Kader Desa sebagai Pelaku Pemberdayaan Masyarakat

23 Makna kata “kader” sebagaimana lazim dipahami dalam sebuah organisasi, adalah orang yang dibentuk untuk memegang peran penting orang kunci dan memiliki komitmen dan dedikasi kuat untuk menggerakan organisasi mewujudkan visi misinya. Dalam konteks desa, Kader Desa adalah “Orang Kunci” yang mengorganisir dan memimpin rakyat desa bergerak menuju pencapaian cita-cita bersama. Kader Desa terlibat aktif dalam proses belajar sosial yang dilaksanakan oleh seluruh lampiran masyarakat desa. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kader Desa adalah pendamping desa atau masyarakat yang memiliki tugas menemukan, mengembangkan kapasitas, dan mendampingi desa agar menjadi lebih baik dan mampu membawa perubahan kearah yang positif. Kader Desa yaitu seseorang yang bertugas dalam pengelolaan urusan desa melalui perannya di dalam masyarakat. Kader Desa menurut Ghozali 2015: 11 bisa diduduki oleh kepala desa, anggota BPD, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa KPMD, tokoh adat; tokoh agama; tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; pengurusanggota kelompok tani; pengurusanggota kelompok nelayan; pengurus anggota kelompok perajin; pengurusanggota kelompok perempuan. Kader Desa dapat berasal dari kaum perempuan dan laki-laki dalam kedudukannya yang sejajar, mencakup warga desa dengan usia tua, kaum muda maupun anak-anak.

b. Kader Desa sebagai Pelaku Pemberdayaan Masyarakat

Kader Desa dinilai sebagai civil institution yaitu sebuah institusi lokal yang dibentuk secara mandiri oleh masyarakat untuk memperhatikan isu-isu publik serta sebagai wadah representasi dan partisipasi untuk memperjuangkan hak warga desa Ghazali, 2015: 17. Keberadaan Kader Desa mampu membangkitkan kesadaran 24 masyarakat untuk ikut serta dalam melakukan pembangunan. Saat ini, kajian mengenai Kader Desa sebagai pelaku pemberdayaan masyarakat belum ditemui oleh penulis. Oleh sebab itu, Kader Desa dapat diklasifikasikan ke dalam istilah- istilah lain di dalam pemberdayaan masyarakat. Suprijanto 2015: 47 menjelaskan mengenai peran pendidik nonformal yang memiliki peranan hampir sama dengan Kader Desa. Sedangkan Adi, 2015:11 menyatakan pelaku pemberdayaan diantaranya relawan volunteer dan pekerja sosial social worker, dilanjutkan menurut Sulistyani 2014: 113 menyebutkan bahwa salah satu pelaku pemberdayaan adalah agen pembaharu agent of change. 1 Pendidik Nonformal Pendidik nonformal merupakan pendidik yang memperhatikan pembelajaran sebagai proses menghasilkan perubahan perilaku, baik dalam hal pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Fungsi pendidik nonformal yakni: 1 penyebar pengetahuan, 2 pelatih keterampilan, dan 3 perancang pengalaman belajar kreatif. Di dalam pendidikan non formal, subutan bagi pendidik berbagai macam seperti tutor, fasilitator, pamong, dan lain-lain. 2 Relawan Relawan memiliki peranan penting dalam pengembangan usaha pemberdayaan masyarakat. Relawan merupakan pioner seperti yang diungkapkan Friendlander dalam Adi, 2015: 11 sebagai berikut: volunteers have been the pioneers in all fields of social work, not only in groupwork, but also in casework, health services, and community organization. They started out by assisting people in financial stress who did not want to ask for poor relief … They laid the foundations for modern social work, and they 25 recognized the need for professional training of social workers in complex society. Maksud dari kutipan tersebut yakni relawan telah menjadi pionir dari berbagai pekerjaan sosial, bukan hanya dalam lingkup kelompok, tetapi juga menyasar pada lingkup individu, layanan kesehatan, dan organisasi kemasyarakatan. Relawan membantu masyarakat mengatasi permasalahan tidak hanya dalam wujud bantuan uang saja, melainkan memberikan fondasi berwujud keterampilan dan pelatihan yang berguna untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang belum berdaya. Sesuai dengan namanya, relawan merupakan kegiatan yang dilakukan secara suka rela atas dasar kemanusiaan. Oleh karena itu, relawan tidak mendapatkan remunisi atau imbalan jasa yang ajeg atas perannya melakukan kegiataan pemberdayaan. 3 Pekerja Sosial Pekerjaan sosial menurut Robert Nee, 1970: xiii dalam Adi, 2005: 17 yakni “social work is a new profession, born of the twentieth century. Unlike the older profession, which developed specializations in their maturity, social work grew out of multiple specialization s in diverse fields of practice… .” Makna dari pernyataan tersebut yakni pekerjaan sosial adalah profesi yang muncul pada abad ke-20, tergolong sebagai profesi baru yang mengembangkan bidang praktis pelaksanaan pekerjaan sosial. pekerjaan sosial merupakan profesi yang berfokus pada proses interaksi manusia dengan lingkungannya yang menggabungkan antara ilmu psikologi dan sosiologi untuk memberikan intervensi yang tepat dalam pemberdyayaan masyarakat. Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa 26 pekerja sosial adalah seseorang yang bekerja di dalam bidang pekerjaan sosial yaitu pekerjaan terkait interaksi antara manusi dengan lingkungannya. Lebih lanjut, sebagai suatu keprofesian, maka pekerja sosial dituntut untuk memiliki profesionalitas di bidang pekerjaan sosial. karena kompetensi dan regulasinya telah tertata dengan baik, maka pekerja sosial mendapatkan remunasi yang sesuai dengan hasil kerjanya, ajeg, dan lebih tertata. 4 Agen Pembaharu Agen pembaharu menurut Sulistyani 2004: 114 yaitu stakeholder yang bertugas sebagai pemberdaya masyarakat seperti LSM, Ormas, Organisasi profesi, organisasi kepemudaan, organisasi wanita, dan organisasi lokal perpanjangan tangan pemerintah seperti posyandu, PKK, LMD, dan lain sebagainya. Berbagai istilah tersebut dapat dikuatkan dengan beberapa sebutan bagi Pemberdaya masyarakat yang diungkapkan oleh Ife, 2009: 636 yang mengklasifikasikan pekerja sosial atas lima jenis yakni : 1 Pekerja masyarakat yang dipekerjakan, yaitu pekerja yang dipekerjakan dari organisasi pemerintahan seperti Komnas HAM, Komnas Perlindungan Anak, dan lain sebagainya. 2 Pekerja Sektoral yang dipekerjakan, yaitu seseorang yang dipekerjakan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat namun dengan fokus yang spesifik misalnya pekerja masyarakat sebuah pusat sumber daya migran. 3 Profesional berfokus masyarakat, yakni profesi yang memberdayakan masyarakat dengan cara sesuai dengan profesinya seperti dokter, psikolog, dan lain-lain. 27 4 Aktivis yang dipekerjakan, yakni pekerja yang dipekerjakan secara spesifik untuk tujuan tertentu seperti partai politik, organizer persatuan dagang, dan lain sebagainya. 5 Aktivis masyarakat yang tidak dibayar, yakni orang yang peduli terhadap masyarakatnya. Merupakan pekerja yang paling efektif meskiput tidak dibayar dan tidak dilatih secara terstruktur. Kader Desa merupakan perkumpulan individu dari bagian masyarakat yang dibentuk untuk memberdayakan masyarakat. Meskipun lembaga ini sebagai perpanjangan tangan pemerintah, namun belum mendapatkan remunasi yang ajeg dan tertata. Selain itu, kompetensi Kader Desa belum dapat diukur secara lebih terperinci karena pemilihan Kader Desa bukan berdasarkan jenjang pendidikan dan profesionalitasnya, melainkan hasil musyawarah Pemerintah Desa. Alasan tersebut dapat mengungkapkan bahwa Kader Desa bukanlah pekerja sosial, melainkan dapat masuk dalam kualifikasi sebagai pendidik nonformal, relawan, maupun agen pembaharu. Dalam hal ini, Kader Desa memiliki karakteristik hampir sama dengan Agen Pembaharu maupun Relawan. Beberapa alasan pengkarakteristikan ini adalah: 1 karena Kader Desa tidak mendapatkan remunisi yang ajeg dari pekerjaannya, 2 karena pemilihan Kader Desa tidak didasarkan pada keprofesionalitasan anggota, dan 3 karena Kader Desa berperan sebagai perpanjangan tangan pemerintah secara langsung untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat di wilayahnya. Tugas Pokok Kader Desa 28 Pengkajian mengenai tugas pokok Kader Desa dapat berkaca pada pelaku- pelaku pemberdayaan lainnya. Sulistyani mengkaji mengenai kapasitas agen pembaharu melalui beberapa aspek yang harus dipenuhi meliputi: 1 pemahaman terhadap kemiskinan, 2 pemahaman terhadap kinerja dalam merencanakan, mengimplementasikan, memonitor, dan mengevaluasi program pemberdayaan baik yang dilakukan secara mandiri ataupun oleh pemerintah, dan 3 perancangan model pendampingan untuk pengembangan konsep tridaya, ekonomi produktif dan modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat. Pada point satu dijelaskan bahwa agen perubahan harus memiliki pemahaman tentang kemiskinan, hal ini disebabkan bahwa dewasa ini permasalahan yang paling dasar dimiliki oleh Indonesia mengenai pengentasan kemiskinan. Kemiskinan sebagai sumber dari permasalahan lainnya tentu harus dikaji lebih jauh oleh agen pembaharu untuk menentukan langkah-langkah pemberdayaan. Menurut National Association of National Workers NASW misi utama pekerja sosial adalah meningkatkan kesejahteraan manusia dan membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memperhatikan kepada orang tertindas, rawan, dan miskin Fahrudin, 2012: 66. Sedangkan tujuan pekerjaan sosial menurut Zastrow, 2008 dalam Fahrudin, 2012:66 adalah sebagai berikut : a Meningkatkan kemampuan orang untuk memecahkan masalah, mengatasi masalah, dan mengembangkan kapasitas. b Menghubungkan masyarakat kepada sistem yang memberikan sumber, pelayanan, dan kesempatan c Memperbaiki keefektifan kinerja sumber-sumber dan pelayanan kesejahteraan sosial d Mengembangkan dan memperbaiki kesejahteraan sosial. 29 Keempat tujuan tersebut lalu dilengkapi oleh Council of Social Work and Education CSWE yakni : a Meningkatkan kesejahteraan manusia dan mengurangi, penindasan, dan bentuk-bentuk ketidakadilan sosial lainnya, b Mengusahakan kebijakan pelayanan dan sumber melalui advokasi dan tindakan sosial politik yang meningkatkan keadilan sosial ekonomi, c Mengembangkan dan menggunakan penelitian, pengetahuan, dan keterampilan yang memajukan praktik pekerjaan sosial, d Mengembangkan dan menerapkan praktik dalam konteks budaya. Zastrow, 2008 dalam Fahrudin, 2012: 67. Sedangkan menurut Ghazali tugas pokok Kader Desa telah dituliskan secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 3. 30 Tabel 3. Tabel Tugas Kader Desa Sumber: Ghazali, 2015: 22-23 Bidang Substansi Tugas Daftar Kegiatan Infrastruktur Pembangunan, pemanfaatan, dan pemeliharaan tambatan perahu jalan permukiman jalan desa antarpermukiman ke wilayah pertanian Pembangkit listrik tenaga mikrohidro Lingkungan permukiman masyarakat desa Sarana dan prasarana kesehatan Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan Air bersih berskala desa Sanitasi lingkungan Pelayanan kesehatan desa dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu atau bentuk lainnya Sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan Pembangunan, pemanfaatan, dan pemeliharaan Taman Bacaan Masyarakat Pendidikan Anak Usia Dini Balai PelatihanKegiatan Belajar Masyarakat Pengembangan dan pembinaan sanggar seni Sarana dan prasarana ekonomi Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan, pemanfaatan, dan pemeliharaan Pasar desa Pembentukan dan pengembangan BUM Desa Pembibitan tanaman pangan Penggilingan padi Lumbung desa Pembukaan lahan pertanian Pengelolaan usaha hutan desa Kolam ikan dan pembenihan ikan Kapal penangkap ikan Gudang pendingin Tempat pelelangan ikan Tambak garam Kandang ternak Instalasi biogas Mesin pakan ternak Sarana dan prasarana ekonomi lainnya sesuai kondisi desa Lingkungan hidup Pelestarian Penghijauan Pembuatan terasering Pemeliharaan hutan bakau Perlindungan mata air Pembersihan daerah aliran sungai Perlindungan terumbu karang 31 Tugas pokok Kader Desa tersebut tidaklah mutlak, program pemberdayaan yang dilakukan harus disesuaikan dengan karakteristik masyarakat itu sendiri. Kader Desa memiliki wewenang untuk menentukan program yang sesuai dengan masyarakatnya, karena Kader Desa merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri.

c. Fungsi Kader Desa

Dokumen yang terkait

Penilaian Masyarakat Desa Terhadap Pemerintahan Desa Dalam Era Otonomi Daerah (Studi kasus : Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta )

2 50 64

Program Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (Kwk-Gbkp) Pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo

2 51 132

Studi tentang pembinaan kader pembangunan Desa dalam menunjang keberhasilan pembangunan Desa di Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

0 10 55

HUBUNGAN KEPALA DESA DENGAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DESA DI DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL

6 91 245

PENGEMBANGAN DESA WISATA SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA BRAYUT, KECAMATAN SLEMAN, KABUPATEN SLEMAN, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

4 22 156

PERAN PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA DI DESA KEBONAGUNG, KECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

17 72 197

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI SENTRA PERTANIAN DI RUMAH PINTAR “PIJOENGAN” DESA SRIMARTANI, KECAMATAN PIYUNGAN, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA.

0 1 184

MODAL SOSIAL DALAM PENGEMBANGAN DI DESA WISATA TEMBI KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

1 6 177

Potensi Produksi Arang dari Hutan Rakyat Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta | Purwanto | Jurnal Ilmu Kehutanan 1856 5888 1 PB

0 0 9

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA MENAYU LOR, MRISI DAN BETON, TIRTONIRMOLO, KASIHAN, BANTUL DALAM PROGRAM PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DESA

0 1 6