1.1 Latar Belakang
Dewasa ini bangsa Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Komponen pembangunan tersebut meliputi sumberdaya alam,
tenaga kerja, dan modal yang satu sama lainnya mendukung sebagai satu kesatuan. Salah satu dana dalam pembangunan ekonomi nasional negara adalah
dengan mengundang investor penanam modal baik modal asing maupun modal dalam negeri, artinya kehadiran penanaman modal sangat dibutuhkan dalam
meningkatkan perekonomian suatu negara. Mengingat penanaman modal ini sangat penting bagi pembangunan ekonomi, maka dari itu negara Indonesia
mengaturnya dalam sebuah perumusan Perundang – Undangan. Berdasarkan perkembangannya pemerintah Indonesia terus memperbaharui
berbagai peraturan untuk lebih menciptakan iklim usaha yang kondusif dan sebagai penguat daya saing perekonomian nasional dan daerah serta mempercepat
peningkatan penanaman modal yang dituangkan dalam Undang – Undang terdahulu penanaman modal yaitu Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1968 dan
Undang – Undang Nomor 11 dan 12 Tahun 1970, namun seiring berjalannya waktu Undang – Undang tersebut dinyatakan sudah tidak berlaku sesuai dalam
pasal 38 Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007. Maka dengan diberlakukannya Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal ini adalah guna memperbaiki kelemahan aturan hukum terdahulu.
Di dalam kebijakan dasar penanaman modal pada BAB III Pasal 4 ; 1 pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk, mendorong
terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional dan mempercepat peningkatan
penanaman modal. Sehingga banyak harapan digantungkan dengan dikeluarkannya Undang – Undang penanaman modal ini seperti, peningkatan
investasi dan lapangan kerja untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia tidak bisa hanya dijalankan oleh pemerintah pusat saja melainkan harus dimulai dari titik terendahnya yaitu dari daerah – daerah di wilayah Indonesia.
Dibentuknya Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah maka, otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan kewajiban suatu daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat daerah berdasarkan peraturan Perundang – Undangan yang berlaku. Upaya untuk melaksanakan sebagaimana
yang dimaksud dalam Undang – Undang tersebut, yaitu dengan dikeluarkannya suatu peraturan daerah maupun kebupaten atau kota. Salah satunya di Sumatera
Utara khususnya di Kota Medan yang sudah sejak lama mengurus dan mengatur sistem pemerintahannya.
Kota Medan mempunyai daya tarik penanaman modal PMA dan PMDN, sebagaimana diketahui setelah krisis ekonomi pada akhir tahun 1997, iklim
penanaman modal di Kota Medan secara berangsur – angsur mulai menunjukkan
pertumbuhan yang cukup berarti. Hal ini tidak saja didukung oleh letak geografis dan potensi demografis Kota Medan yang cukup strategis tetapi juga didukung
oleh kebijakan – kebijakan yang bersahabat dengan pasar, sehingga menciptakan iklim dan lingkungan penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu
kewaktu. Langkah – langkah proaktif dan inovasi yang ditempuh dengan mengembangkan kemitraan strategic diantara sesama pelaku usaha dengan
pemerintah kota, kenyataannya secara signifikan mampu menumbuhkan minat berinvestasi para pemilik modal untuk menanamkan modalnya di kota Medan,
diberbagai bidang lapangan usaha potensial. Hal ini juga tidak terlepas dari persepsi yang sama dari seluruh stakeholders, tentang perlunya menarik investasi
lebih besar untuk menggerakkan roda perekonomian dalam volume yang lebih besar di Kota Medan, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja lebih banyak,
sekaligus memperbaiki tingkat pendapatan masyarakat dan menaikkan pendapatan asli daerah Kota Medan sendiri.
Seperti dikutip dari
https:eddiestp.wordpress.com20120120analisi-apbd-kota-medan-2012- untuk-bidang-pariwisata-dan-penanaman-modal
Dikaitkan dengan visi dan misi Kota Medan, program dan kegiatan Badan Penanaman Modal juga bertujuan untuk mendukung keberhasilan pencapaian
misi ke-3 yakni meningkatkan akselerasi pertumbuhan ekonomi kota yang merata dan berkelanjutan. Bila dilihat dari sisi proyeksi pencapaian target yang
telah ditetapkan dalam RPJMD 2011-2015, sejumlah target tersebut dapat dikatakan sangat optimis, seperti penambahan jumlah investor berskala
nasional PMDN dan PMA, diproyeksikan naik dari 32 di tahun 2010 menjadi 96 di tahun 2015. Target pencapaian nilai realisasi PMDN naik dari Rp 511,31
miliar di tahun 2010 menjadi Rp 986,54 miliar, meski sangat optimis dengan pertumbuhan rata-rata 14 per tahun namun masih realistis, mengingat iklim
usaha di Kota Medan yang terus membaik dari waktu ke waktu dan meningkatnya daya tarik investasi di Kota Medan. Namun berkaitan dengan
proyeksi realisasi PMA, pertumbuhannya jauh di atas pertumbuhan PMDN
dimana RPJMD mematok hingga 2015, level pertumbuhan yang fantastis rata- rata mencapai 17 per tahun.
Berbagai proyeksi ini tentu membutuhkan kerja keras dari Badan Penanaman Modal Kota Medan untuk mencapainya, dan mengingat minimnya frekwensi
pelaksanaan pameran investasi yang hanya dilaksanakan sekali di tahun 2012 dikawatirkan tidak cukup kuat untuk mem-backup target yang telah ditetapkan,
apalagi alokasi dana untuk kegiatan promosi investasi ke luar negeri juga sangat minim.Peningkatan Promosi Dan Kerja Sama InvestasiMeningkatnya
nilai realisasi PMDN tahun 2015 menjadi 19nilai realisasi PMDNRp 511,31 milyarRp 986,54 milyar. Meningkatnya nilai realisasi PMA tahun 2015
menjadi 23nilai realisasi PMAUS 75,88 jutaUS 162,61 jutaMeningkatnya jumlah persetujuan investasi tahun 2015 menjadi 96 persetujuan, jumlah
persetujuan investasi3296. Adanya peraturan daerah yang mendukung iklim usaha yang kondusif, adanya Perda Penanaman Modal Insentif dan
Kemudahan Investasi. Terakomodir dan meningkatnya nilai realisasi PMDN tahun 2015 menjadi 19nilai realisasi PMDNRp 511,31 milyarRp 986,54
milyar. Meningkatnya nilai realisasi PMA tahun 2015 menjadi 23nilai realisasi PMAUS 75,88 jutaUS 162,61 juta.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Badan Penanaman Modal BPM Kota Medan, merupakan unsur pendukung tugas Kepala yang mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan daerah di bidang penanaman modal dan juga meningkatkan PAD Kota Medan
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan. Peraturan daerah ini
disusun dengan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dalam rangka pelaksanaan urusan
Pemerintah Kota Medan sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 yang disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota. Di dalam Peraturan Daerah Kota Medan tersebut terjadi perubahan nomenklatur
Lembaga Teknis Daerah, salah satunya adalah penanaman modal. Dari Kantor Penanaman Modal Daerah KPMD kota Medan menjadi Badan Penanaman
Modal Kota Medan. Sesuai dengan pasal 134 dan 135 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3
Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan, telah diatur tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan.
Bahwa untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan, dipandang perlu untuk mengatur lebih lanjut rincian tugas pokok
dan fungsi pada setiap jenjang jabatan struktural. Maka dengan berdasarkan hal ini perlu menetapkan Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal
dalam satu Peraturan Walikota Medan Medan, yaitu Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan
Penanaman Modal Kota Medan. Pembangunan kota seyogianya dikelola secara efektif, efisien dan
berkelanjutan sustainable dengan melibatkan semua stakeholder dan lapisan masyarakat pembangunan yang partisipatif. Tugas dan fungsi strategis ini hanya
akan dapat terwujud jika proses pembangunan dilakukan dengan perencanaan yang transparan, responsif, terukur, komprehensif dan akuntabel melalui tahapan
yang jelas dengan mempertimbangkan seluruh aspek pembangunan yang terkait dan potensi yang dimiliki oleh Kota Medan sebagai Ibu Kota Propinsi Sumatera
Utara.
Mendukung perwujudan kota masa depan yang berdaya saing dalam hal ini adalah menyangkut kota jasa, perdagangan dan keuangan yang siap bersaing
secara regional dan global dengan dukungan infrastruktur sosial ekonomi yang lengkap, pondasi perekonomian yang kuat, tata pemerintahan yang baik,
peningkatan sumber daya manusia, serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Secara umum penanaman modal membutuhkan adanya iklim usaha yang kondusif dalam membentuk daya tarik investasi. Untuk itu, Badan Penanaman
Modal Kota Medan yang memuat kebijakan publik dan arah kebijakan bidang penanaman modal sesuai yang diharapkan dapat menciptakan iklim investasi yang
kondusif dan dapat meningkatkan investasi di Kota Medan. Kemudian dalam rangka mewujudkan citra good governance dalam bidang
investasi dan lingkungan bisnis, memberikan pelayanan yang baik, mudah, sederhana, cepat dan transparan dalam perizinan berinvestasi. Membangun sistem
informasi dan pengawasan investasi yang efektif dan menyelenggarakan kegiatan – kegiatan pengawasan berskala luas dalam upaya menarik minat investor.
Meningkatkan koordinasi dan pengawasan investasi antara tingkat pemerintah, antara pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat investor. Mewujudkan
iklim penanaman modal yang kondusif khususnya melalui peningkatan penyediaan infrastruktur ekonomi yang meningkatkan efesiensi berusaha bagi
investor, disamping jaminan kepastian berusaha. Seperti yang dikutip website resmi pemko Medan, yaitu :
Investasi dikota Medan pada tahun 2000 sebesar Rp 2,7 trilyun, tahun 2001 sebesar Rp 3.3 trilyun, tahun 2002 sebesar Rp 3,0 trilyun, tahun 2003 sebesar
Rp 4,0 trilyun, tahun 2004 sebesar 4,4 trilyun. Total perkiraan investasi yang masuk ke kota Medan dari berbagai lapangan usaha selama tahun 2000 –
2004 cenderung cukup masif. Lapangan usaha utama yang menjadi tujuan utama berinvestasi adalah sektor perdagangan, listrik, gas dan air, bangunan,
industri, dan angkutan.
Berdasarkan data diatas berbagai variabel penting yang cukup berpengaruh terhadap minat berinvestasi di Kota Medan adalah keamanan dan ketertiban
umum serta stabilitas politik, harga berbagai faktor produksi, suku bunga dan lain – lain. Permasalahan utama yang timbul adalah persepsi tentang lama dan
panjangnya proses administrasi berinvestasi, serta kurangnya pengawasan investasi penanaman modal baik dalam konteks regional, nasional, dan
internasional juga menjadi salah satu permasalahan dalam pengembangan investasi di Kota Medan. Kurangnya pengawasan dalam investasi penanaman
modal inilah yang menjadi salah satu masalah yang dapat menimbulkan berkurangnya calon investor masuk kedaerah.
Badan Penanaman Modal BPM Kota Medan, merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah, yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Medan melalui Sekretaris Daerah. Badan Penanaman Modal mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan daerah di bidang penanaman modal.
Maka secara garis besarnya, Badan Penanaman Modal Kota Medan dalam tahap implementasi pelaksanaan akan dikelola oleh seluruh jajaran aparatur Badan
Penanaman Modal Kota Medan. Salah satu fungsinya adalah pengawasan, dimana
bidang pengawasan dibagi dengan sub bagian pembinaan dan pengawasan PMDN Penanaman Modal Dalam Negeri dan PMA Penanaman Modal Asing yang
menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Sub Bidang Pembinaan dan
Pengawasan PMDN dan PMA. b. Penyususnan bahan petunjuk teknis lingkup pembinaan dan pengawasan
PMDN dan PMA. c. Penyusunan bahan kajian dan penyusunan kebijakan teknis pengendalian
pelaksanaan PMDN dan PMA. d. Pelaksanaan pemanatauan, bimbingan, dan pengawsan pelaksanaan
PMDN dan PMA. e. Pelaksanaan pemeriksaan dan evaluasi terhadap LKPM Laporan
Kegiatan Penanaman Modal PMDN dan PMA. f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksana tugas.
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang dengan tugas dan fungsinya.
Salah satu tujuannya adalah mensosialisasikan tentang tata cara pengisian Laporan Kegiatan Penanaman Modal LKPM dan membuat pemutakhiran data
perusahaan – perusahaan yang terdaftar di BKPM dan operasionalnya di kota Medan. Hal ini dapat dilihat dari data lapangan diketahui bahwa hingga tahun
2013 terdapat 173 perusahaan PMDN dan 285 perusahaan PMA yang terdaftar dan beroperasi dikota Medan. Dalam laporan ini terangkum perusahaan PMDN
dan PMA berdasarkan bidang usahanya :
PMDN :“ Industri Kimia, Makanan, B Logam, Min Non Logam, Logam dasar, Kertas, Kayu, Jasa, Perhotelan, Peternakan, Perikanan, Perumahana,
Konstruksi, Tekstil, dan Pengangkutan”. PMA ;” Industri Kimia, Industri Makanan, Industri B. Logam, Industri Logam Dasr, Industri Kayu, Industri
Tekstil, Industri Lainnya, Usaha Jasa, Usaha Perhotelan, Usaha Perkantoran, Usaha Perumahan, Usaha Konstruksi, Usaha Pert. Tanaman Pangan”.
Hasil yang ingin dicapai adalah agar perusahaan aktif melakukan penyampaian pelaporan LKPM secara aktif dan rutin. Sehingga dapat diketahui
perusahaan yang aktif maupun yang tidak aktif atau tidak beroperasi karena pailit, maka dari itulah pengawasan ini di lakukan di Kota Medan oleh Badan
Penanaman Modal Kota Medan guna tercipta data yang akurat dilapangan. Dalam buku Budiman Ginting, salah satu kasus mengenai pengawasan dan
ketidakpastian hukum terhadap investor asing dalam kegiatan penanaman modal di Sumatera Utara yakni kasus ;
PT. Socfin Indonesia Socfindo melawan para Petani dengan Perkara No. 82G2009PTUN-Mdn tanggal 28 agustus 2009. PT. Socfin Indonesia adalah
pemegang alas hak atas tanah seluas 390 hektar yang merupakan bahagian dari tanh seluas 2.364,91 hektar yang terletak di Aek Loba Timur berdasarkan
sertifikat Hak Guna Usaha HGU No. 2 tertanggal 28 Januari 1998 yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Asahan dengan
tenggang waktu 25 tahun yang akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2023. Namun pada tahun 2009 beberapa petani setempat melayangkan gugatan Tata
Usaha Negara TUN ke Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN Medan dengan dalil mengakui bahwa tanah tersebut merupakan tanah peninggalan
orang tua dari petani-petani tersebut berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. SK.42HMLR1972 luas 48,659 empat puluh delapan
koma enam ratus lima puluh sembilan hektar, SK No. 118HMLR1971 tanggal 15 November 1971 luas 131,8027 seratus tiga puluh satu koma
delapan ribu dua puluh tujuh hektar, SK No. 78HMLR1971 tanggal 21 Agustus 1971 luas 47,2505 empat puluh tujuh ribu koma dua ribu lima ratus
lima hektar, SK No. 10HMLR1972 tanggal 4 Februari 1972 luas 87,9368 delapan puluh tujuh koma sembilan ribu tiga ratus enam puluh delapan
Hektar. Atas kasus tersebut maka Majelis Hakim PTUN Medan memutuskan mengabulkan gugatan para Penggugat yakni para petani dengan menyatakan
sertifikat HGU No. 2 Tahun 1998 dinyatakan batal dan dicabut yang kemudian dikuatkan dengan Putusan Pengadilan Tinggi TUN Medan dengan perkara No.
39BDG2010PT.TUN-Mdn tanggal 19 Januari 2010 dan Putusan Mahkamah Agung RI dengan perkara No. 382 KTUN2010 tanggal 8 juli 2010.
Berdasarkan kasus diatas, ternyata hambatan yang utama dalam melakukan penanaman modal adalah kurang terselenggaranya fungsi pengawasan dibidang
investasi. Selain pengawasan hambatan yang disebutkan dari kasus diatas adalah kurangnya koordinasi, penciptaan birokrasi yang kurang efesien, kurangnya
kepastian hukum dibidang penanaman modal, serta iklim usaha yang belum kondusif.Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila
Kota Medan khususnya Badan Penanaman Modal Kota Medan harus benar – benar mengimplementasikan tugas dan fungsinya BPM.
Pengawasan yang dimaksud adalah upaya atau kegiatan yang dilakukan guna mencegah dan mengurangi terjadinya penyimpangan terhadap ketentuan
pelaksanaan penanaman modal dan penggunaan fasilitas penanaman modal. Maka pemerintah Kota Medan harus dapat menarik minat investor untuk menanamkan
modalnya di Kota Mean dengan diperlukan sejumlah faktor - faktor yang dapat menarik minat investor
Dengan perbaikan berbagai faktor tersebut, investor akan mempertimbangkan kemana modalnya akan diinvestasikan dengan beberapa pertimbangan bahwa
calon host country hendaknya dapat memberikan jaminan atas kepastian perlindungan hukum serta meningkatkan pengawasan yang lebih konsisten.
Kurangnya pengawasan Badan Penanaman Kota Medan tersebut membuat sebagian tugas BPM lingkup pembinaan dan pengawasan penanaman modal
dalam negeri dan modal asing akan terbengkalai jika tidak benar – benar di perhatikan.
Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti atau
mengangkat masalah tersebut didalam pembuatan skripsi ini, yaitu dengan judul “ Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010
Dalam Pengawasan Penanaman Modal di Kota Medan “.
1.2 Fokus Masalah