Dalam variabel komunikasi ini ada beberapa indikator yang dapat dilihat, yaitu indikator :
1. Penyaluran transmisi
Penyaluran informasi komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran
komunikasi yaitu adanya salah satu pengertian miskomunikasi yang disebabkan banyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi,
sehingga apa yang diharapkan terpotong ditengah jalan. Namun dalam penelitian ini bukanitu yang diharapkan, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala BPM
Kota Medan, ia mengatakan bahwa sistem komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan dalam menyampaikan kebijakan baru di BPM kota Medan adalah
dengan penyampaian yang sangat baik, mereka selalu mengusahakan agar pegawai BPM mudah dalam menyampaikan sosialiasi dilapangan jika ada
kebijakan baru. Makanya sebelum di sosialisasikan ke investor mereka terlebih dahulu melakukan rapat bersama tentang kebijakan tersebut. Dalam hal
melakukan koordinasi dan pertanggung jawaban BPM melalui Sekretaris Daerah. Sekda melakukan koordinasi dengan BPM, komunikasinya melalui kebijakan –
kebijakan yang dibentuk oleh Kepala Daerah, mereka juga melakukan rapat –
rapat singkat saat ada permaslaahan seputar investasi di Kota Medan
Ditambahi oleh Sekretaris BPM Kota Medan, dalam Perka BKPM No. 14 Tahun 2009 tentang Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara
Elektronik sudah disosialisasikan. Dalam peraturan ini penanaman modal adalah
segala bentuk kegiatan menanam modal baik oleh PMA dan PMDN untuk melakukan usaha di wilayah negara RI. SPIPISE ini adalah sistem elektronik
pelayanan perizinan dan nonperizinan yang terintegrasi antara BKPM dan KementerianLembaga Pemerintah Non Departemen yang memiliki kewenangan
perizinan dan nonperizinan. Portal SPIPISE ini peranti lunak berbasis situs website
yang merupakan gerbang informasi dan pelayanan perizinan dan nonperizinan penanaman modal khusunya di Kota Medan. SPIPISE juga menajdi
tolak ukur yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan dan acuan penilaian kualitas layanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat
dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Menurut beliau peraturan ini bertujuan untuk mengatur penanaman modal,
penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal, serta instansi teknis dalam mengajukan permohonan atau penyelenggaraan perizinan dan nonperizinan
dengan SPIPISE. Selain itu dalam PERKA No.12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal sebagai panduan bagi para
penyelenggara PTSP dibidang penanaman modal Kota Medan, para penanam modal, serta masyarakat dalam memahami prosedur pengajuan dan proses
penyelesaian permohonan perizinan dan nonperizinan. Tujuannya adalah untuk terwujudnya kesamaan dankeragaman atas prosedur dan proses penyelesaian
permohonan penanaman modal, memberikan gambaran umum dan kepastian waktu penyelesaian permohonan perizinan dan nonperizinan penanaman modal,
serta tercapainya pelayanan yang mudah, cepat, tepat, dan transparan.
Kesimpulannya adalah kewenangan tentang penyaluran informasi oleh BPM Kota Medan sudah terlaksana dengan baik dalam penyelenggaraan penanaman
modal Kota Medan bagi investor danmasyarakt yang ingin melakukan investasi di Kota Medan.
2. Kejelasan pelaksanaan kebijakan Faktor kedua yang mendukung implementasi kebijakan adalah kejelasan, bahwa
petunjuk – petunjuk pelaksanaan kebijakan tidak hanya harus diterima oelh para pelaksana kebijakan tetapi komunikasi tersebut harus jelas. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Kepala Badan kejelasan dari pelaksanaan kebijakan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 sudah tertera didalam peraturan tersebut.
mereka juga mengacu pada Perka No 12 tahun 2009 pada Bab IV Penyelengaraan Penanaman Modal bagian kesatu pasal 10, semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan
penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan yang penetapannya diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Penanaman modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal harus memperhatikan peraturan perundang – undangan yang menyatakan bidang usaha atau
jenis usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Pada pasal 11, penanaman modal asing harus dalam bentuk PT Perseroan Terbatas berdasarkan hukum Indonesia
dan berkedudukan didalam wilayah negara RI, kecuali ditentukan lain oleh Undang – Undang. Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha
yang berbentuk badan hukum atau usaha perserorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. Pasal 12, penanaman modal wajib melaksanakan
ketentuan – ketentuan dan syarat – syarat yang berlaku untuk kegiatan kegiatan
penanaman modal yang dikeluarkan oleh instansi teknis yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan.
Ditambahkan oleh Kasubbag Pengawasan Kota Medan, mengatakan kejelasan pengawasan BPM Kota Medan mengacu pada Perka BKPM RI No 3 Tahun 2012
tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, maksud pengendalian pelaksanaan penanaman modal adalah melaksanakan pemantauan,
pembinaan, dan pengawasan terhadap terlaksananya pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal, tujuannya sendiri
adalah untuk memperoleh data perkembangan realisasi penanaman modal dan informasi masalah dan hambatan yang dihadapi oleh perusahaan., melakukan bimbingan fasilitas
penyelesaian masalah dan hambatan yang di hadapi oleh perusahaan, dan melakukan pengawasan pelaksanaan penanaman modal, penggunaan fasilitas fiskal dan melakukan
tindak lanjut atas hasil pemeriksaan lapangan terhadap perusahaan. Kegiatan kejelasan pengawasan sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat 1 huruf c dilaksanakan melalui
pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal sebagai tindak lanjut dari, evaluasi atas pelaksanaan penanaman modal berdasarkan perizinan dan nonperizinan yang dimiliki,
adanya indikasi penyimpangan atas ketentuan pelaksanaan penanaman modal, dan pengguna fasilitas pembebasan bea masuk sesuai dengan tujuan pemberian fasilitas
pembebasan bea masuk.
Kemudian dilanjutkan oleh Melky Hutapea, S.Kom sebagai petugas lapangan
dalam melakukan promosi juga dalam melakukan pengawasan pada PMA dan PMDN, ia mengatakan bahwa kejelasan dari adanya kebijakan tersebut adalah memberikan
layanan dan fasilitas gratis saaat pengurusan PMA dan PMDN baru di Kota Medan.
Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap investasi asing maupun daerah, sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh kebijakan investasi yang
berlaku. Dalam kegiatan pembinaan dilaksanakan melalui sosilisasi ketentuan pelaksanaan penanaman modal, pemberian konsultasi pelaksanaan penanaman modal
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan fasilitas penyelesaian masalah – masalah yang dihadapi penanam modal dalam meralisasikan penanaman
modalnya. Sedangkan dalam pengawasan mekanismenya melakukan pengawasan kelokasi proyek dengan memberitahukan terlebih dahulu kepada perusahaan,
pemberitahuan dilakukan paling lambat 5 hari kerja sebelum pelaksanaan pengawasan dilakukan menggunakan surat.
Maka kesimpulannya adalah kejelasan pelaksanaan kebijakan oleh BPM Kota medan harus sesuai dengan perundang – undangan investasi yang berlaku. Sesuai
dengan PERKA No. 3 Tahun 2012 perusahaan yang berkantor pusat diluar daerah lokasi proyek wajib menunjukkan seorang penanggung jawab perusahaan yang terkait
dengan pelaksanaan kegiatan penanaman modal serta wajib memberikan informasi yang diperlukan termasuk LKPM.
3. Konsistensi dalam pelaksanaan kebijakan