Waktu Penerbitan Surat Persetujuan Hubungan Antar Variabel

d. Waktu Penerbitan Surat Persetujuan

Persetujuan atas penanaman modal tersebut diterbitkan selambat-lambatnya sepuluh hari sejak permohonan yang telah lengkap dan benar diterima.

e. Sanksi

Apabila dalam jangka waktu tiga tahun terhitung sejak tanggal SP-PMDN dikeluarkan tidak ada realisasi proyek dalam bentuk kegiatan nyata, baik dalam bentuk administrasi ataupun dalam bentuk fisik, SP-PMDN tersebut batal dengan sendirinya. Penetapan jangka waktu penyelesaian proyek yang tercantum surat persetujuan penanaman modal, disesuaikan dengan skala investasi bidang usaha.

5.2.2.2 Penanaman Modal Asing 1. Permohonan

Bagi calon penanaman modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka PMA, wajib mengajukan permohonan penanaman modal kepada : a. Menteri Investasi Kepala BKPM b. Kepala Perwakilan RI setempat c. Ketua BKPMD setempat

2. Pemberian Persetujuan

a Kewenangan pemberian persetujuan penanaman modal dalamrangka penanaman modal asing PMA dilimpahkan oleh Kepala BKPM kepa Gubernur Kepala Daerah Provinsi. b Khusus kepada Gubernur Kepala Daerah Provinsi diberikan pula pelimpahan wewenang pemberian izin pelaksanaan penanaman modal, nasepanjang belum dibentuk instansi yang menangani penanaman modal didaerah kabupaten kota. c Untuk melaksanakan pelimpahan kewenangna tersebut lebih lanjut Menteri Luar Negeri menugaskan Kepala Perwakilan RI, sedangkan untuk pemberian perizinan pelaksanaan penanaman modal. Gubernur kepala daerah provinsi menugaskan Ketua BKPMD Provinsi.

3. Pemilihan Bidang Usaha

a Calon penanaman modal yang akan mengadakan usaha dalam rangka PMA, mempelajaridahulu bidang usaha yang tertutup bagi PMA dan apabila diperlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi BKPM, BKPD, atau perwakilan RI. b Setelah mengadakan penlitian yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka dan ketentuan lain yang bersangkutan, calon penanaman modal menagjukan permohonan kepada Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah proovinsi, dalam hal ini Ketua BKPMD atau Kepala Perwakilan RI dengan mempergunakan tata cara permohonan yang ditetapkan oleh Kepala BKPM.

4. SP – Penanaman Modal

a Apabila permohonan mendapat persetujuan, Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi, dalam hal ini Ketua BKPMD atau kepala perwakilan RI menerbitkan surat persetujuan penanaman modal tersebut kepada calon penanaman modal yang berlaku juga sebgai persetujaun prinsip. b Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi, dalam hal ini ketua BKPMD atau kepala perwakilan RI menerbitakan surat persetujuan penanaman modal tersebut kepada calon penanaman modal, yang berlaku juga sebagai persetujuan prinsip. c Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi, dalam hal ini ketua BKPMD atau kepala perwakilan RI menyampaikan rekaman surat persetujuan PMA kepada instansi terkait.

5. Pasca SP-PMA

Apabila penanaman modal telah memperoleh surat persetujuan PMA dan telah dipenuhinya persyaratan yang ditetapkan, maka Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi, dalam hal ini ketua BKPMD mengeluarkan ; a Angka pengenal importir terbatas APIT b Keputusan pemberian fasilitas keringanan Bea masuk dan pengutan impor lainnya c Persetujuan atas Rencan Penggunaan Tenaga Kerja Asing Pendatang RPTKA diperlukan bagi ketua BKPMD untuk menerbitkan Izin Kerja bagi Tenaga Kerja Asing Pendatang IKTA d Izin Usaha Tetap IUT atas anam Menteri yang membidangi usaha tersebut sesuai dengan pelimpahan wewenang. e Kepala kantor pertahanan kabupaten kota mengeluarkan izin lokasi sesuai rencana tata ruang. f Kepala kantor pertahanan kabupaten kota mengeluarkan hak atas tanah dan menerbitkan sertifikat tanah sesuai dengan ketentuan yang berlaku g Kepala dinas perkerjaan umum daerah kabupaten kota atau satuan kerja teknis atas nama bupati walikota kepala daerah kabupaten kota yang bersangkutan h Sekretaris wilayah daerah kabupaten kota atas nama buapati walikota kepala daerah kabupaten kota yang bersangkutan

5.3 Implementasi Kebijakan Pelayanan Pengawasan BPM Kota Medan

Berdasarkan indikator kinerja kunci yang ditetapkan sampai tahun 2015, keterpaduan kebijakan dan program penanaman modal dengan rencana penanaman modal secara regional pada tingkat provinsi dan nasional masih harus terus ditingkatkan, walaupun secara rata-rata program nasionalregional secara normatif rencana penanaman modal yang ditetapkan telah didasarkan visi, misi dan tujuan Badan Penanaman Modal. Namun demikian, secara implementatif tidak seluruh agenda prioritas penanaman modal dapat diimplementasikan secara optimal karena keterbatasan sumber daya yang dikelola. Hal tersebut dapat diamati dari persentase agenda prioritas peningkatan penanaman modal dalam RPJMD yang dapat ditampung dalam RKPD dalam setiap tahun anggaran yang rata-rata masih ± 50-60 persen, dan persentase program penanaman modal yang ditetapkan dalam Renstra SKPD yang dapat ditampung dalam Renja-SKPD yang baru sekitar 50-60 persen. Oleh karena itu, kualitas rencana penanaman modal selalu dipengaruhi konsistensi antara perencanaan dengan penganggarannya.Kualitas rencana penanaman modal selama ini juga tidak terlepas dari dukungan ketersediaan data dan informasi yang masih terbatas, serta rendahnya program dan kegiatan penyusunan kerangka studi, instrumen analisis, dan studi-studi terapan yang dilakukan, termasuk koordinasi. Akibat lebih jauh dari keterbatasan-keterbatasan dan faktor-faktor di atas adalah masih relatif rendahnya tingkat pengintegrasian dan keterpaduan kebijakan, program, kegiatan dan pendanaan antar SKPD dan antara SKPD dengan SKPD lainnya secara hirarki Propinsi-Lembaga Teknis, termasuk masih lemahnya tolok ukur yang digunakan dalam evaluasi kinerja yang diselenggarakan. Kurangnya pelaksanaan studi-studi terapan yang bersifat strategis dan taktis juga menyebabkan tidak sepenuhnya dapat diidentifikasi masalah-masalah fundamental dalam rencana penanaman modal, sehingga berimplikasi sulitnya penerapan pendekatan kuantitatif dalam memformulasikan sasaran dan program-program penanaman modal secara jelas dan terukur. Kelemahan lainnya adalah masih belum tersusunnya secara jelas perencanaan yang bersifat lintas SKPD dan perencanaan yang bersifat kewilayahan.Dalam beberapa tahun terakhir, berdasarkan laporan realisasi keuangan diketahui tingkat penyerapan dana untuk membiayai berbagai program dan kegiatan penanaman modal belum sepenuhnya optimal. Dalam tahun 2009, tingkat penyerapan dana belanja langsung Badan Penanaman Modal Kota Medan Rp. 2.018.119.875,- dari Rp. 2.065.012.500,- sampai akhir tahun anggaran berjalan berakhir mencapai 97,73 persen, namun pada tahun 2010 dana belanja langsung sebesar Rp. 3.410.374.000,- diprediksi hanya mencapai 87 persen. Relatif belum optimalnya penyerapan belanja daerah tersebut mengakibatkan realisasi pencapaian sasaran dan target penanaman modal setiap tahunnya juga relatif belum sepenuhnya optimal. Untuk mengantisipasi hal tersebut pada dasarnya perlu meningkatkan fungsi- fungsi pemantauan, supervisi, pengendalian dan evaluasi atas rencana kegiatan Badan Penanaman Modal sebagai bagian dari fungsi manajemen sejalan dengan kemajuan, dinamika dan kemajemukan fungsi-fungsi Sub-Sub SKPD secara fisikruang. Total perkiraan investasi yang masuk ke Kota Medan dari berbagai lapangan usaha selama tahun 2006 – 2010 cendrung cukup aktif. Investasi di kota Medan pada tahun 2006 untuk PMA sebesar US 7,091,221 dan tahun 2010 sebesar US 247,724,36 serta untuk PMDN tahun 2006 sebesar Rp. 55,244 Milyar dan tahun 2010 Rp.205,317,8 Milyar. Sektorbidang usaha utama yang menjadi tujuan berinvestasi sektor perdagangan, hotel, restoran, transportasi dan telekomunikasi, jasa pembangkit tenaga listrik, Pertanian Tanaman Pangan serta industri pengolahan makanan. Adapun perkembangan Realisasi PMAPMDN di Kota Medan dari Tahun 2006 s.d Tahun 2010 adalah sebagai berikut : Tabel 5.22 Realisasi Penanaman Modal Asing PMA Tahun 2006 sd 2010 Tahun Jumlah Proyek Perusahaan Nilai Investasi US. Jumlah Tenaga Kerja Indonesia 2006 3 7,091,221 107 2007 8 59,791,530 1012 2008 11 106,503,000 3688 2009 3 4,940,200 333 2010 22 247.724,36 1504 Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015 Tabel 5.23 Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN Tahun 2006 sd 2010 Tahun Jumlah Proyek Perusahaan Nilai Investasi Rp 000 000 Jumlah Tenaga Kerja Indonesia 2006 3 55,244 426 2007 3 350,047 1418 2008 2 60,960 22 2009 5 890,046 955 2010 6 205.317,8 437 Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015 Dengan memperhatikan Indeks Kinerja Kunci IKK bidang Penanaman Modal dapat diketahui sebagai berikut : Terjadi Peningkatan Nilai Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN Tahun 2010 sebesar 1.360 Terjadi Penurunan Nilai Realisasi Penanaman Modal Asing PMA Tahun 2010 sebesar -95,36 Terjadi Pertambahan Jumlah Surat Persetujuan Baru PMDN Rencana Investasi Tahun 2010 sebanyak 6 proyek baru dan jumlah tenaga kerja Indonesia sebanyak 437 orang Terjadi Pertambahan Jumlah Surat Persetujuan Baru PMA Rencana Investasi dan Surat Persetujuan Perluasan Tahun 2010 sebanyak 22 proyek dan jumlah tenaga kerja Indonesia sebanyak 1504 orang

