35 yang hendak dicapai. Evaluasi ini merupakan hasil dari adanya pengawasan
controlling. Pengawasan merupakan kegiatan yang diperlukan sebagai sarana untuk memeriksa persyaratan lingkungan dipatuhi dalam pelaksanaan program
Soemarwoto, 2003: 82. Pengawasan terhadap kebijakan berwawasan lingkungan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program, pembanding
dengan standar yang telah ditentukan, kemudian dapat digunakan untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi selama proses pelaksanaan berlangsung.
Evaluasi juga berguna untuk mengetahui apakah strategi yang digunakan sudah tepat atau perlu diperbaiki lagi.
b. Pelaksanaan Kurikulum sekolah berbasis Lingkungan
1 Perencanaan
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Dengan demikian terdapat hal yang harus diperhatikan. Pertama, rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran. Kedua, cara
yang digunakan dalam pembelajaran. Kurikulum sekolah berbasis lingkungan memiliki makna seperangkat pembelajaran yang berdasarkan pada pendidikan
lingkungan hidup untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan pendidikan lingkungan hidup dikategorikan menjadi awareness, knowledge, attitude, skill, participation,
dan evaluation Harris Afdaliah, 2016: 313-314.
36 Standar pelaksanaan kurikulum sekolah berbasis lingkungan adalah bahwa
tenaga pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan hidup dan peserta didik yang mampu melakukan
kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Kementerian Lingkungan Hidup 2012: 10. Hal tersebut juga sesuai dengan
Cheang, et al 2016: 258 bahwa “Without the experience and the competence of
the teachers, any well-designed educational tool would not be able to achieve its educational value
”. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru sangat penting dalam rangka mencapai tujuan dan nila dari
pembelajaran yang dilakukan. Tenaga pendidik dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan
hidup melalui beberapa kegiatan perencanaan pembelajaran seperti berikut ini: a
menerapkan pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif misalnya dengan demonstrasi, diskusi
atau Focus Group Discussion FGD, simulasi bermain peran, debat, simposium, laboratorium praktek langsung, penugasan, observasi, project
percontohan, dan lain sebagainya. Dalam kurikulum 2013 pendekatan yang digunakan adalah pendekatan scientific yang menekankan pada kegiatan 5M
Mengamati, Menanya, Mencoba, Menalar, dan Mengkomunikasikan yang dilakukan oleh siswa;
b pembelajaran lingkungan hidup yang mengembangkan isu lokal maupun
global sebagai materi pembelajaran;
37 c
mengembangkan indikator pembelajaran dan instrumen penilaian yang terkait dengan pembelajaran perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
d menyusun rancangan pembelajaran terkait perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup secara lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun kegiatan di luar kelas;
e mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program
pembelajaran lingkungan hidup; dan f
mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran melalui majalah dinding, buletin sekolah, pameran, website, radio, Televisi TV, surat kabar,
jurnal, dan lain sebagainya. Perencanaan pembelajaran dalam kurikulum berbasis lingkungan dilakukan
menggunakan pendekatan terintegrasi. Hal tersebut sesuai dengan Essa 2014: 11 yang menyebutkan bahwa “Developmentally Appropriate Practice for this age
group, as for earlier ages, involves an integrated approach”. Pendekatan terintegrasi baik digunakan untuk pembelajaran anak-anak usia dini hingga anak
sekolah dasar. Pendekatan terintegrasi dalam kurikulum bisa juga disebut sebagai kurikulum terintegrasi. Menurut Suryosubroto 2004: 36 kurikulum terintegrasi
berarti meniadakan batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan. Kurikulum terintegrasi ini
diterapkan pada kurikulum 2013 yang mana tidak memiliki batasan mata pelajaran dalam setiap tema dan sub tema yang digunakan. Pembelajaran dalam
KTSP juga dapat dilakukan secara terintegrasi dengan menggabungkan materi-
38 materi yang relevan dari berbagai mata pelajaran ke dalam satu kegiatan
pembelajaran. 2
Pelaksanaan Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan tidak lepas dari proses
pembelajaran dan peserta didik. Peserta didik merupakan faktor penting lain dalam sebuah proses pembelajaran selain kemampuan tenaga pendidik. Peserta
didik merupakan pelaku yang menerima proses pembelajaran untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh tenaga pendidik atau guru. Tenaga
pendidik harus mempunyai kemampuan memecahkan masalah lingkungan hidup yang baik dengan mengaitkan pengetahuan konseptual dan prosedural dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, tenaga pendidik mampu memberikan contoh dan membimbing peserta didik untuk menerapkan pengetahuan
lingkungan hidup yang dimiliki untuk memecahakan masalah dalam kehidupan kesehariannya. Memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah terkait
lingkungan hidup saja tidak cukup bagi peserta didik. Peserta didik harus mampu mengkomunikasikan hasil pembelajaran yang didapatkannya melalui berbagai
cara dan media seperti majalah sekolah, buletin sekolah, pameran, website, radio, TV, surat kabar, jurnal, dan lain sebagainya.
