Perempuan 10
34,00
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari tabel 5.1 , diketahui bahwa responden yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 30 orang yang mewakili PMA dan PMDN yang tersebar di daerah –
daerah Kota Medan. Berdasarkan hasil diatas diketahui jenis kelamin laki – laki sebanyak 20 orang 60, dan yan berjenis kelamin perempuan sebanyak 10
orang 40. Dari jumlah dan persentase tersebut terlihat bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki – laki.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jabatan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat jabatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jabatan Tingkat Jabatan
Jumlah orang Persentase
General Manager -
Manager -
Supervisor 5
17,50 Kepala Cabang
- General affair Bagian
Umum 8
26,40 Staf Administrasi
15 50,50
Marketing 2
7,60
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari data pada tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa 30 responden yang terlibat dalam penelitian berdasarkan tingkat jabatan, yakkni 0 orang 0 sebagai
General Manager, sebanyak 0 orang 0 sebagai Manager, sebanyak 5 orang 10,90 sebagai supervisor, sebanyak 0 orang 0 sebagai Kepala Cabang,
sebanyak 8 orang 12,50 sebagai Bagian Umum, sebanyak 15 orang 66,60, dan sebanyak 2 orang 10,00 sebagai Marketing. Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas jabatan Staf Administrasi yang menjadi responden
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Usaha
Karakteristik responden berdasarkan bidang usaha dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Perusahaan Bidang Usaha
Jumlah perusahaan
Persentase
Industri Kimia 3
10,00 Industri Makanan
3 10,00
Industri B. Logam 1
3,30 Industri Logam Dasar
- Industri Kayu
- Industri Tekstil
- Industri Lainnya
11 36,30
Usaha Jasa 4
13,20 Usaha Perhotelan
4 13,20
Usaha Perkantoran 2
7,60 Usaha Perumahan
- Usaha Konstruksi
2 7,60
Usaha Pert. Tanaman Pangan -
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Data dari tabel 5.3 diatas menunujukkan bahwa 30 responden dalam penelitian ini menunjukkan sebanyak 3 perusahaan industri kimia 10,00, sebanyak 3
perusahaan industri makanan 10,00, sebanyak 1 industri b. logam 3,30, sebanyak 11 industri lainnya 36,30, sebanyak 4 usaha jasa 13,20, sebanyak
4 usaha hotel 13,20, sebanyak 2 usaha perkantor 7,60, dan sebanyak 2 usaha konstruksi 7,60. Hal ini menunjukkan bahwa dominan perusahaan –
perusahaan di Kota Medan kebanyakan perusahaan industri lainnya.
5.1.3. Distribusi Jawaban Responden
Distribusi jawaban responden berdasarkan Kebijakan Pemerintah dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Responden dalam Kebijakan Pemerintah Jawaban
Frekuensi Persentase
Ya 20
66,00 Tidak
- Sangat Tahu
10 34,00
Sangat Tidak Tahu -
Tidak Mau Tahu -
Tidak Menjawab -
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari tabel 5.4 jawaban responden mengenai kebijakan pemerintah dalam hal penanaman modal di Kota Medan sudah terjalin dengan baik, yaitu dapat
dilihat sebanyak 20 orang yang menjawab YaTahu 66,00, dan yang
menjawab sangat tahu sebanyak 10 orang 34,00. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan – kebijakan pemerintah dan LKPM dalam hal penanaman modal di
Kota Medan sudah disosialisasikan dengan baik kepada investor PMA dan PMDN di Kota Medan.
Tabel 5.5 Distribusi Jawaban Responden berdasarkan kepemimpinan kepala BPM Kota Medan
Jawaban Frekuensi
Persentase
Sangat terbuka 9
30,70 Terbuka
10 33,00
Sangat tertutup -
Tertutup -
Biasa saja 11
36,30
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari tabel 5.5 diatas, dapat disimpulkan bahwa jawaban responden mengenai kepemimpinan Kepala BPM Kota Medan, mayoritas beranggapan
bahwa kepemimpinannya biasa saja. Dengan rincian kepuasaan sebanyak 9 perusahaan mengatakan sangat terbuka 30,70, sebanyak 10 perusahaan
mengatakan terbuka 33,00, dan sebanyak 11 perusahaan mengatakan biasa saja 36,30. Hal ini disebabkan karena responden merasa tidak pernah
berkomunikasi langsung dengan Kepala Badan.
Tabel 5.6 Distribusi jawaban responden mengenai pelaksanaan tugas BPM Kota Medan
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Jawaban Frekuensi
Persentase
Sangat Baik 3
10,90 Baik
18 59,40
Baik Sekali 7
23,10 Tidak Baik
2 6,60
Sangat Tidak Baik -
Total 30
100,00
Dari tabel 5.6 diatas dapat disimpulkan bahwa jawaban responden mengenai pelaksanaan tugas BPM Kota Medan “baik”, dengan rincian sebagai
berikut ; sebanyak 3 perusahaan mengatakan sangat baik 10,90, sebanyak, sebanyak 18 perusahaan menjabawab baik 59,40, sebanyak 7 perusahaan
menjawan baik sekali 23,10, dan sebanyak 2 perusahaan menjawab tidak baik 6,60. Hal ini disebabkan karena ada beberapa perusahaan yang merasa kurang
diperhatikan oleh BPM Kota Medan.
Tabel 5.7 Distribusi jawaban responden mengenai kualitas pelayanan BPM Kota Medan
Jawaban Frekuensi
Persentase
Memuaskan 16
53,80 Sangat memuaskan
12 39,60
Kurang memuaskan 1
3,30 Tidak memuaskan
1 3,30
Sangat tidak memuaskan -
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Berdasarkan data tabel 5.7 diatas disimpulkan bahwa dalam memberikan kualitas pelayanan BPM Kota Medan, sebanyak 16 perusahaan mengatakan
memuaskan 53,80, sebanyak 12 perusahaan mengatakan sangat memuaskan 39,60, sebanyak 1 perusahaan mengatakan kurang memuaskan 3,30,
sebanyak 1 perusahaan mengatakan tidak memuaskan 3,30. Hal ini
disebabkan karena perusahaan tersebut mendapatkan pelayanan terbaik dari BPM Kota Medan.
Tabel 5.8 Distribusi jawaban responden mengenai faktor – faktor pertimbangan dalam melakukan penanaman modal di Kota
Medan
Jawaban Frekuensi
Persentase
Resiko menanam modal 1
3,30 Birokrasi dan Akses Pasar
17 56,10
Transparansi dan Kepastian Hukum 4
13,20 A,B,C benar
8 27,40
A,B,C salah -
Total 30
100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan tabel 5.8 diatas, bahwa mayoritas responde yang menjawab resiko menanam modal sebanyak 1 perusahaan 3,30,sebanyak 17 perusahaan
menjawab birokrasi dan akses pasar 56,10, sebanyak 4 perusahaan menjawab transparansi dan kepastian hukum 13,20, sebanyak 8 perusahaan menjawab
A,B,C, benar 27,40. Hal tersebut menunjukkan bahwa investor lebih memperhatikan birokrasi dan akses pasar dimana ia melakaukan investasi.
Tabel 5.9 Distribusi jawaban responden dalam langkah – langkah yang sudah, sedang, dan akan ditempuh BPM dalam investasi
Jawaban Frekuensi
Persentase
Menyederhanakan proses dan tata cara
LKPM 18
60,40 Memberikan
pembinaan dan pengawasan rutin
5 16,50
Menciptakan pasar yang sangat besar
2 6,60
Stabilitas keamanan yang sangat kurang
3 9,90
A,B,C benar 2
6,60
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner 2015
Dari tabel 5.9 diatas dapat disimpulkan bahwa jawaban responden mayoritas menjawab menyederhanakan proses dan tata cara LKPM sebanyak 18
60,40, memberikan pembinaan dan pengawasan rutin sebanyak 5 perusahaan 16,50, menjawab menciptakan pasar yang sangat besar sebanyak 2 perusahaan
6,60, menjawab stabilitas keamanan yang kurang sebanyak 3 perusahaan 9,90, dan sebanyak 2 perusahaan 6,60 menjawab A,B, C benar. Hal
tersebut menggambarkan bahwa BPM lebih mengutamakan penyederhanaan proses dan tata cara LKPM.
Tabel 5.10 Distribusi jawaban responden dalam peningkatan produktivitas PMA dan PMDN oleh BPM Kota Medan
Jawaban Frekuensi
Persentase
Sering 6
20,80 Sering sekali
5 16,50
Jarang 11
36,30 Kadang – kadang
8 26,40
Tidak pernah -
-
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan tabel 5.10 diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas yang menjawab sering sebanyak 6 20,80, sebanyak 5 perusahaan menjawab sering
sekali 16,50, sebanyak 11 perusahaan menjawab jarang 36,30, sebanyak 8 perusahaan menjawab kadang – kadang 26,40. Hal tersebut disebabkan karena
perusahaan jarang menerima masukan atau motivasi dari BPM Kota Medan sendiri.