5.3.1. Lingkungan Bisnis

Lingkungan bisnis di Kota Medan sangat mempengaruhi kinerja penanaman modalinvestasi yaitu sebagai berikut:

5.3.1.1 Kemitraan antara Pemerintah Kota, Swasta, dan Masyarakat

Dalam meningkatkan pembangunan ekonomi di Kota Medan tidak dapat bertumpu pada pembiayaan yang bersumber dari APBD, hal ini disebabkan keterbatasan dana yang dimiliki. Oleh sebab itu perlu adanya peran serta swasta dan masyarakat dalam aktivitas ekonomi. Pemerintah Kota Medan memberikan keleluasaan kepada sektor swasta dan masyarakat dalam berusaha, namun tetap terpedoman pada RPJP Daerah serta RTRW Kota Medan, sehingga pembangunan di Kota Medan dapat terkoordinasi dan sinergis. Untuk itu perlu adanya kemitraan antara Pemerintah Kota, swasta dan masyarakat dalam berbagai kegiatan kerjasama yang saling menguntungkan untuk bersama-sama berkontribusi dalam pembangunan ekonomi di Kota Medan.

5.3.1.2 Peran Institusional Bisnis Kadin

Sebagai wadah bagi para pelaku bisnis, Kadin telah memberikan berbagai sumbangan besar untuk menumbuh kembangkan kegiatan bisnis yang ada. Berbagai peran yang dijalankan Kadin Cabang Medan, antara lain memberikan informasi yang dibutuhkan oleh kaum industrian dan usahawan seperti: peluang pasar,komoditi unggulan, kondisi persaingan pasar, calon mitra usaha, lokasi bisnis, dan lain-lain.

5.4 Kebijakan Terhadap Investasi Kota Medan

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2010-2025, peranan penanaman modal sebagai motor pertumbuhan ekonomi dituntut lebih besar lagi. Sasaran pertumbuhan ekonomi nasional dalam lima tahun kedepan rata-rata sebesar 6,3-6,8 per tahun. Untuk mencapai target makro tersebut dibutuhkan investasi minimal Rp 15 ribu triliun hingga tahun 2016 atau sekitas Rp 2.000 triliun per tahun. Untuk mencapai kebutuhan investasi tersebut maka laju pertumbuhan investasi ditetapkan cukup tinggi yaitu sekitar 15 per tahun. Dengan demikian maka baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib memusatkan perhatiannya pada upaya-upaya kegiatan yang mendukung pencapaian target tersebut. Pencapaian target tersebut memerlukan berbagai penataan dan penyempurnaan, dimulai dari penataan berbagai kebijakan sektor terkait, perkuatan koordinasi antara pengambil keputusan sampai dengan perbaikan prosedur perizinan yang keseluruhannya dalam rangka mewujudkan kepastian hukum serta memudahkan pelayanan kepada para penanam modal. Berkaitan dengan hal tersebut Badan Koordinasi Penanaman Modal memaparkan rencana penerapan Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP di Bidang Penanaman Modal dimana telah diterbitkan empat Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal yang akan menjadi norma, standar, prosedur dan kriteria untuk pelaksanaan PTSP di Bidang Penanaman Modal. Keempat Peraturan Kepala BKPM tersebut yaitu : a. Peraturan Kepala BKPM No. 11 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan, dan Pelaporan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal b. Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal c. Peraturan Kepala BKPM No. 7 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Kepala BKPM No. 13 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal. d. Peraturan Kepala BKPM No. 14 Tahun 2009 tentang Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik SPIPISE Peraturan Kepala BKPM tersebut di atas dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dalam pelayanan dan informasi penanaman modal. Dengan pelayanan terpadu satu pintu diharapkan semakin meningkatkan keinginan berinvestasi bagi investor karena semua proses pengelolaan mulai dari permohonan sampai terbitnya dokumen dalam satu tempat.Mendukung maksud Badan Koordinasi Penanaman Modal, maka instansi penanaman modal baik di tingkat propinsi maupun KabKota mengusahakan terbentuknya PTSP bidang penanaman modal, dimana dalam Pasal 30 angka 5 dan 6 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dinyatakan bahwa:penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas kabupatenkota menjadi urusan pemerintah provinsi . e. Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya berada dalam satu kabupatenkota menjadi urusan pemerintah kabupatenkota. Beberapa upaya yang dilakukan Badan Penanaman Modal Kota Medan bagi perwujudan PTSP bidang penanaman antara lain melalui penyusunan implementasi Perpres No. 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, pelatihan SDM serta peningkatan sarana dan prasarana kantor. Pada tahun 2016 kegiatan-kegiatan pelatihan SDM masih sangat dibutuhkan sehingga diharapkan dapat memberikan pelayanan penanaman modal secara prima. Disamping kebijakan terhadap perwujudan PTSP, koordinasi antara BKPM, Badan Penanaman Modal dan Promosi Propinsi Sumatera Utara serta Badan Penanaman Modal Kota Medan terus dilakukan baik melalui perencanaan dan pengembangan penanaman modal, pengendalian penanaman modal maupun pengawasan investasi.

5.4.1 Tujuan

Tujuan rencana kerja renja tahun 2016 sejalan dengan tujuan rencana strategis Badan Penanaman Modal Tahun 2016-2020 yaitu : 1. Penyederhanaan prosedur perizinan penanaman modal melalui pelayanan terpadu satu pintu bidang penanaman modal sebagai salah satu upaya peningkatan daya saing daerah. 2. Peningkatan koordinasi ditingkat pemerintah maupun pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat. 3. Dikeluarkannya kebijakan daerah tentang pemberian fasilitas insentif dan kemudahan bagi penanaman modal sebagai salah satu daya tarik investasi. 4. Pembangunan sistem informasi dan promosi yang efektif dan berbasiskan teknologi dan peningkatan kegiatan promosi yang berskala luas. 5. Penetapan komoditi unggulan daerah sebagai potensi dan peluang investasi. 6. Penciptaan iklim investasi yang kondusif dengan peningkatan infrastruktur, sumber energi, jaminan berusaha serta keamanan berinvestasi sebagai suatu daya tarik dan kemudahan bagi calon investasi.

5.4.2. Sasaran

Untuk mengatasi berbagai masalah dan kendala urusan penanaman modal pada masa yang akan datang, telah dirumuskan sasaran tahun 2016 yaitu sebagai berikut : 1. Meningkatnya jumlah investor berskala nasional PMDNPMA tahun 2016 menjadi 94 investor 2. Meningkatnya nilai realisasi PMDN tahun 2016 menjadi sebesar 84 persen 3. Meningkatnya nilai realisasi PMA tahun 2016 menjadi -96,10 persen 4. Meningkatnya jumlah persetujuan investasi tahun 2016 menjadi 106 persetujuan 5. Adanya peraturan daerah yang mendukung iklim usaha yang kondusif 6. Meningkatnya jumlah pameranexpo dalam skala regional, nasional dan internasional sebanyak 25 kali. Dalam hal kebijakan daerah tentang penanaman modal, Pemerintah Kota Medan masih terus memantau perkembangan kebijakan pusat terkait penanaman modal, baik mengenai Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Penanaman Modal maupun kebijakan pemberian insentif penanaman modal, sehingga kebijakan pusat sejalan dengan kebijakan daerah. Namun berbagai terobosan telah dilakukan Pemerintah Kota untuk dapat menarik minat investor, mulai dari penyempurnaan pelayanan perizinan investasi sampai kepada pemberian insentif baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.Berbagai langkah debirokasi dan deregulasi terus dilanjutkan untuk menciptakan efisiensi berusaha dan berivestasi termasuk konsistensi aturan dan kepastian hukum untuk meminimalisir ketidakpastian berusaha bagi investasi asing. Dalam operasionalisasinya, selama periode Tahun 2004-2009 berbagai langkah telah dilakukan Pemko Medan adalah: • Pembentukan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan Perda No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan. • Melaksanakan kerjasama dalam bidang perdagangan dan investasi dalam wadah IMT-GT dan Sister City. • Mengusahakan insentif dan kemudahan melalui Pemerintah Pusat dengan pemberian : - Fasilitas Insentif Fiskal UU No. 25 Tahun 2007 pasal 18 ayat 4 - Fasilitas Pajak Penghasilan Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2008 tentang Perubahan atas PP No. 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang- Bidang Usaha Tertentu danatau di Daerah-Daerah Tertentu. - Fasilitas Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas PP No. 12 Tahun 2007 Tentang Impor DanAtau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN - Fasilitas Bea Masuk Permenkeu No. 176PMK.0112009 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Mesin Serta Barang dan Bahan Untuk Pembangunan Atau Pengembangan Industri Dalam Rangka Penanaman Modal Gambar 5.1 Alur Proses Perizinan Prinsip PMDN Sumber : Hasil Penelitian 2015 Dari penjelasan diatas terdapat beberapa komponen yang mendasari proses Pelaksanaan Kebijakan Peraturan Walikota No. 54 Tahun 2010 dalam Pengawasan Penanaman Modal pada Badan Penanaman Modal Kota Medan, yaitu sebagai berikut :

A. Dukungan Lembaga Keuangan

Sebagai salah satu kegiatan ekonomi, keberadaan lembaga keuangan, khususnya perbankan di Kota Medan dirasakan sangat strategis khususnya untuk mendukung ketersediaan modal, baik yang bersifat modal investasi, modal kerja, maupun konsumsi. Perkembangan penggunaan fasilitas kredit perbankan secara nominal di Kota Medan selama periode 2004-2008 adalah sebagai berikut: Tabel 5.24 Kredit Perbankan Berdasarkan Jenis Penggunaan Dalam Juta Rp No Tahun Jenis Kredit Jumlah Investasi Konsumsi Modal Kerja 1 2006 8,876,853 8,849,577 21,808,043 39,534,473 2 2007 11,127,487 11,970,966 29,695,161 52,793,614 3 2008 14,380,393 16,309,019 35,652,466 66,341,878 4 2009 16,551,179 18,548,674 38,037,868 73,137,721 5 2010 17,835,858 24,775,183 45,400,103 88,011,144 6 2011 18,679,086 24,451,604 46,239,640 91,370,330 Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015 Berdasarkan data di atas fasilitas kredit perbankan paling besar digunakan adalah kredit investasi, konsumsi, dan modal kerja pada tahun 2011 yaitu Rp. 91.370.330.000.000,- Sembilan puluh satu triliun tiga ratus tujuh puluh milyar tiga ratus tiga puluh tiga juta rupiah. Dengan penggunaan kredit perbankan diharapkan dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan meningkatkan kesempatan kerja di kota Medan.

B. Dukungan Infrastruktur Perkotaan

Disadari, salah satu tantangan dalam era global yang semakin berorientasi pasar adalah memperkuat daya saing. Oleh karena itu, dukungan jaringan jalan, sarana pelabuhan, lalu lintas udara, sarana telekomunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan penentu dalam meningkatkan daya saing internasional. 1 Dukungan Jaringan Jalan Pembangunan jaringan jalan di Kota Medan diutamakan untuk mendukung sektor ekonomi modern khususnya di industri ekspor. Untuk mendukung keserasian antara beban dan kepadatan lalu lintas kendaraan dengan kemampuan daya dukung jalan, jaringan jalan di pusat pertumbuhan, pusat produksi, dan yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah pemasaran, Kota Medan telah dilengkapi dengan prasarana jalan tol Belmera yang menghubungkan pusat produksi dan pelabuhan Belawan dengan Tanjung Morawa. Di samping itu Kota Medan juga didukung oleh jaringan jalan lintas Sumatera-Jawa yang menghubungkan seluruh propinsi yang ada di pulau Sumatera-Jawa dengan armada transportasi orang dan barang. Untuk dalam kota, Kota Medan juga didukung oleh berbagai jembatan layang, terminal dan sarana transportasi perkeretapian juga sudah sejak lama merupakan sarana pengangkutan orang dan barang yang digunakan untuk masuk dan keluar Kota Medan. 2 Dukungan Sarana Pelabuhan Untuk mendukung kegiatan perdagangan regional dan internasional Kota Medan juga memiliki sarana pelabuhan laut internasional Belawan. Pelabuhan laut Belawan yang dilengkapi dengan sarana peti kemas dengan teknologi tinggi telah menjadi altenatif lalu lintas orang dan barang baik domestik maupun internasional. Pelabuhan laut Belawan menjadi sarana transportasi laut yang menghubungkan Kota Medan dengan seluruh kota-kota besar di Indonesia sebagai Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang, dan lain-lain termasuk berbagai pelabuhan laut negara sahabat seperti Malaysia, Singapura, dan lain-lain. Dengan demikian pelabuhan laut Belawan telah menjadi pusat ekspor-impor barang antar pulau dan negara yang cukup penting di Selat Malaka. Karenanya pelabuhan belawan termasuk salah satu pelabuhan laut tersibuk dan terpadat di Indonesia yang disinggahi oleh berbagai kapal barang. 3 Dukungan Sarana Lalu Lintas Untuk mendukung aktifitas perdagangan dan bisnis baik lokal, nasional dan internasional, Kota Medan memiliki fasilitas bandara Polonia Medan, bandara Polonia merupakan salah satu bandara internasional terbesar di Indonesia setelah bandara Soekarno Hatta,yang melayani hampir seluruh jalur penerbangan domestik dan internasional baik orang maupun barang ekspor-import seperti Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang, dan lain-lain domestik, Malaysia, Amsterdam, Singapura dan lain-lain internasional. 4 Dukungan Sarana Telekomunikasi Kegiatan perdagangan dan bisnis yang terus menerus meningkat baik lokal maupun regionalinternasional dari dan ke Kota Medan dengan seluruh dunia dengan dukungan PT. TELKOM dan Indosat. Sistem telekomunikasi yang ada, difasilitasi dengan berbagai prasarana dan sarana telekomunikasi yang diperlukan seperti Sentral Telepon Otomat STO, Stasiun Monitor SM, Sambungan Langsung Internasional SLI, Sambungan Langsung Jarak Jauh SLJJ, maupun Telepon Umum TU. Adanya sistem telekomunikasi yang didukung satelit ini menjadikan Kota Medan dapat berhubungan dengan berbagai fasilitas telekomunikasi apapun, seperti telepon genggam handphone, internet, faximile, email dan lain-lain.

C. Ketersediaan Kawasan Industri

Untuk mendorong efisiensi berusaha di sektor industri dan perdagangan, Kota Medan menyediakan beberapa kawasan khusus sebagai pilihan lokasi dan investasi dan perdagangan. Kebijakan ini diharapkan mampu mendorong minat berinvestasi di Kota Medan. Sebagai kawasan yang peruntukannya disesuaikan dengan RTRW yang ditetapkan, maka pilihan lokasi ini memberikan berbagai fasilitas infrastruktur yang dibutuhkan dalam kegiatan penanaman modal baik yang bersifat lokal, domestik nasional, maupun asing PMDNPMA. 1 Kawasan Industri Medan Salah satu kawasan industri yang menyiapkan fasilitas investasi yang relatif lengkap adalah Kawasan Industri Medan, yang terletak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli, yang termasuk dalam WPP B. Kawasan Industri ini memiliki luas lebih kurang 514 Ha. Manajemen KIM menyediakan hampir seluruh fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung proses produksi dan distribusinya.

5.5. Kondisi Yang Telah Dicapai dalam Pengawasan BPM Kota Medan

Secara umum kondisi yang diupayakan hendak dicapai pada tahun 2011 – 2015, adalah sebagai berikut: 1. Terciptanya Kota Medan sebagai daerah yang menarik dalam investasi dengan adanya PTSP di bidang Penanaman Modal serta pemberian insentif kemudahan berinvestasi. 2. Terselenggaranya kerjasama dan koordinasi yang baik antar SKPD terkait penanaman modal serta dunia usaha di dalam dan luar negeri. 3. Terselenggaranya promosi penanaman modal di dalam dan luar negeri untuk memperkenalkan Kota Medan dengan segala potensi dan peluang investasinya. 4. Tersusunnya kajian potensi penanaman modal memudahkan investor menentukan bidang usaha yang diinginkannya. 5. Tersedianya infrastruktur serta sumber daya energi yang memadai 6. Terciptanya kondisi aman dan nyaman kondusif dalam berusaha di Kota Medan 7. Tersedianya aparatur bidang penanaman modal yang profesional dalam melaksanakan fungsi penanaman modal Adapun proyeksi terkait penanaman modal untuk tahun 2015 adalah sebagai berikut : 1. Meningkatnya jumlah investor berskala nasional PMDNPMA tahun 2015 menjadi 18 investor baru. 2. Meningkatnya nilai realisasi PMDN tahun 2015 menjadi Rp.2.058.073.000.000. 3. Meningkatnya nilai realisasi PMA tahun 2015 menjadi US 141.000.000 4. Meningkatnya jumlah persetujuan investasi tahun 2015 menjadi 18 persetujuan baru. 5. Meningkatnya jumlah pameranexpo dalam skala regional, nasional dan internasional menjadi 14 Pameran. Tabel 5.25 Realisasi PMAPMDN di Kota Medan sampai Tahun 2014 TAHUN JUMLAH PROYEK PERUSAHAAN NILAI INVESTASI PMA PMDN PMA US PMDN Rp Juta 2006 3 3 7,091,221 55,244 2007 8 3 59,791,530 350,047 2008 11 2 106,503,000 60,960 2009 3 5 4,940,200 890,046 2010 22 6 247.724,36 205.317,8 2011 15 10 6.337.034 569.872.688 2012 10 14 5.786.546 675.897.756 2013 72 23 9.670.157 377.054.209.292 2014 96 30 49.760.848,40 2.162.600.000.000 Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015 Dengan memperhatikan Indeks Kinerja Kunci IKK bidang Penanaman Modal dapat diketahui sebagai berikut :  Terjadi Peningkatan Nilai Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN Tahun 2014 sebesar 82,56  Terjadi Peningkatan Nilai Realisasi Penanaman Modal Asing PMA Tahun 2013 sebesar -80,57 Berdasarkan tabel tersebut di atas juga dapat diketahui bahwa nilai investasi di Kota Medan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Adapun fluktuasi ini disebabkan oleh banyaknya faktor terkait yang mempengaruhi investasi seperti regulasi pemerintah pusat dan daerah, infrastruktur, ketersediaan energi, sumber daya manusia dan alam, keamanan dan lain-lain yang bermuara pada tingkat daya saing daerah. Investasi tidak dapat diatasi oleh satu atau dua instansi, sekalipun instansi tersebut merupakan pos strategis dalam bidang investasi. Setiap proses penanaman modal, dalam hal ini di Kota Medan, mulai dan rencana hingga realisasi akan melibatkan beberapa instansi daerah dan pusat. Mulai dari BKPM, Badan Penanaman Modal dan Promosi Propinsi Sumatera Utara, Badan Penanaman Modal Kota Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota medan, Dinas Kesehatan Kota Medan, Dinas Pendidikan Kota Medan, Dinas Pertanian dan Kelautan, Dinas Tenaga Kerja Kota Medan, Dinas Koperasi Kota Medan, Dinas Lingkungan Hidup dan ESDM Kota Medan, Dinas Tata Kota dan Tata Bangunan Kota Medan, dan Badan Pertanahan Nasional Kota Medan. Untuk meningkatkan Pendapatan Daerah hendaknya tidak harus ditempuh dengan cara menaikkan tarif saja, tetapi bisa juga dilihat dari berapa jumlah investor yang masuk ke Kota Medan. Dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektorat perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah yang paling akhir dibidang Perpajakan. Dari berbagai indikator pemasukan pendapatan asli daerah Kota Medan khusus dibidang penanaman modal, maka dalam hal ini peneliti hanya melihat indiktaor dari PBB PMA dan PMDN yang berada di Kota Medan dilihat dari data PBB 5 tahun terakhir PMA dan PMDN Kota Medan. Berdasarkan hasil kuesioner peneliti juga hanya mengambil 30 perusahaan PMA dan PMDN yang rutin membayar PBB ke Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, lihat tabel dibawah ini : Tabel 5.26 Daftar Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perusahaan Penanaman Modal Asing Nama Perusahaan PBB 2010 2011 2012 2013 2014 PT Natsteel Wilmar Gemilang 90.288.000 90.288.000 135.432.000 112.860.000 223.462.800 PT Central Proteinaprima 113.748.392 113.748.392 156.384.789 156.384.789 367.601.834 PT Manungggal Wiratama 395.001.290 505.382.564 694.881.776 694.881.776 694.881.776 PT Matahari Departement Store TBK 116.996.588 116.996.588 175.473.882 146.228.236 179.982.809 PT Musim Mas 192.104.564 192.104.564 264.124.526 264.124.526 338.077.608 PT Nipsea Paint 117.752.864 117.752.864 176.608.296 147.173.580 194.957.466 PT Cocacola 83.947.436 82.301.408 123.431.112 102.859.260 146.755.725 PT Petronas Niaga 47.569.400 47.569.400 71.354.100 59.461.750 107.152.926 PT Ivo Mas Tunggal 175.250.760 175.250.760 240.950.545 240.950.545 262.855.835 Sumber : Hasil Penelitan Tahun 2015 Tabel 5.27 Daftar Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Nama Perusahaan PBB 2010 2011 2012 2013 2014 PT Permata Hijau Sawit 25.878.150 26.547.500 39.800.250 33.166.876 44.013.750 PT Industri Karet Deli 138.586.560 138.586.560 190.537.270 190.537.270 232.259.830 PT Tahta Medan 156.861.262 132.755.280 199.385.450 199.385.450 199.385.450 PT Sumatera Hakarindo 8.630.390 8.630.390 12.924.585 10.770.487 15.531.057 PT Mabar F. Indonesia 99.924.576 99.924.576 137.377.042 137.377.042 164.860.806 PT Mujur Lika Lestari 192.777.218 189.139.912 258.175.363 131.669.434 133.592.044 PT Bisma Niaga Lestari 39.255.276 39.255.276 58.861.914 50.032.627 66.234.255 PT Sabas Indonesia 403.348 12.77888.422 18.409.416 15.341.180 30.033.410 PT Ikaindo 22.708.052 22.708.052 31.204.322 31.204.322 40.169.569 PDAM Tirtanadi 298.108.190 298.108.190 409.879.511 409.879.511 463.962.386 PT Sarana Baja Perkasa 33.044.638 33.044.638 49.545.957 41.288.297 61.293.988 PT Persero Pelabuhan I 71.017.336 71.017.336 97.629.587 104.701.693 115.920.384 PT Carefour 112.213.200 125.522.250 198.822.375 165.685.313 281.418.844 PT Lamhotma 7.297.344 7.297.344 8.209.512 8.209.512 17.141.157 PT Expravet Nasuba 57.681.800 57.681.800 79.293.225 79.293.225 100.189.238 PT Smart TBK 61.335.690 61.335.690 84.317.324 344.839.825 356.524.025 PT Asia Sakti Wahid Foods 2.464.140 2.464.140 2.633.901 2.633.901 3.355.425 PT Tahta Medan 2.405.000 2.501.600 3.731.400 1.616.940 2.674.170 PT Mandiri Makmur Lestari - - - 5.467.500 82.912.500 PT Matahari Depart. Store TBK 2.134.420 2.134.420 3.180.630 1.378.274 2.466.502 Sumber : Hasil Penelitan Tahun 2015 Dengan melihat beberapa PBB perusahaan diatas, dapat disimpulkan bahwa BPM Kota Medan juga mampu meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Medan. BAB VI ANALISIS DATA Analisis data bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis – hipotesis penelitian. Menurut Patton 1980 , analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Lexy J. Moleong 2000 , analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Adapun tujuan dari analisis adalah untuk dapat memecahkan masalah – masalah penelitian, memperlihatkan hubungan – hubungan antara fenomena yang terdapat didalam penelitian, untuk memberikan jawaban terhadap hipotesis yang diajukan dalampenelitian, dan sebagai bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasi – implikasi dan saran – saran yang berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya. Dalam bab ini akan dikhususkan untuk menyajikan analsis atas data yang telah dikumpulkan oleh peneliti yaitu tentang Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Dalam Pengawasan Badan PenanamanModal Kota Medan. Pada bagian hasil penelitian ini akan dideskripsikan data – data yang diperoleh peneliti baik melalui sesi wawancara, kuesioner ataupun data sekunder. Sedangkan untuk analisis data sendiri, pada bab ini juga akan di bagikan kedalam dua bagian, yaitu pelaksanaan Perwal nomor 54 tahun 2010, melihat mekanisme dan teknis dari pelaksanaan Perwal tersebut di Kota Medan dalam rangka pengawasan BPM sendiri terhadap investasi di Kota Medan, dan bagaimana efektifitas dari kebijakan tersebut, ini dilihat dari faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas kinerja BPM Kota Medan yang telah ditentukan sebelumnya didalam kerangka teori. Bab ini juga akan membahas tentang tentang LKPM Laporan Kegiatan Penanaman Modal Kota Medan dalam investasi di wilayah Kota Medan. Juga untuk melihat hambatan – hambatan apa saja yang ditemukan BPM sendiri dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. 6.1 Analisis Pelaksanaan Kebijakan Perwal 54 Tahun 2010 Dalam Pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan Dalam beberapa tahun belakangan ini, dimana persoalan – persoalan yang dihadapi pemrintah sedemikian kompleks akibat krisis multidimensional,maka bagaimanapun keadaan ini sudah barang tentu membutuhkan perhatian yang besar dan penanganan pemerintah yang cepat namun juga akurat agar masalah-masalah yang begitu kompleks dan berat yang dihadapi oleh pemerintah segera dapat diatasi. Kondisi ini pada akhirnya menempatkan pemerintah dan lembaga tinggi negara lainnya berada pada pilihan-pilihan kebijakan yang sulit. Kebijakan yang diambil tersebut terkadang membantu pemerintah dan rakyat Indonesia keluar dari krisis, tetapi dapat juga terjadi sebaliknya, yakni malah mendelegitimasi pemerintah itu sendiri. Pada dasarnya, meskipun tidak tertulis, menurut Riant Nugroho 2008:11-15 dalam memahami kebijakan publik ada dua jenis aliran atau pemahaman, yaitu Kontinentalis dan Anglo-Saxonis. Pemahaman kontinentalis melihat bahwa kebijakan publik adalah turunandari hukum, bahkan kadang mempersamakan antara kebijakan publik dan hukum, utamanya hukum publik ataupun hukum tata negara, sehingga kita melihatnya sebagai proses interaksi di antara institusi-institusi negara. Pemahaman anglo-saxonmemahami bahwa kebijakan publik adalah turunan dari politik-demokrasi sehingga melihatnya sebagai sebuah produk interaksi antara negara dan publik. Berdasarkan uraian tersebut Riant Nugroho dalam bukunya Public Policy2008:437 dapat memberikan kesimpulan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Lester dan Stewart Jr. 2000:104 dimana mereka katakan bahwa implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil output. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir output, yaitu: tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih. Hal ini tak jauh berbeda dengan apa yang diutarakan oleh Merrile Grindle 1980 sebagai berikut: “Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada actionprogram dari individual projects dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai”. Selain itu, menurut Riant Nugroho 2008:432-433 implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih tidak kurang. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langka yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivateatau turunan dari kebijakan publik tersebut. Semua proses kebijakan publik merupakan tahapan yang sangat penting dalam menjalani implementasi kebijakan, maka dari itu implementasi tidak dapat dipisahkan dari kebijakan. Sesuatu tidak akan jelas gunanya jika tidak dijelaskan bagaimana cara melakukannya. Ini artinya bagaimana cara melaksanakannya merupaka fokus pokok dan faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan implementasi kebijakan. Untuk melihat keberhasilan dan kegagalan tersebut, peneliti perlu mengidentifikasikan beberapa variabel – variabel yang dianggap relevan dalam penelitian ini, agar membantu baik peneliti maupun pemerintahan dalam rangka perbaikan proses pelaksanaan kebijakan kearah yang sempurna. Pada penelitian ini penulis tidak hanya menggunakan model – model top – down saja, melainkan juga menggabungkan beberapa model yang dianggap relevan dengan penelitian ini, antara lain, model Van Meter dan Van Horn 1975 , Edward III 1980 , dan Grindle 1980 . Yakni, karakteristik pelaksanaan kebijakan meliputi struktur birokrasi, SOP dan norma-norma pelaksanaan kebijakan, komunikasi meliputi penyaluran dan monitoring, dan sumber daya yang disediakan meliputi SDM dan anggaran, dan disposisi. Terlepas dari masalah kompleksitas otonomi daearah, bahwa upaya untuk memperbaiki iklim investasi adalah langkah yang cukup penting dalam membangun kepercayaan pasar market confidence. Harus disadari bahwa saat ini Indonesia masih dinilai dengan tingkat “country risk” yang tinggi bagi masuknya arus investasi asing. Oleh karena itu, implementasi otonomi daerah diharapkan tidak menyisakan berbagai kompleksitas, pemerintah daerah dan pelaku – pelaku usaha didaerah harus tetap menyadari akan perlunya iklim investasi kondusif didaerah. Proses pelaksanaan Peraturan Walikota Medan No 54 Tahun 2010 Dalam Pengawasan BPM Kota Medan merupakan cara untuk peningkatan pelaksanaan pembangunan perekonomian baik daerah maupun nasional. Selain itu dengan tersedian lembaga teknis pemerintah Kota Medan BPM Kota Medan diharpakan proses pengambilan keputusan dalam dunia usaha dapat dilakukan lebih cermat, yang pada gilirannya akan memungkinkan peningkatan efesiensi usaha. Selain itu, dengan tersedianya lembaga teknis yang lebih handal merupakan faktor penting mendukung peningkatan efesiensi dan kinerja kegiatan usaha serta untuk mendukung pelaksanaan prinsip kehati – hatian dalam pengelolaan dan pemanfaatan dana masyarakat. Kemudian untuk lebih meyakinkan pernyataan tersebut, pemerintah Kota Medan telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan, yang menetapkan bahwa lembaga teknis daerah salah satunya adalah BPM Kota Medan. Dalam penyelenggaraannya pemerintah Kota Medan mengeluarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan untuk melaksanakan pengelolaan serta pengembangan investasi di Kota Medan khususnya pada pengawasan investasi di Kota Medan. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi investor asing dan daerah untuk melakukan penanaman modal di Kota Medan. Hal –hal yang telah diterapkan di lingkungan BPM dalan hal penanganan penanaman modal adalah pelaksanaan pengawasan investasi dikota Medan, yaitu dengan menyediakan Laporan Kegiatan Penanaman Modal LKPM. Pelaksanaan pengawasan seperti ini merupakan arahan dari UUPM No. 25 Tahun 2007 dan PERKA BPKM No. 3 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal. LKPM adalah laporan mengenai perkembangan realisasi penanaman modal dan kendala yang dihadapi penanam modal yang wajib disampaikan secara berkala. Selama pelaksanaan Perwal Nomor 54 tersebut dalam melakukan pengawasan dibidang penanaman modal, terdapat banyak peningkatan iklim investasi bagi Kota Medan. Untuk membuktikan hal tersebut, peneliti akan menjabarkan hasil kuesioner terhadap responden. Yaitu para perusahaa PMA dan PMDN di Kota Medan yang berjumlah 30 perusahaan yang dalam penelitian ini menjadi sampel peneliti. Sebagian perusahaan mengaku, merasa puas terhadap pelayanan BPM Kota Medan pada saat ini. Pada tabel 5.4 terlihat bahwa sebanyak 20 responden yang menjawab YaTahu 66,00, hal ini menunjukkan bahwa responden sudah menerima dengan baik kebijakan-kebijakan yang telah disosialisasikan oleh BPM Kota Medan. Tabel. 5.5 berada pada indikator biasa saja, yaitu sebanyak 11 responden 36,30 karena responden tidak pernah berkomunikasi langsung dengan Kepala BPM Kota Medan. Kemudian pada tabel 5.6 sebanyak 18 responden menjawab baik 59,40. Pada tabel 5.7, 16 perusahaan mengatakan memuaskan 53,80, karena mendapatkan pelayanan terbaik dari BPM Kota Medan. Pada tabel 5.8, responden yang menjawab birokrasi dan akses pasar sebanyak 17 responden 56,10. Pada tabel 5.9 responden mayoritas menjawab menyederhanakan proses dan tata cara LKPM sebanyak 18 60,40. Pada tabel.5.10 sebanyak 11 perusahaan menjawab jarang 36,30. Pada tabel 5.11, 20 responden menjawab sosialisasi 20,80, hal tersbut karena responden merasa komunikasi yang disampaikan sangat baik. Tabel 5.12 sebanyak 9 perusahaan menjawab tidak 29,70. Tabel 5.13 responden banyak menjawab sangat tepat yaitu 15 perusahaan 50. Tabel 5.14 responden banyak menjawab ditentukan oleh perusahaan, yaitu 20 responden 66,66. Tabel 5.15 dilihat jawaban responden terhadap kualitas pelayanan yang diberikan BPM dalam bidang pembinaan dan pengawasan, sebanyak 10 responden 33,33 perusahaan menjawab sangat baik. Tabel 5.16 bahwa 12 responden menjawab sangat tidak tahu 40,00. Tabel 5.17 dapat dilihat bahwa sebanyak 10 responden menjawab A, B,dan C Salah 33,33. Tabel.5.18 dapat dilihat bahwa terdapat 18 responden menjawab investasi sebesar 5 Milyar ≥ 1 Triliun 59,99. Tabel 5.19 dapat dilihat penilaian sikap pelaksana tugas BPM berdasarkan jawaban responden, sebanyak 12 perusahaan menjawab baik 40,00. Tabel 5.20 dapat dilihat 18 perusahaan menjawab tidak 59,99, dan pada tabel 5.21 dapat dilihat bahwa hambatan yang dihadapi PMA dan PMDN berdasarkan jawaban responden yaitu sebanyak 21 perusahaan menjawab perundang-undangan 69,99. Dari jawaban – jawaban responden diatas sudah terlihat bahwa sebagian responden merasakan adanya kepuasaan terhadap pelyanan BPM Kota Medan, dan sebagian lagi merasakan belum adanya kepuasan terhadap pelayanan BPM. Jawaban – jawaban dari responden tersebutlah yang dibutuhkan oleh BPM Kota Medan dalam meningkatkan pelayanannya. Sebagai penyedia layanan terhadap masyarakat, BPM Kota Medan telah memenuhi tugas dan fungsinya dalam meningkatkan pelayanannya, misalnya seperti melaksanakan LKPM secara berkala, mengevaluasi program – program investasi, monitoring terhadap PMA dan PMDN, dan pemberian insentif terhadap investor baru baik PMA dan PMDN yang ada di Kota Medan. Inilah penyebab utamanya dalam meningkatkan persaingan antar daerah dalam merebut investor yang positif dan sehat. Walau bagaimana pun pastilah suatu daerah tidak akan mampu berdiri sendiri tanpa bantuan atau kerja sama dengan daerah lain. Oleh sebab itu diharapkan Kota Medan dapat bekerja sama dan saling mendukung dalam merebut investor dan menonjolkan potensi atau produk unggulan masing – masing daerah. Dalam merebut investor tersebut, diharapkan tidak hanya memfokuskan terhadap kalangan pengusaha kuat saja dan tidak menciptakan dikotonomi penanamaan modal asing PMA dan penanaman modal dalam negeri PMDN. Para investor diberikan kesempatan untuk menanamkan modal sesuai dengan kapasitasnya tanpa adanya diskriminasi yang bersifat subjektif. Diharapkan juga para investor besar yang berada di wilayah Kota Medan harus bersedia melibatkan dan menggandeng investor lokal sehingga sekaligus meraka dapat diberdayakan. Kemudian peneliti melakukan analisis data terhadap variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini guna melihat sejauhmana proses pelaksanan Perwal No. 54 Tahun 2010 tersebut dalam pengawasan penanaman modal di Kota Medan, yakni sebagai berikut :

A. Analisis Karakteristik Pelaksanaan Kebijakan

Pada karakteristik pelaksanaan kebijakan yang menjadi orientasi adalah apa sebenarnya tujuan dari kebijakan – kebijakan tersebut. Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika setiap daerah atau kabupatenkota meenrbitkan peraturan daerah yang berkaitan dengan penanaman modal. Dalam hal ini BPM Kota Medan sebagai pelaksana teknis daerah menangani pelaksanaan investasi khususnyaa pegawasan investasi dibidang penanaman modal. Yang cukup menarik dalam pelaksanaan kebijakan tersebut adalah pelaporan LKPM yang dilakukan secara berkala triwulan, semester, dan tahunan. Dengan demikian secara teoritis pelaku usaha sudah dapat memprediksi apa yang harus dilakukan sementara menunggu LKPM triwulan berikutnya. Dalam pelaksanaan pelayanan administrasi penanaman modal di Kota Medan melalui sistem satu atap, ternyata belum sesuai dengan gambaran pelayanan birokrasi yang tidak efektif dan efesien. Pertama : Kota Medan kurang perhatian terhadap standar waktu untuk proses pelayanan administrasi penanaman modal di Kota Medan. Sebagai akibatnya waktu yang diperlukan bagi calon investor untuk menyelesaikan perizinan penanaman modal menjadi lebih sulit dari perkiraan. Penyelesaian perizinan penanaman modal menjadi membutuhkan waktu yang lama. Kedua : lemahnya koordinasi antara instansi – instansi yang terkait dengan pelayanan administrasi penanaman modal. Tidak ada hubungan kerja yang jelas antara instansi yang menerbitkan izin lokasi, dan instansi yang menerbitkan IMB, masing – masing instansi bekerja sendiri – sendiri. Ketiga : meskipun BPM Kota Medan diberikan wewenang untuk menangani penanaman modal di Kota Medan, tetapi kewenangan instansi tersebut tidak memadai untuk meningkatkan kualitas pelayanan perizinan penanaman modal. Hal ini, karena kewenangan BPM Kota Medan masih dimiliki oleh masing – masing instansi yang bersangkutan. Penjabaran tentang SOP BPM Kota Medan, diatur dalam SOP BPM Kota Medan sendiri. SOP tersebut menjelaskan tentang acuan bagi pegawai di lingkungan Badan Penanaman Modal Kota Medan dalam melaksanakan proses manajemen dan pemberian pelayanan, baik kepada pihak internal dan pihak eksternal. SOP adaalh pedoman untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator – indikator teknis, administratif, dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja, dan sistem kerja pada unit kerja yang bresangkutan. Tujuan SOP BPM Kota Medan adalah untuk menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit kerja dalam rangka mewujdukan good governance. Standar Operasional Prosedur tidak saja bersifat internal tetapi juga eksternal, karena SOP selain digunakan untuk mengukur kinerja di BPM Kota Medan juga berupa responsibilitas, responsivitas, dan akuntabilitaas kinerja BPM dimata masyarakat. Pelayanan publik yang diberikan BPM Kota Medan kepada masyarakat dalam hal ini khususnya pada pengawasan investasi PMA dan PMDN di Kota Medan merupakan perwujudan fungsi aparatur negara sebagai abdi negara. Oleh karenanya, secara otomatis berbagai fasilitas pelayanan publik harus lebih didekatkan pada masyarakat, sehingga mudah dijangkau oleh investor. Pemerintah pusat mengeluarka sejumlah kebijakan untuk meningkatkan kinerja instansi pemerintah dan kualitas pelayanan publik, antara lain kebijakan tentang Penyusunan Sistem dan Prosedur Kegiatan, Penyusunan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Inpres No. 7 Tahun 1999, dan Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah SK Menpan No. KEP25M.PAN22004. Langkah ini bukanlah hal baru, karena sebelumnya kebijakan serupa telah dikeluarkan pemerintah dalam bentuk Keputusan Menpan maunpun Instruksi Presiden. Untuk itu BPM Kota Medan melaksanakan SOP ini demi peningkatan pelayanan kepada investor untuk menciptakan citra yang baik khususnya dalam melaksanakan pengawasan penanaman modal di Kota Medan. Maka dalam pelaksanaan SOP ini pada tahun 2014, BPM Kota Medan telah mampu mencapai : 1 Penyelenggaraan pelayanan di lingkungan BPM Kota Medan 2 Mensinergikan tugas poko dan fungsi satuan unit kerja dilingkungan BPM Kota Medan 3 Menjadikan pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada intervensi manajemen 4 Membantu pegwai lebih inovatif dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pada setiap pekrjaan pada jabatan dan unit kerja apapun sehingga tidak bergantung pada satu orang tertentu saja 5 Telah meningkatkan akuntabilitas dengan melaporkan dan mendokumentasikan hasil dalam pelaksanaan tugas sehari –hari 6 Memudahkan pegawai dalam memperbaiki, mengevaluasi dan meningktakan kinerjanya Demikianlah adanya SOP yang telah dilaksanakan oleh Badan Penanaman Modal Kota Medan dalam rangka peningkatan kinerja dan mutu pelayanan dimata masyarakat sendiri investor.