Partisipasi aktif dari peserta didik diperlukan dalam pembelajaran agar terbentuk lingkungan belajar yang maksimal. Ozsoy 2012: p.23 menyebutkan
keterkaitan antara kegiatan pembelajaran lingkungan dengan partisipasi aktif
39 siswa dalam kegiatan lingkungan di sekolah untuk menemukan berbagai
pengetahuan sebagai berikut ini. “Eco-schools provide a learning environment both in and out school in
which to explore what a sustainable lifestyle means. With eco-school application, students found rich learning settings in which they can
participate environmental activities actively.” Sekolah lingkungan menyediakan pembelajaran lingkungan baik di dalam
maupun luar sekolah dengan menggali makna dari pembangunan berkelanjutan. Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran berbasis
lingkungan yang diselenggarakn oleh sekolah agar mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di
sekitarnya. Model pembelajaran yang sesuai dengan prinsip partisipatif dalam kegiatan pembelajaran lingkungan ini salah satunya adalah model belajar
penemuan oleh Jerome Bruner. Belajar penemuan ini cocok dilaksanakan di Sekolah Adiwiyata yang mengedepankan pembelajaran berbasis lingkungan
karena dalam model pembelajaran ini siswa belajar melalui partisipasi aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar memperoleh pengalaman dan percobaan-
percobaan yang membuatnya menemukan prinsip-prinsip itu dengan sendirinya Dahar, 2011: 79. Dengan belajar penemuan dalam pembelajaran lingkungan,
siswa memiliki kebebasan untuk mempelajari sesuatu dengan mengamati stuktur atau kerangka dasar pengetahuan dari lingkungan sekitarnya secara aktif.
Kebebasan dalam mempelajari sesuatu dengan melibatkan pengalaman anak juga diungkapkan oleh Essa 2014: 11 berikut ini.
40 “Integrated curriculum acknowledges the importance of all aspects of
human development- social, emotional, physical, cognitive, language, and creative- rather than focusing primarily on the cognitive. It also involves
learning experiences that promote all aspects of development rather than separating the day into discrete times.”
Pembelajaran berbasis lingkungan dapat dilakukan dengan kurikulum
terintegrasi karena dalam kurikulum terintegrasi tidak menitik beratkan pada aspek kognitif saja tetapi memperhatikan semua aspek perkembangan manusia
yang meliputi sosial, afektif, fisik, kognitif, bahasa dan kreativitas dari peserta didik. Kurikulum terintegrasi juga menyediakan kesempatan pengalaman belajar
secara langsung bagi peserta didik untuk mengembangkan semua aspek perkembangan manusia. Oleh karena itu, pelaksanaan kurikulum berbasis
lingkungan seharusnya dilakukan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi. 3
Evaluasi Evaluasi terhadap kurikulum berbasis lingkungan dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan dengan tujuan yang disusun. Evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran dalam kurikulum berbasis
lingkungan dilakukan secara sistematis dan tersetruktur dengan Kriteria Ketuntasan Minimal setiap mata pelajaran, muatan lokal, dan kegiatan
pengembangan diri lain. Arifin 2012: 8 menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas nilai dan
arti daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu untuk membuat suatu keputusan.
41 Evaluasi dalam pembelajaran menurut Suryosubroto 2004: 48 dapat
berupa tes formatif dan tes sumatif. Tes formatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah pokok bahasan selesai dipelajari oleh siswa. Tes sumatif adalah evaluasi
yang dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar selesai dilakukan dalam jangka waktu tertentu caturwulan semester. Teknik tes sendiri terdiri atas tes lisan
tertulis dan tes lisan. Tes tertulis menurut Suryobroto 2004: 49 memiliki bentuk tes essay atau tes obyektif pilihan ganda, benar salah, isian melengkapi,
menjodohkan, dan jawab singkat.
c. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif