109 siswa yang kurang. Dokumentasi pembelajaran juga menunjukkan beberapa siswa
yang tidak mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan tertib.
Gambar 21. Beberapa siswa kurang dapat mengikuti pembelajaran menggunakan metode diskusi dengan tertib
3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
a. Perencanaan
Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di SD Negeri Kotagede 3 meliputi kegiatan pemeliharaan, pengelolaan dan pemanfaatan
lingkungan hidup terutama yang berada di sekitar sekolah. Kepala sekolah mengungkapkan bahwa sekolah memiliki strategi perencaan pemeliharaan gedung
dan lingkungan sekolah yang dilakukan oleh semua pihak baik siswa, guru, maupun karyawan. Siswa diwajibkan untuk memiliki jadwal piket yang terdiri
atas piket kelas, piket taman, dan piket kebun. Kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah juga dilakukan secara bersama-sama seluruh warga sekolah
setiap hari jumat setelah senam wawancara III A.1a, LM: 14 Maret 2017. Hal tersebut juga diungkapkan oleh guru sebagai berikut.
“Ada jadwal piket. Ada semutlis atau sepuluh menit untuk lingkungan sekolah, anak-anak menyisihkan sepuluh menit setiap harinya untuk
lingkungan sekolah. Jumat setelah senam juga dilakukan kerja bakti yang
110 diikuti semua siswa, biasanya yang kecil di taman, yang gedhe-gedhe di
kebun yang di lapangan olahraga itu. Ada juga bank sampah” wawancara III A.1b, AT: 25 Maret 2017
Dengan begitu, pemeliharaan gedung dan fasilitas SD Negeri Kotagede 3 direncanakan untuk dilakukan oleh seluruh warga sekolah dengan cara
membentuk jadwal piket, mencanangkan kegiatan semutlis sepuluh menit untuk lingkungan sekolah, menggerakkan kerja bakti jumat pagi, dan juga bank sampah.
Untuk kegiatan piket harian, siswa juga mengungkapkan keterlibatannya dalam penyusunan jadwal piket sebagai berikut ini.
“Ada kelompoknya urut absen.” wawancara VII A.1e, AR: 18 Maret 2017 “Kelompoknya urut absen tiap hari beda-beda. Kalau piket kebun sam piket
taman bareng sama kelas B. Soalnya kan kebun sama tamannya ada satu. ”
wawancara VII A.1h, AN: 25 Maret 2017 “Giliran tiap anak.” wawancara VII A.1k, AF: 1 April 2017
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa jadwal piket dibuat oleh siswa bersama guru. Semua siswa akan mendapatkan giliran untuk melaksanakan piket.
Setiap hari dilakukan oleh satu kelompok. Untuk anggota kelompok dapat dilakukan secara acak maupun urut absen, tergantung dari guru. Khusus untuk
piket kebun dan taman jadwal piket dilakukan dengan menggabungkan kelas A dan kelas B.
Pemanfaatan lahan dan fasilitas sekolah juga sudah direncanakan sekolah dengan pembagian yang adil bagi setiap kelasnya. Kepala sekolah dan guru sama-
sama mengungkapkan tentang pembagian lahan untuk taman kelas di gedung utama dan kebun kelas yang berada di area lapangan olahraga SD Negeri
Kotagede 3 sebagai berikut ini.
111 “Perkelas memiliki lahannya sendiri-sendiri. kalau untuk taman ada di
lingkungan sini dan kebunnya ada di lapangan olahraga sana. Untuk kebun itu akan tetap sama tempatnya meskipun kelasnya naik. Jadi misal kelas 1
dapat bagian utara ya sampai kelas 6 nanti tetap disitu. Kalau kelas 6 udah lulus, nah lahan bekan kelas 6 itu untuk kelas 1 yang baru masuk. Di
lapangan olahraga itu juga ada lukisan dinding yang buat juga siswa dari
kelas 4, 5, dan 6.” wawancara III A.2a, LM: 14 Maret 2017 “Ada pembagiannya. Di kotak-kotak yang akan dibagi ke setiap kelas dan
area itu pemiliknya t etap. Tidak akan berubah kecuali sudah lulus.”
wawancara III A.2b, AT: 25 Maret 2017 Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa terdapat pembagian lahan taman
dan kebun untuk setiap kelas. Taman berada di kawasan gedung utama SD Negeri Kotagede 3, sedangkan untuk kebun berada di wilayah lapangan olahraga. Kebun
tersebut akan menjadi milik kelas yang sama dari kelas 1 hingga kelas 6. Ketika kelas 6 lulus, maka kebun tersebut akan menjadi milik kelas 1 yang baru. Dinding
lapangan olahraga yang sekaligus kebun SD Negeri Kotagede 3 dihaisi dengan lukisan dinding yang dibuat oleh siswa dari kelas 4, 5, dan 6.
SD Negeri Kotagede 3 juga memiliki perencanaan mengenai kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan pengembangan kreativitas dan inovasi lainnya.
Kepala sekolah wawancara III A.3a, LM: 14 Maret 2017 menyebutkan kegiatan ekstrakurikuler pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang secara
langsung terlibat dengan pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup serta menuntut partisipasi aktif dari setiap siswa SD Negeri Kotagede 3. Hal serupa
juga diungkapkan oleh guru sebagai berikut ini. “Ekstrakurikuler banyak, mbak. Tapi yang terkait pelestarian lingkungan
misalnya pramuka. Dalam pramuka itu siswa kan dikenalkan bagaimana lingkungan sekitarnya” wawancara III A.3b, AT: 25 Maret 2017
112 Dengan begitu, kegiatan ekstrakurikuler pramuka merupakan kegiatan
berbasis partisipatif SD Negeri Kotagede 3 yang memuat pendidikan lingkungan hidup di dalam pelaksanaannya. Ekstrakurikuler lain hanya sekedar memberikan
penguatan atau motivasi untuk mengembangkan karakter peduli lingkungan. Kegiatan lain yang direncanakan oleh SD Negeri Kotagede 3 dalam
mengembangkan kreativitas dan inovasi siswa diungkapkan oleh kepala sekoalh dan guru dalam pernyataan berikut ini.
“Ada ecobrick, rasater. Ecobrick berawal dari sebelum kantin sehat jadi di kantin itu masih menggunakan plastik belum box makanan seperti sekarang.
Setiap harinya sampah plastik itu banyak sekali nah dari situ tercetus bagaimana jika sampah itu digunakan untuk ecobrick. Kalau sekarang
karena sudah kantin sehat, anak-anak kalau di rumah ada sampah plastik, di potong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam botol sampai penuh. Nanti
kalau sudah penuh di setorkan ke sekolah lewat wali kelasnya. Sekarang sudah berjalan seperti itu mbak. Tapi belum jadi apa-apa karena masih
menunggu penuh. Nggak cuma
siswa sebenarnya, guru juga melakukan itu.” wawancara III A.4a.1, LM: 14 Maret 2017
“Membuat kerajinan dari barang-barang bekas juga pernah. Pigura dari koran bekas, bunga dari plastik dan botol bekas. Itu yang dipajang di depan
kantor guru itu semuanya adalah hasil kreativitas dari anak-anak. Kegiatan- kegiatan seperti ini penting mbak, bisa jadi sarana pengembangan imajinasi
dan kreativitasnya siswa. Kadang ada anak yang kreatif sekali dalam memanfaatkan barang bekas jadi barang-barang yang bagus tapi ya ada
yang biasa saja.” wawancara III A.4a.2, LM: 14 Maret 2017 ”Pemanfaatan sampah bekas menjadi kerajinan-kerajinan yang di pajang di
depan kantor guru itu. Semua itu di buat oleh siswa dari bahan-bahan yang tidak terpakai misalnya koran bekas jadi pigura, pewarna alami untuk
membatik, plastik jadi tas atau bunga pernah juga daun nangka dibuat jadi mahkota untuk keperluan lomba apa ya dulu itu, nari kalau tidak salah. Ada
ecobrick juga. Jadi di ecobrick siswa mengumpulkan sampah plastik kering di potong kecil-kecil dimasukkan ke botol bekas sampai kalau diremas tidak
berbunyi, tidak ada ruang kosong lagi, nanti kalau udah penuh dibawa ke sekolah untuk dibentuk menjadi kerajinan tertentu. Kegiatan kegiatan itu
bisa dilakukan di luar kelas maupun di dalam kelas tapi biasanya di dalam kelas kalaupun luar kelas paling ya waktu pramuka,
” wawancara III A.4b, AT: 25 Maret 2017
113 Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pengembangan kreativitas dan inovasi bagi warga sekolah contohnya adalah a ecobrick pengumpulan sampah plastik dalam botol untuk dibentuk menjadi
sebuah karya, b hasta karya menggunakan bahan-bahan dari barang tidak terpakai atau daur ulang, dan c pemanfaatan bahan-bahan alami dalam
pembelajaran. Kegiatan pengembangan kreativitas dan inovasi diperlukan untuk mengasah perkembangan kreativitas dari siswa dan dapat dilakukan baik di dalam
maupun luar kelas, seperti ekstrakurikuler pramuka. Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa kepala sekolah dan guru mensosialisasikan kepada
seluruh siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan baik melalui lisan. Sekolah memasang banner tentang karakter yang harus dimiliki siswa yang salah
satunya adalah peduli lingkungan sebagai pengingat siswa untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Data dokumentasi juga menunjukkan adanya daftar kegiatan berbasis partisipatif siswa, daftar kegiatan dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS, dan
terdapat jadwal piket siswa
Gambar 22. Daftar Kegiatan Partisipatif Siswa
Gambar 23. Kegiatan PHBS Siswa SD Negeri Kotagede 3
114
Kemitraan
Kegiatan berbasis partisipatif lain yang direncanakan oleh SD Negeri Kotagede 3 adalah mengenai kerja sama atau kemitraan sekolah dengan pihak lain.
Kepala sekolah wawancara III B.2a, LM: 14 Maret 2017 menyatakan bahwa SD Negeri Kotagede 3 memiliki kemitraan dengan beberapa pihak luar untuk
mendukung dan membantu penyelenggaraan berbagai kegiatan di SD Negeri
Kotagede 3. Masyarakat, Badan Lingkungan Hidup BLH, LSM Lingkungan,
organisasi pengepul sampah, orang tua wali murid, dan berbagai pihak lain seperti stasiun televisi, perguruan tinggi dan merek produk tertentu merupakan
mitra kerja SD Negeri Kotagede 3. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh guru sebagai berikut.
“Pelu, biar bisa membantu kegiatan-kegiatan yang ada disini.”wawancara III B.1b, AT: 25 Maret 2017
“Untuk yang Adiwiyata.. BLH, komite sekolah, orang tua, masyarakat, LSM Lestari apa itu pokoknya bergerak di bidang lingkungan hidup. Bank
sampah juga dengan pengepul.” wawancara III B.2b, AT: 25 Maret 2017 Guru tersebut mengungkapkan bahwa sebuah kemitraan diperlukan untuk
dapat membantu penyelenggaraan kegiatan di SD Negeri Kotagede 3. Mitra kerja SD Negeri Kotagede 3 dalam Program Adiwiyata antara lain BLH, komite
sekolah, orang tua wali murid, masyarakat, lembaga lingkungan hidup seperti LSM Lestari Indonesia dan pengepul sampah. Dengan begitu, kemitraan yang
dijalin oleh SD Negeri Kotagede 3 dimaksudkan untuk membantu penyelenggaraan kegiatan sekolah terutama kegiatan pendukung Program
Adiwiyata. Mitra kerja SD Negeri Kotagede 3 dalam upaya perlindungan dan
115 pengelolaan lingkungan hidup meliputi; BLH, LSM lingkungan, organisasi
pengepul sampah, orang tua wali, komite sekolah, dan instansi perguruan tinggi tertentu.
Mitra kerja didapatkan dengan beberapa cara. Kepala sekolah wawancara III B.3a, LM: 14 Maret 2017 mengungkapkan bahwa mitra kerja SD Negeri
Kotagede 3 didapatkan melalui penawaran dari pihak luar yang kemudian di seleksi oleh pihak SD Negeri Kotagede 3. Selain itu, SD Negeri Kotagede 3 juga
berinisiatif untuk mencari mitra kerja yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan di SD Negeri Kotagede 3. Hal serupa diungkapkan oleh guru sebagai berikut ini.
“Ada yang menawarkan kadang juga kita yang cari. Situasional sih mbak.”wawancara III B.3b, AT: 25 Maret 2017
Dengan begitu, dapat diambil kesimpulan bahwa mitra kerja SD Negeri Kotagede 3 didapatkan melalui seleksi penawaran yang masuk ke SD negeri
Kotagede 3 dan permintaan kerja sama oleh sekolah kepada pihak yang dibutuhkan. Hal ini didukung dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa
kemitraan atau kerjasama SD Negeri Kotagede 3 didapatkan dari tawaran pihak lain dan dipertimbangkan oleh sekolah. Contohnya dengan adanya pihak
mahasiswa INSTIPER Yogyakarta yang menawarkan kepada sekolah mengenai sosialisasi cara pembuatan kompos organik menggunakan alat pencacah daun dan
komposter. Tawaran tersebut kemudian dipertimbangkan oleh pihak sekolah setelah melalui diskusi dengan pihak terkait. Data dokumentasi juga menunjukkan
adanya surat perjanjian kerja sama sekolah dengan beberapa pihak.
116 Gambar 24. Salah satu surat perjanjian kerja sama SD Negeri Kotagede 3
b. Pelaksanaan