B. Analisis Komunikasi

Berbicara tentang komunikasi, tidak mungkin sekedar tentang penyampaian informasi sebagai acuan berprilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara tapi juga termasuk bagaimana menciptakan hubungan yang baik antar organisasi pelaksana kebijakan interaksi manusia. Penyaluran informasi komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran komunikasi yaitu adanya salah satu pengertian miskomunikasi yang disebabkan banyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi, sehingga apa yang diharapkan terpotong ditengah jalan.Faktor kedua yang mendukung implementasi kebijakan adalah kejelasan, bahwa petunjuk – petunjuk pelaksanaan kebijakan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan tetapi komunikasi tersebut harus jelas.Faktor ketiga yang mendukung implementasi kebijakan adalah konsistensi yaitu jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah – perintah pelaksanaan harus konsisten yang jelas. Mengingat pentingnya pola komunikasi bagi pelaksanaan kebijakan investasi khususnya dikota Medan, maka BPM Kota Medan perlu melaksanakan 3 faktor penunjang keberhasilan dalam penyampaian komunikasi kebijakan kepada para investor. Alternatif ini untuk memberikan artian yang lebih luas dan rinci terhadap implementasi kebijakan tersebut. Dalam hal menyampaikan komunikasi implementasi kebijakan BPM Kota Medan harus all out. Dalam pemaparan hasil wawancara, BPM Kota Medan terlebih dahulu melakukan rapat bersama pegawai untuk membahas tentang kebijakan – kebijakan baru tersebut, kemudian disosialisasi kepada investor PMA dan PMDN. Pola komunikasi yang dilakukan juga terjalin dengan baik. PERKA BKPM No. 14 Tahun 2009 tentang Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik sudah disosialisasikan. Dalam peraturan ini penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal baik oleh PMA dan PMDN untuk melakukan usaha di wilayah negara RI. SPIPISE ini adalah sistem elektronik pelayanan perizinan dan nonperizinan yang terintegrasi antara BKPM dan KementerianLembaga Pemerintah Non Departemen yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan. Portal SPIPISE ini peranti lunak berbasis situs website yang merupakan gerbang informasi dan pelayanan perizinan dan nonperizinan penanaman modal khusunya di Kota Medan. SPIPISE juga menajdi tolak ukur yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan dan acuan penilaian kualitas layanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Kejelasan dari pelaksanaan kebijakan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 sudah tertera didalam peraturan tersebut. Mereka juga mengacu pada Perka No 12 tahun 2009 pada Bab IV Penyelengaraan Penanaman Modal bagian kesatu pasal 10, semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan yang penetapannya diatur dengan peraturan perundang-undangan. Penanaman modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal harus memperhatikan peraturan perundang – undangan yang menyatakan bidang usaha atau jenis usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Pada pasal 11, penanaman modal asing harus dalam bentuk PT Perseroan Terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan didalam wilayah negara RI, kecuali ditentukan lain oleh Undang – Undang. Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum atau usaha perserorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. Pasal 12, penanaman modal wajib melaksanakan ketentuan – ketentuan dan syarat – syarat yang berlaku untuk kegiatan kegiatan penanaman modal yang dikeluarkan oleh instansi teknis yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan. Peraturan ini juga sudah disosialisasikan ke masing – masing perusahaan PMA dan PMDN yang berada di Kota Medan. BPM sendiri sudah benar – benar melakukan komunikasi yang baik dengan investor. Ini sangat bagus dalam meningkatkan dan menaikkan investasi di Kota Medan, penciptaan iklim investasi yang kondusif dengan peningkatan infrastruktur, sumber energi, jaminan berusaha serta keamanan berinvestasi sebagai suatu daya tarik dan kemudahan bagi calon investasi. Disposisi adalah sikap dan komitmen dari pelaksana terhadap kebijakan atau program yang harus mereka laksanakan karena setiap kebijakan membutuhkan pelaksanaan – pelaksanaan yang memiliki hasrat kuat dan komitmen yang tinggi agar mampu mencapai tujuan kebijakan yang diharapkan. Badan Penanaman Modal adalah salah satu instansi pemerintahan yang menangani investasi di daerah Kota Medan. Badan Penanaman Modal BPM Kota Medan yang terdiri atas tiga bidang yaitu: 1 Bidang Pengembangan,2 Bidang Promosi dan Informasi, 3 Bidang Pengawasan. Perkembangan IPTEK yang semakin canggih menjadi tantangan bagi Badan Penanaman Modal dalam Promosi Investasi. Mau tidak mau Badan Penanaman Modal harus go publik dengan metode online informasi tentang Penanaman Modal Asing PMA dan Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN. Badan Penanaman Modalharus go publik untuk membuka pintu untuk investormasyarakat yang ingin berinvestasi dengan menggunakan Ilmu Teknologi sekarang ini. Perusahaan yang sudah go publik disebut dengan perusahaan terbuka. Contoh sederhananya adalah perusahaan waralaba yang mengajak investormasyarakat untuk menanam saham atau membuka franchise. Dengan informasi penanaman modal sistem online. Bidang Promosi sangat berperan dalam program go publik Badan Penanaman Modal. Pembagian kerja antar bidang, pendelegasian wewenang dan pengambilan keputusan oleh pimpinan merupakan salah satu unsur yang sering membuat kesalahpahaman diantara pegawai dalam organisasiinstansi. Namun fenomena diatas sudah mampu diatasi oleh pelaksana terhadap kebijakan atau program yang harus mereka laksanakan. Dengan adanya komitment pelaksana kebijakan atau staf, membuat tidak adanya konflik ketika ada tampak perbedaan tugas sering yang menimbulkan perbedaan pendapat yang berdampak negatif kepada staf. Ketika ada informasi mengenai Pengawasan PMDN dan PMA, bidang pengawasan melakukan rekapitulasi Laporan Keuangan Penanaman Modal LKPM. Saat waktu entri Data ke website PMA laporan dari bidang pengawasan sudah rampung Dengan melihat potensi yang ada di Kota Medan, akan banyak para investor yang tertarik menanamkan modal di Medan. Badan Penanaman Modal Kota Medan adalah salah satu instansi pemerintah daerah yang merupakan perpanjangan tangan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia yang menangani perizinan penanaman modal. Dalam hal ini tentu di dalam sebuah organisasi ataupun instansi terdapat beberapa manajemen yang saling terintegerasi satu dengan yang lain untuk menunjang perkembangan instansi itu tersebut. Salah satu sistem yang ada di Badan Penanaman Modal Kota Medan merupakan sistem inventorisasi penanaman modal. Pada prinsipnya setiap organisasi didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen organisasi. Tujuan yang ingin dicapai pada umumnya sama atau hampir bersamaan, hanya prioritasnya yang berbeda. Salah satu tujuan utama dari organisasi adalah untuk mencapai laba atau tujuan yang maksimal, dan tidak mengabaikan kesejahteraan para anggotanya dan pihak-pihak yang terkait atau yang berkepentingan di organisasi tersebut. Pengawasan yang kurang optimal merupakan suatu faktor yang menentukan maju mundurnya atau berhasil tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Pimpinan harus dapat merencanakan dan menentukan bentuk organisasi yang bagaimana yang paling sesuai agar pencapaian tujuan itu benar- benar dilaksanakan secara efisien dan efektif.

C. Analisis Sumberdaya

Implementasi Kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia berkaitan dengan keterampilan, dedikasi, profesionalitas, luruhdan kompetensi dibidangnya, sedangkan kuantitasnya berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumberdaya manusia sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi, sebab tanpa sumberdaya manusia implementasi kebijakan akan berjalan lambat. Dalam pelaksanaan kebijakan penanaman modal khususnya di bidang pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan, jumlah pegawai atau staf di kantor BPM sendiri sudah memadai dan mencukupi bidangnya masing – masing, dikarenakan pegawai BPM hanya menangani bidang investasi di Kota Medan. Upaya menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif menjadi semakin perlu diingat bahwa untuk menarik penanaman modal Kota Medan peru sumber daya yang memadai. artinya hal ini akan membentuk suatu kondisi lebih efesien dan efektif dalam membantu penanganan penanaman modal di Kota Medan. Sumber daya manusia yang ada di BPM Kota Medan dapat membantu menyelesaikan permasalahan pelayanan publik oleh instansi pemerintah yang selama ini bercitra buruk, berbelit – belit, lamban, dan berbiaya mahal, mereka selalu mengupayakan bagaimana investor tersebut tidak mengalami kendala apapun dalam melakukan investasi di Kota Medan. Berdasarkan hasil wawancara di BPM , jumlah pegawai BPM berkisar 100 orang pegawai. Dengan adanya perubahan nomenklatur dari Kantor Penanaman Modal Kota Medan menjadi Badan Penanaman Modal Kota Medan maka kebutuhan akan personil bidang penanaman modal juga semakin meningkat. Kemudian untuk meningkatkan kinerja anggota BPM Kota Medan perlu adanya anggaran yang mendukung proses kegiatan BPM Kota Medan. Dari laporan realisasi keuangan diketahui tingkat penyerapan dana untuk membiayai berbagai program dan kegiatan penanaman modal belum sepenuhnya optimal. Dalam tahun 2009, tingkat penyerapan dana belanja langsung Badan Penanaman Modal Kota Medan Rp. 2.018.119.875,- dari Rp. 2.065.012.500,- sampai akhir tahun anggaran berjalan berakhir mencapai 97,73 persen, namun pada tahun 2010 dana belanja langsung sebesar Rp. 3.410.374.000,- diprediksi hanya mencapai 87 persen. Relatif belum optimalnya penyerapan belanja daerah tersebut mengakibatkan realisasi pencapaian sasaran dan target penanaman modal setiap tahunnya juga relatif belum sepenuhnya optimal.

6.2. Hubungan Antar Variabel

Penelitian eksplanatif yaitu mengungkapkan hubungan antra dua variabel atau lebih dari suatu fenomena sosial. Maka dari itu pada bagian itu peneliti akan menghubungkan hasil analisis data dari beberapa variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini. Ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel – variabel tersebut saling berhubunganberpengaruh atau sebaliknya, sdan apakah variabel tersebut berkedudukan sejajar. Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan dalam melakukan Pengawasan BPM Kota Medan sebagaimana diamanatkan dala PERMEN No.8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, setiap dokumen perencanaan harus dievaluasi pelaksanaannya. Dalam hal ini Badan Penanaman Modal Kota Medan juga melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Renja tahun lalu tahun n-2 dan perkiraan capaian tahun berjalan tahun n-1. Berdasarkan indikator kinerja kunci yang ditetapkan sampai tahun 2020, keterpaduan kebijakan dan program penanaman modal dengan rencana penanaman modal secara regional pada tingkat propinsi dan nasional masih harus terus ditingkatkan, walaupun secara rata-rata program regionalnasional telah didasarkan visi, misi dan tujuan Badan Penanaman Modal. Namun demikian tidak seluruh agenda prioritas penanaman modal dapat diimplementasikan secara optimal karena keterbatasan sumber daya yang dikelola. Pelaksanaan Program,dan Kegiatan urusan Penanaman Modal selama tahun 2014 mengacu kepada RKA-SKPDDPA-SKPD yang ditetapkan ,serta prinsip- prinsip daya guna dan hasil guna dari implementasi pelaksanaanya implementasi pelaksanaan program dan kegiatan dan anggaran belanja langsung SKPD urusan Penanaman Modal menghasilkan pengeluaran Output, yaitu program pelayanan administrasi perkantoran, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur,program peningkatan disiplin aparatur, program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan,program peningkatan promosi dan kerjasama investasi, program peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi, dan program kerjasama informasi dengan mass media. Secara umum implementasi dari proses pelaksanaan perwal no. 54 dalam pengawasan BPM Kota Medan tersebut telah dilaksanakan dengan sangat baik. Adanya komitmen yg tinggi yang dimilik oleh pegawai BPM Kota Medan sendiri merupakan semangat bagi BPM Kota Medan, kemudian dengan cukupnya sumberdaya manusia di BPM merupakan kekuatan suatu dukungan yang saling mempengaruhi antar unit kerja lainnya, namun sumberdaya lainnya yang belum dapat mendukung program kegiatan BPM akan segera di optimalkan oleh BPM Kota Medan. Dalam kaitannya dengan proses pelaksanaan perwal no.54 dan pengawasan BPM tersebut sudah sangat terlihat bahwa pengaruh variabel karakteristik pelaksanaan kebijakan terhadap disposisi yang dalam melakukan pelaksanaan kebijakan harus memiliki komitmen yang tinggi ini dapat dilihat dari hasil wawancarabahwa orang – orang yang berdedikasi tinggilah yang ditempatkan dalam jabatan struktural masing – masing bagian di BPM Kota Medan. Sehingga dapat dilihat bahwa pengaruhnya terhadap karakteristik pelaksanaan kebijakan adalah kebijakan Peraturan Walikota No. 54 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan dalam hal pengawasan BPM Kota Medan terhadap PMA dan PMDN terealisasi dengan baik. Kemudian melalui informan Kasubbid Pengawasan BPM Kota Medan mengatakan bahwa jumlah PMA dan PMDN di Kota Medan hingga tahun 2014 sebanyak 177 perusahaan dengan jenis bidang usaha industri, perdagangan dan jasa. Perinciannya PMA 123 perusahaan sedangkan PMDN 54 perusahaan yang sudah berinvestasi di Kota Medan. Jumlah tersebut sudah dalam permutakhiran data PMDN dan PMA yang selalu melaporkan LKPMnya. Ia mengatakan PEMKO Medan telah membuat Perda No. 2 Tahun 2011 dan NPM Kota Medan T.A 2010 ini mengadakan program peningkatan pengawasan investasi dengan kegiatan LKPM tersebut dalam pelaksananaan investasi di Kota Medan. Pelaksanaan tersebut didasari dari komitmen pelaksana kebijakan yang ingin meningkatkan investasi Kota Medan. Dengan saling berpengaruhnya antara karakteritik pelaksana kebijakan dengan disposisi semakin menguatkankan peran pimpinan BPM Kota Medan, ini menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Peran pimpinan organisasi BPM Kota Medan mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standardisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran ukuran satuan.Pimpinan juga harus dapat merencanakan dan menentukan bentuk organisasi yang bagaimana yang paling sesuai agar pencapaian tujuan itu benar- benar dilaksanakan secara efisien dan efektif.Pengawasan yang kurang optimal merupakan suatu faktor yang menentukan maju mundurnya atau berhasil tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuannya.. Hubungan antara karakteritik pelaksanaan kebijakan juga berhubungan dengan standar operasionla prosedur SOP, dalam SOP ini dijelaskana tentang acuan kerja bagi pegawai BPM Kota Medan. Dilihat dari tahap karakteritik pelaksanaan kebijakan yang belum sepenuhnya memiliki kewenangan terhadap tugas dan fungsi mereka sebagai badan penanaman modal Kota Medan, karena kewenangan BPM Kota Medan masih dimiliki oleh instansi yang bersangkutan. Hal inilah yang menyulitkan BPM kOta Medan sendiri, untuk itula peran SOP ini dibutuhkan agar apa yang menjadi tugas pokok dan fungsi badan penanaman modal Kota Medan menjadi tampak. Pada Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan menjadi jelas tentang apa – apa saja tugasyang harus dikerjakan oleh BPM Kota Medan sendiri. Untuk itu dalam hasil analisis data dapat dilihat bahwa BPM Kota Medan melaksanakan SOP ini demi peningkatan pelayanan kepada investor untuk menciptakan citra yang baik khususnya dalam melaksanakan pengawasan penanaman modal di Kota Medan. Maka dalam pelaksanaan SOP ini pada tahun 2014, BPM Kota Medan telah mampu mencapai : 1 Penyelenggaraan pelayanan di lingkungan BPM Kota Medan 2 Mensinergikan tugas poko dan fungsi satuan unit kerja dilingkungan BPM Kota Medan 3 Menjadikan pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada intervensi manajemen 4 Membantu pegwai lebih inovatif dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pada setiap pekrjaan pada jabatan dan unit kerja apapun sehingga tidak bergantung pada satu orang tertentu saja 5 Telah meningkatkan akuntabilitas dengan melaporkan dan mendokumentasikan hasil dalam pelaksanaan tugas sehari –hari 6 Memudahkan pegawai dalam memperbaiki, mengevaluasi dan meningktakan kinerjanya Demikianlah adanya SOP yang telah dilaksanakan oleh Badan Penanaman Modal Kota Medan dalam rangka peningkatan kinerja dan mutu pelayanan dimata masyarakat sendiri investor. Kemudian hubungan variabel antara sumber daya yang disediakan dengan komunikasi terlihat jelas bahwa sumber daya manusia dapat menentukan berhasil tidaknya suatu program kebijakan yang dimiliki BPM Kota Medan hubungannya dengan komunkasi adalah melalui penyaluran informasi komunikasi yang disampaikan dengan baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Artinya kedua variabel ini dapat dikatakan saling berhubungan karena hal tersebut. Dalam hasil wawancara dengan salah seorang informan menyebutkan bahwa dalam PERKA No.12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal sebagai panduan bagi para penyelenggara PTSP dibidang penanaman modal Kota Medan, para penanam modal, serta masyarakat dalam memahami prosedur pengajuan dan proses penyelesaian permohonan perizinan dan nonperizinan. Tujuannya adalah untuk terwujudnya kesamaan dankeragaman atas prosedur dan proses penyelesaian permohonan penanaman modal, memberikan gambaran umum dan kepastian waktu penyelesaian permohonan perizinan dan nonperizinan penanaman modal, serta tercapainya pelayanan yang mudah, cepat, tepat, dan transparan, ini dilakukan oleh sumber daya yang disediakan oleh BPM Kota Medan sendiri. Lalu kesimpulannya pola komunikasi yang baik dan sumberdaya yang disediakan cukup baik, maka terlaksanalah apa yang menjadi tujuan BPM Kota Medan sendiri. BAB VII PENUTUP Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Amanat tersebut, anatara lain, telah di jabarkan dalam pasal 33 Undang – Undang Dasar Negara RI 1945 dan merupakan amanat konstitusi yang mendasari pemebntukan seluruh peraturan perundang – undangan dibidang perekonomian. Konstitusi mengamanatkan agar pembangunan ekonomi nasional harus berdasarkan prinsip demokrasi yang mampu menciptakan terwujudnya kedaulatan ekonomi Indonesia. Dengan demikian, pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi menjadi bagian dari kebijakan dasar penanaman modal. Berkaitan dengan hal tersebut, pemanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan di tempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Pada bagian penutup ini akan menjelaskan apa yang menjadi kesimpulan penelitian pada skripsi ini serta saran- saran atas proses pelaksanaan sebuah kebijakan. Kesimpulan berasal dari fakta – fakta atau hubungan yang logis. Dengan demikian, kesimpulan adalah berisi pembahasan tentang kesimpulan semata. Sebagai langkah pertama, penulis menguraikan garis besar permasalahan dan kemudian memberi ringkasan tentang segala sesuatu yang telah diuraikan pada bab – bab sebelumnya. Pada langkah berikutnya, penulis menghubungkan setiap kelompok data dengan permasalahan untuk sampai pada kesimpulan tertentu. Langkah terakhir dalam menyusun kesimpulan adalah menjelaskan mengenai arti dan akibat – akibat tertentu dari kesimpulan – kesimpulan itu secara teoritik maupun praktis. Setelah menutup kesimpulan penulis dapat memberikan saran atau rekomendasi guna penelitian lebih lanjut maupun saran – saran yang lebih praktis atau berfaedah secara riil. Seperti halnya kesimpulan dalam menyusun saran hendaknya penulis tidak menyarankan sesuatu yang tidak mempunyai dasar atau keterkaitan dengan pembahasan yang dikemukakan. Dengan kata lain, saran hanyalah berisi alternatif yang diajukan penulis agar permasalahan yang ada dapat dipecahkan sebaik – baiknya dan sesuai dengan tujuan yang telah disebutkan dalam tujuan penelitan.

7.1. Kesimpulan Proses Pelaksanaan Kebijakan Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun

Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Wali Kota No 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan

3 70 113

Analisis Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Sekolah di Kota Medan Tahun 2014

23 220 103

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame (Studi Tentang Penerbitan Izin Reklame di Kota Medan)

7 150 212

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

1 64 108

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Studi Tentang Pengosongan Kolom Agama Pada Kartu Tanda Penduduk Aliran Kepercayaan “Parmalim” Di Kota Medan)

8 91 141

“Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

8 145 136

Pelaksanaan Laporan Pertanggungjawaban Akhir Tahun Anggaran 2002 Walikota Medan Setelah Keluarnya...

0 20 5

2.1 Kerangka Teori - Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi BadanPenanaman Modal Kota Medan (Studi Pada Pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan)

0 0 62

1.1 Latar Belakang - Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi BadanPenanaman Modal Kota Medan (Studi Pada Pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan)

0 0 17

PROSES PELAKSANAAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL KOTA MEDAN (Studi Pada Pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Il

0 0 15