Bagaimana resiprositas yang terbentuk di dalam kelompok Kader Desa? Bagaimana nilai dan norma yang terbentuk di dalam kelompok Kader

226 pemberian amanah sebagai sekretaris perumus perencanaan pemberdayaan masyarakat. Namun, pemerintah masih menganggap bahwa kompetensi Kader Desa di Bangunjiwo masih belum sesuai dengan yang diharapkan karena di dalam Musyawarah Desa Kader belum mampu menyampaikan aspirasinya dengan baik, hanya manut dengan apa yang disampaikan pemerintah desa. 2 Bentuk kepercayaan antar Kader dalam Kelompok Kader Desa terbangun atas adanya rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dalam setiap program. Namun, jika ada salah satu teman satu tim yang tidak kompak atau tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik, ketua Kader Desa akan melakukan pendekatan terhadap Kader Desa terkait secara kekeluargaan dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. tinggi rendahnya kepercayaan Kader Desa terhadap rekan kerjanya dapat diukur melalui seberapa besar ketuntasannya melakukan pekerjaan sebagai Kader Desa. Ketua Kelompok Kader memiliki peran penting dalam menjaga kepercayaan antar masing-masing individu dalam kelompok. 3 Kepercayaan masyarakat terhadap Kader Desa dibangun karena adanya perhatian, kemampuan, dan waktu luang yang diberikan oleh Kader Desa terhadap lingkungannya secara berangsur-angsur sehingga masyarakat merasakan keberadaan Kader Desa. b. Bagaimana resiprositas yang terbentuk di dalam kelompok Kader Desa? ST : “ … Di posyandu itu ada iuran, tapi sistemnya infak… Tiap bulannya kita tetap ada acara, ada arisan, tabungan, dana sosial, dan lainnya.” SH : “ … Kalau ada yang tidak hadir ya kita maklumi, kita back up tugasnya.” Kesimpulan : Bentuk resiprosetas yang terbangun dalam Kelompok Kader Desa yakni : 1 Kebersediaan untuk membackup pekerjaan Kader lainnya jika ada kader yang berhalangan melaksanakan tugasnya. 2 Adanya sistem infak secara sukarela untuk melaksanakan kegiatan Kader Desa 3 Adanya kegiatan sosial seperti menjenguk anggota yang sakit atau terkena musibah 227

c. Bagaimana nilai dan norma yang terbentuk di dalam kelompok Kader

Desa? SK : Pemilihan kader desa secara umum dipilih oleh Padukuhan masing- masing atas inisiasi Pak Dukuh dan warga setempat dengan melihat loyalitas kader desa dalam kegiatan kemasyarakatan. Apalagi Kader kan pekerjaan sosial, tidak semua warga mau untuk melakukannya. SW : Peraturan kader tidak ada kalau terikat malah pada kabur mencari yang mau aja sulit. Mereka kan kerja tanpa pamrih, perlu dihargai. ST : “… namun kita kan kerja bersama-sama, kita bareng-bareng untuk masalah-masalah baik pendataan, kegiatan, program. Kita kan kerjasama, kita harus kompak. Kita kan harus tetap bekerja dengan gigih.” ST : “Kalau sanksi tidak ada, tapi mungkin jadi malu ya sama temennya.” ST : “…Laporannya kan tidak sesuai dengan kenyataan karena saya tidak tahu seluk beluknya RT itu. Solusinya saya karuhke. Apakah masih mau melanjutkan atau tidak, kalau tidak sanggup ya harus cari ganti atau cari yang bisa.” ST : Kader kan sudah jiwanya. Tapi kan kita malah bertanggungjawab. Kadang pulsa, bensin, tidak kehitung. Itu karena saya jadi banyak temen, seneng, bisa ke mana-masna pas jamboree, studi banding kita berangkat tok kita udah dapat kesenangan sendiri. EN : Ibu SH itu orangnya greteh mbak, jadi kalau ada apa-apa kita minta tolong Bu SH. Arep siang apa malam Ibunya mau di mintain tolong. Kesimpulan Bentuk nilai dan norma yang tampak pada Kader Desa Desa Bangunjiwo yakni: 1 Tanggung Jawab 2 Loyalitas 3 Berjuang 4 Bekerja tanpa pamrih 5 Kerjasama 6 Kekompakan 7 Bekerja dengan gigih 8 Malu jika tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik 9 Peduli dengan kinerja anggota lain 10 Greteh atau cekatan 228

d. Bagaimana jaringan yang terbentuk selama proses pemberdayaan

Dokumen yang terkait

Penilaian Masyarakat Desa Terhadap Pemerintahan Desa Dalam Era Otonomi Daerah (Studi kasus : Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta )

2 50 64

Program Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (Kwk-Gbkp) Pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo

2 51 132

Studi tentang pembinaan kader pembangunan Desa dalam menunjang keberhasilan pembangunan Desa di Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

0 10 55

HUBUNGAN KEPALA DESA DENGAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DESA DI DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL

6 91 245

PENGEMBANGAN DESA WISATA SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA BRAYUT, KECAMATAN SLEMAN, KABUPATEN SLEMAN, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

4 22 156

PERAN PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA DI DESA KEBONAGUNG, KECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

17 72 197

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI SENTRA PERTANIAN DI RUMAH PINTAR “PIJOENGAN” DESA SRIMARTANI, KECAMATAN PIYUNGAN, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA.

0 1 184

MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN DI DESA WISATA TEMBI KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

1 6 177

Potensi Produksi Arang dari Hutan Rakyat Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta | Purwanto | Jurnal Ilmu Kehutanan 1856 5888 1 PB

0 0 9

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MENAYU LOR, MRISI DAN BETON, TIRTONIRMOLO, KASIHAN, BANTUL DALAM PROGRAM PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DESA

0 1 6