Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan

26 manusia pada saat ini dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Apa yang baik dilakukan pada masa ini dilakukan terus-menerus dan memberikan dampak yang baik pada keadaan di masa yang akan datang.

5. Komponen Adiwiyata

Untuk mencapai tujuan Program Adiwiyata, maka ditetapkan 4 empat komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai Sekolah Adiwiyata. Keempat komponen tersebut adalah sebagai berikut Peraturan Menteri Nomor 05 tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata. a. Aspek kebijakan sekolah yang berwawasan lingkungan. b. Aspek kurikulum sekolah berbasis lingkungan. c. Aspek kegiatan lingkungan berbasis partisipatif. d. Aspek pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. Penjelasan mengenai keempat komponen Adiwiyata dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatannya akan dijabarkan sebagai berikut ini.

a. Kebijakan Sekolah Berwawasan Lingkungan

Pada umumnya sebuah program memerlukan sebuah pengelolaan atau manajemen. Manajemen memiliki arti sebagai sebuah proses, sebagai sebuah kolektivitas kumpulan orang yang melakukan kegiatan pengelolaan, dan sebagai sebuah seni dan ilmu Indrastuti, dkk, 2009: 95. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen atau pengelolaan bukan hanya sekedar melaksanakan suatu program tetapi memiliki kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengaturan hal-hal 27 yang berkaitan dengan tujuan dari pengelolaan itu sendiri. Ismawanto 2009: 95 menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu tindakan untuk mengurus, mengatur, mengarahkan, mengemudikan, menjalankan, membina, memimpin, dan melakukan pengawasan. Semua kegiatan dalam manajemen saling terkait satu sama lain sehingga menciptakan kinerja yang rapi dan berjalan dengan baik. Amirin, dkk 2013: 7-8 juga mengungkapkan bahwa manajemen dapat diartikan sebagai proses atau kegiatan untuk menyelenggarakan atau melaksanakan sesuatu. Manajemen sebuah program mudahnya adalah pengaturan sebuah program yang terbagi atas tiga hal, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Begitu pula dalam komponen program adiwiyata kebijakan sekolah berwawasan lingkungan diperlukan sebuah manajemen yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 1 Perencanaan Perencanaan atau Planning adalah kegiatan menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Ismawanto 2009: 101 menyebutkan bahwa perencanaan adalah pemilihan fakta dan usaha menghubungkan antara fakta yang satu dengan yang lain, kemudian membuat perkiraan dan peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan untuk masa yang akan datang yang sekiranya diperlukan untuk mencapai hasil yang dikehendaki. Dengan kata lain, perencanaan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai dengan waktu untuk mencapainya. H al tersebut diperkuat pendapat Sa’ud Makmun 2006: 17 bahwa perencanaan adalah proses penyusunan berbagai 28 keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Indrastuti, dkk 2009: 102 menyebutkan bahwa perencanaan yang baik adalah perencanaan yang mengandung unsur 5W dan 1H, yaitu what apa, why mengapa, where dimana, when kapan, who siapa, dan how bagaimana. Pada intinya perencanaan adalah kegiatan untuk menyusun sebuah strategi yang akan digunakan pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan juga meliputi tahap pengorganisasi atau pengelompokkan atau pembagian kerja. Pembagian kerja menimbulkan sebuah struktur organisasi, dan dari struktur organisasi tersebut memunculkan hal, kewajiban dan tanggung jawab kerja sesuai dengan porsinya untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Sa’ud Makmun 2006: 27 memaparkan hal-hal yang tidak bisa lepas dari perencanaan yaitu tujuan yang akan dicapai, keadaan yang akan dicapai, keadaan sekarang, alternatif kebijakan dan prioritas, dan strategi pencapaian tujuan. Berdasarkan hal tersebut maka perencanaan seharusnya memiliki target dan cara pencapaian target secara rinci. Kebijakan disusun untuk menciptakan keadaan yang mendukung dan sesuai dengan tujuan sebuah program. Rohman 2012: 86 menyebutkan kebijakan dalam pendidikan atau educational policy sebagai sebuah keputusan berupa pedoman bertindak yang disusun melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta rencana-rencana tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan. Mudahnya kebijakan pendidikan adalah kebijakan yang mengatur penyerapan 29 sumber, alokasi, dan distribusi sumber, serta pengaturan perilaku dalam pendidikan. Kebijakan pendidikan lingkungan hidup diciptakan untuk mendorong semua pihak berperan serta dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup dan pelestarian lingkungan hidup Daryanto Suprihatin, 2013: 21, maka kebijakan sekolah berwawasan lingkungan merupakan pedoman aturan penyelenggaran pendidikan yang mengandung tujuan, rancangan, dan aturan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah yang terkait dengan lingkungan agar sejalan dengan tujuan dari Program Adiwiyata. Perumusan kebijakan dalam dunia pendidikan dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan tertentu. Rohman 2012: 91-94 menjelaskan pendekatan yang digunakan dalam perumusan kebijakan pendidikan dapat berupa social demand approach dan man-power approach. Social demand approach adalah pendekatan yang berdasarkan pada aspirasi, tuntutan, dan kepentingan masyarakat. Sementara man-power approach lebih menekankan pada kemampuan SDM. Hal tersebut sesuai dengan yang dipaparkan oleh Sa’ud Makmun 2006: 233-247 mengenai pendekatan perumusan kebijakan pendidikan meliputi pendekatan kebutuhan sosial, kebutuhan ketenagakerjaan, dan efisiensi biaya. Dengan begitu, pendekatan yang digunakan dalam perumusan kebijakan dalam dunia pendidikan dapat berupa pendekatan kebutuhan sosial social demand, kebutuhan ketenagakerjaan man-power, dan efisiensi biaya. Perencanaan kebijakan sekolah berwawasan lingkungan juga berkaitan dengan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah RKAS. RKAS tidak hanya 30 merencanakan kegiatan pengelolaan dan perlindungan lingkungan tetapi juga tentang alokasi dana yang digunakan dalam kegiatan yang direncanakan. Oleh karena itu, sumber dana merupakan salah satu pertimbangan dalam penyusunan RKAS. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata pasal 15 menerangkan bahwa pendanaan pelaksanaan Program Adiwiyata dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten kota. Kementerian Lingkungan Hidup 2012: 8 menyatakan bahwa pendanaan Program Adiwiyata diperoleh dari berbagai sumber yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Provinsi dan Kabupaten Kota dan sumber lain yang tidak mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa anggaran dana dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah merupakan sumber utama pendanaan pelaksanaan Program Adiwiyata. 2 Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan merupakan hal yang sangat penting setelah perencanaan selesai disusun. Pelaksanaan merupakan tindakan nyata dari kegiatan yang telah disusun sedemikian rupa dalam tahap perencanaan. Pelaksanaan program yang baik adalah pelaksanaan yang tidak menyimpang jauh dari apa yang telah direncanakan. Pelaksanaan dapat berupa actuating penggerakan dan controlling pengawasan. Ismawanto 2009: 105 menggambarkan actuating 31 sebagai sebuah kegiatan untuk menggerakkan diri sendiri secara umum, menggerakkan orang lain dengan memberi arahan directing, menggerakkan orang lain dengan perintah commanding, menggerakkan orang lain dengan nasihat dan masukan motivating, menggerakkan orang lain dengan memberikan jabatan staffing, dan menggerakkan orang lain dengan memberi contoh leading. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa pelaksanaan program tidak hanya dapat dilakukan secara individual tetapi memerlukan kerjasama dan partisipasi dari pihak-pihak lain yang terkait. Pengawasan atau Controlling digambarkan sebagai sebuah kegiatan yang berhubungan dengan mengendalikan atau mengawasi setiap pekerjaan serta melakukan tindakan koreksi Ismawanto, 2009: 106. Pengawasan dilakukan selama proses kegiatan suatu program berlangsung baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan dan evaluasi sehingga kegiatan yang dilakukan tidak melenceng dari apa yang akan dicapai. Kebijakan sekolah berwawasan lingkungan dilaksanakan dengan penerapan kurikulum dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah RKAS terkait lingkungan dalam mewujudkan pendidikan lingkungan hidup yang baik. Sebelum adanya kebijakan pemerintah mengenai penerapan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013, kebijakan sekolah berwawasan lingkungan memiliki standar sebagai berikut ini Kementerian Lingkungan Hidup 2012: 10. a Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 32 b Rencana kegiatan dan Anggaran Sekolah RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Setelah adanya penerapan sistem kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 standar kebijakan sekolah berwawasan lingkungan menyesuaikan dengan kurikulum yang digunakan pada saat itu. Hal ini karena Program Adiwiyata merupakan sebuah program pendidikan lingkungan hidup yang dapat diintegrasikan kedalam kegiatan dalam proses pembelajaran menggunakan kurikulum manapun, baik kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP maupun kurikulum 2013. Sekolah-Sekolah Adiwiyata yang diputuskan pemerintah untuk menggunakan kurikulum 2013 berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Nomor: 374KEPDKR2016, menyesuaikan standar yang digunakan dalam penyusunan kebijakan sekolah berwawasan lingkungan dalam kurikulum 2013. Standar kebijakan sekolah berwawasan lingkungan meliputi kurikulum memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Standar kurikulum memuat upaya perlindungan dan pengelolaan hidup dapat diimplementasikan dengan Visi, misi, dan tujuan sekolah serta struktur kurikulum yang memuat mata pelajaran wajib, muatan lokal dan pengembangan diri terkait dengan kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu, mata pelajaran wajib dan Mulok yang terkait PLH juga harus dilengkapi dengan ketuntasan belajar minimal Kementerian Lingkungan Hidup, 2012: 11-12. 33 Implementasi visi, misi, dan tujuan sekolah memuat kebijakan perlindungan tercapai ketika visi, misi, dan tujuan tersusun dengan memuat upaya pelestarian fungsi lingkungan, mencegah terjadinya pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup. Struktur kurikulum memuat muatan lokal, pengembangan diri terkait peraturan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dicapai dengan memasukkan pelestarian fungsi lingkungan, mencegah terjadinya pencemaran, dan kerusakan lingkungan hidup pada komponen mata pelajaran wajib, muatan lokal, dan pengembangan diri. Pada kurikulum 2013, mata pelajaran telah diintegrasikan ke dalam tema-tema yang mengandung sub-sub tema dengan 6 enam pembelajaran untuk setiap minggunya. Ketuntasan minimal belajar yang terkait pelestarian fungsi lingkungan dan pencegahan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup merupakan hal yang mutlak ada sebagai bentuk pencapaian salah satu implementasi standar kurikulum yang memuat upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. RKAS memuat program dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup diimplementasikan melalui RKAS yang memuat program perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, meliputi: kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, budaya dan lingkungan sekolah, peran masyarakat dan kemitraan, peningkatan dan pengembangan mutu. Dengan begitu, diharapkan agar sekolah memiliki anggaran untuk upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebesar 20 dari total anggaran sekolah. Anggaran 34 sekolah yang dialokasikan disusun secara proporsional untuk kegiatan kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, budaya dan lingkungan sekolah, peran masyarakat dan kemitraan, peningkatan dan pengembangan mutu. 3 Evaluasi Evaluasi program dibutuhkan setelah pelaksanaan program berlangsung. Evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation yang memiliki arti penilaian. Evaluasi merupakan kegiatan yang memiliki makna sebagai sebuah tindakan untuk melihat apakah suatu program yang direncanakan telah mencapai tujuan atau belum, berharga atau tidak berharga, dan untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Hal tersebut sesuai dengan Sukiman 2012: 4 yang menyatakan evaluasi sebagai kegiatan membandingkan tujuan dengan hasil dan juga merupakan studi yang mengkombinasikan penampilan dengan suatu nilai tertentu. Dengan begitu evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan perencanaan suatu program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Arifin 2012: 8 menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas nilai dan arti daripada sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu untuk membuat suatu keputusan. Oleh karena itu, Evaluasi dapat dianggap sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah perencanaan selanjutnya. Evaluasi kebijakan berwawasan lingkungan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kebijakan berwawasan lingkungan berjalan sesuai dengan tujuan 35 yang hendak dicapai. Evaluasi ini merupakan hasil dari adanya pengawasan controlling. Pengawasan merupakan kegiatan yang diperlukan sebagai sarana untuk memeriksa persyaratan lingkungan dipatuhi dalam pelaksanaan program Soemarwoto, 2003: 82. Pengawasan terhadap kebijakan berwawasan lingkungan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program, pembanding dengan standar yang telah ditentukan, kemudian dapat digunakan untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi selama proses pelaksanaan berlangsung. Evaluasi juga berguna untuk mengetahui apakah strategi yang digunakan sudah tepat atau perlu diperbaiki lagi.

b. Pelaksanaan Kurikulum sekolah berbasis Lingkungan