. Dengan begitu evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan perencanaan suatu program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Arifin 2012: 8 menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas nilai dan arti sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu untuk membuat suatu keputusan. Evaluasi merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan langkah perencanaan selanjutnya.

d. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan.