93 perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di sekolah diperlukan untuk
mewujudkan sekolah yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuannya. Hasil observasi menunjukkan bahwa evaluasi kebijakan sekolah dilakukan
oleh guru dan kepala sekolah melalui pengamatan sikap dan kemudian mengadakan bimbingan, bahkan SD Negeri Kotagede 3 memiliki ruang
bimbingan tersendiri. Hasil dokumentasi menunjukkan dokumen evaluasi diri sekolah gambar 12 dan analisis tujuan Program Adiwiyata lampiran 15.
d. Faktor pengaruh kebijakan sekolah berwawasan lingkungan
Faktor pendukung kebijakan sekolah berwawasan lingkungan
Kepala sekolah mengungkapkan bahwa terdapat banyak faktor pendukung dalam komponen kebijakan sekolah berwawasan lingkungan yang meliputi visi,
misi, tujuan sekolah; RKAS; dan kebijakan atau tata tertib sekolah sebagai berikut ini.
“Banyak. Kalau untuk perencanaan dan pelaksanaan saya kira hampir sama mbak kaya dana, tenaga, lahan, dan kegiatannya. Kalau tenaganya serempak
dan bisa kontinu waktu kegiatan yang ada, ya kegiatannya bisa optimal. Optimal dengan memanfaatkan masa yang ada. Kalau evaluasi
pendukungnya ya kesediaan dan keterbukaan dari pihak-pihak yang di evaluasi itu yang memudahkan evaluasi kegiatannya apalagi kalau evaluasi
lisan itu ka
n keaktifan dan partisipasi anak membantu sekali.”wawancara I J.1a, LM: 14 Maret 2017
Berdasarkan pernyataan tersebut, bentuk dukungan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan sekolah berwawasan lingkungan adalah ketersediaan dana,
tenaga, lahan dan jenis kegiatan. Sedangkan untuk evaluasi keaktifan, partisipasi, dan keterbukaan subyek evaluasi menjadi bentuk dukungan pelaksanaan evaluasi
kebijakan sekolah berwawasan lingkungan. Faktor pendukung lain juga
94 diungkapkan bahwa
“Untuk yang mendukung seperti Dana BOS dan BOSDA, Power dari kepala sekolah, guru dan siswa yang terlibat aktif, lingkungan yang
menjamin, dan juga komite sekolah ” wawancara I J.1b, NS: 14 Maret 2017.
Pernyataan tersebut diperkuat dokumentasi yang menunjukkan bahwa warga sekolah mengikuti kebijakan sekolah berwawasan lingkungan yang direncanakan.
Gambar 14. Partisipasi warga sekolah dalam melaksanakan kebijakan berwawasan lingkungan SD Negeri Kotagede 3
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pelaksanaan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan sekolah berwawasan
lingkungan meliputi: 1
ketersediaan dana, 2
partisipasi warga sekolah dan komite, 3
lingkungan yang mendukung, dan 4
kegiatan yang selaras.
Faktor penghambat kebijakan sekolah berwawasan lingkungan
Kepala sekolah mengungkapkan faktor penghambat dalam komponen kebijakan sekolah berwawasan lingkungan wawancara I K.1a, LM: 14 Maret
2017 antara lain seperti masih ada guru yang hanya memberikan anak perintah dan tidak memberikan contoh yang benar. Selain itu pihak luar sekolah yang
95 kadang kurang mendukung pelaksanaan aturan dan kegiatan yang telah dibuat
oleh SD Negeri Kotagede 3. Sementara guru mengungkapkan faktor penghambat seperti berikut ini.
“Kalau untuk perencanaan dan pelaksanaan ya paling beban tugas guru yang tidak sebanding dengan jam kerjanya mbak. Kebanyakan bebannya, jadi
yang kurang maksimal. Terus adanya orang tua yang kurang peduli, maksudnya di sekolah anak sudah diberi tahu ini itu untuk menjaga
lingkungan, buang sampah sesuai dengan tempatnya dan jenisnya tapi ketika dirumah balik lagi orang tua tidak mengingatkan atau saat kegiatan
yang melibatkan orang tua tapi orang tuanya kurang peduli dan kurang aktif. Kalau evaluasinya itu masih terkendala dengan penyusunan laporan mbak.
Laporan sih sudah tapi mungkin analisisnya kurang mendalam. Sebabnya ya tadi itu jam kerja dan beban tugasnya tidak sebanding. Ya bisa dikatakan
kurang personil.” wawancara I K.1b, NS: 14 Maret 2017 Berdasarkan pada penyataan guru, faktor penghambat dalam kebijakan
sekolah berwwasan lingkungan adalah beban tugas tugu yang terlalu berat, kurangnya kepedulian orang tua, serta kurang mendalamnya analisis laporan
evaluasi karena beban tugas guru dan kekurangan personel. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat kebijakan sekolah berwawasan sekolah
antara lain: 1
kurangnya kepedulian dari beberapa pihak-pihak terkait, 2
tidak sebandingnya beban tugas dengan jam kerja guru, 3
kurang mendalamnya analisis laporan evaluasi, dan 4
kurangnya personil. Hal tersebut didukung dengan dokumentasi foto kegiatan yang
menunjukkan masih kurangnya kepedulian beberapa pihak terhadap kebijakan yang dibuat sekolah. Berikut ini adalah dokumentasi dari kondisi luar sekolah
96 ketika pulang sekolah dimana banyak penjual yang masih tetap berjualan di luar
sekolah meskipun sudah dilarang oleh pihak SD Negeri Kotagede 3. Selain itu, beberapa siswa masih tetap membeli makan dan minum dari penjual di luar
sekolah meskipun sudah dilarang. Hal tersebut dikarenakan beberapa siswa tersebut beranggapan makanan dan minuman dari penjual di luar sekolah sama-
sama sehat dan enak dengan makanan dan minuman yang dijual di kantin sekolah.
Gambar 15. Beberapa siswa membeli makan dan minum di luar sekolah ketika pulang sekolah.
2. Kurikulum Sekolah Berbasis Lingkungan