Tabel 5.11 Distribusi jawaban responden dalam komunikasi pembinaan dan pengawasan BPM Kota Medan
Jawaban Frekuensi
Persentase
Terbuka 20
66,00 Tertutup
- Sharing
4 14,20
Demo -
Sosialisasi 6
20,80
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari data tabel 5.11 diatas, dapat disimpulkan bahwa jawab responden mayoritas menjawab terbuka sebanyak 20 perusahaan 66,00, sebanyak 4
perusahaan menjawab sharing 14,20, dan sebanyak 6 perusahaan menjawab sosialisasi 20,80. Hal tersebut disebabkan karena responden merasa
komunikasi yang disampaikan sangat baik.
Tabel 5.12 Distribusi jawaban responden dalam realisasi hukum secara konkrit
Jawaban Frekuensi
Persentase
Ya 8
26,40 Tidak
9 29,70
Sangat 5
16,50 Sangat tidak tahu
6 20,80
Tidak mau tahu 2
6,60
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari data tabel 5.12 diatas disebutkan bahwa yang menjawab ya sebanyak 8 perusahaan 26,40, sebanyak 9 perusahaan menjawab tidak 29,70,
sebanyak 5 perusahaan menjawab sangat 16,50, sebanyak 6 perusahaan menjawab tidak tahu 20,80, dan sebanyak 2 perusahaan menjawab tidak mau
tahu 6,60. Hal tersebut disebabkan karena responden beranggapan bahwa BPM dan BKPM kurang memperhatikan masalah hukum PMA dan PMDN.
Tabel 5.13 Distribusi jawaban responden mengenai tindakan BPM dalam pembinaan dan pengawasan PMA dan PMDN
Jawaban Frekuensi
Persentase
Tepat 10
33,33 Tidak Tepat
2 6,66
Sangat Tepat 15
50,00
Sangat Tidak Tepat -
- Tidak Mau Tahu
3 9,99
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.13 diatas, dapat dilihat bahwa responden banyak menjawab sangat tepat yaitu 15 perusahaan 50, menjawab tepat sebanyak 10 perusahaan
33,33, menjawab tidak mau tahu sebanyak 3 perusahaan 9,99, dan yang menjawab tidak tepat sebanyak 2 perusahaan 6,66. Dapat disimpulkan bahwa
pembinaan dan pengawasan yang dilakukan BPM sudah sangat tepat baik perusahaan.
Tabel. 5.14 Distribusi jawaban responden mengenai jumlah pegawai WNA maupun WNI
Jawaban Frekuensi
Persentase
BKPM Pusat -
-
BKPM Provinsi 5
17,00 BPM Kota Medan
- -
Perusahaan 20
66,00 Pemerintah Kota Medan
5 17,00
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.14 dapat dilihat dalam menentukan jumlah pegawai didalam PMA dan PMDN, responden banyak menjawab ditentukan oleh BKPM Pusat 5
17,00 dan yang menjawab ditentukan oleh perusahaan, yaitu 20 perusahaan 66,00, sedangkan yang menjawab ditentukan oleh BKPM Provinsi dan
Pemerintah Kota Medan masing-masing 5 perusahaan 17,00. Dapat disimpulkan dalam menentukan jumlah pegawai asing dan Indonesia, perusahaan
memiliki kewenangan sendiri untuk menetapkannya.
Tabel 5.15 Distribusi jawaban responden mengenai kualitas BPM dalam pembinaan dan pengawasan PMA dan PMDN
Jawaban Frekuensi
Persentase
Baik 8
27,40 Cukup Baik
7 23,10
Sangat Baik 10
33,00 Kurang
5 16,50
Sangat Tidak Baik -
-
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.15 dapat dilihat jawaban responden terhadap kualitas pelayanan yang diberikan BPM dalam bidang pembinaan dan pengawasan,
sebanyak 10 33,00 perusahaan menjawab sangat baik, menjawab baik
sebanyak 8 perusahaan 27,40, 7 perusahaan menjawab cukup baik 23,10 dan sebanyak 5 perusahaan menjawab kurang 16,50. Dapat disimpulkan
bahwa pelayanan BPM dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sangat baik.
Tabel 5.16 Distribusi jawaban responden mengenai peraturan yang menyulitkan PMA dan PMDN
Jawaban Frekuensi
Persentase
Ya -
- Tidak
8 26,40
Sangat -
- Sangat Tidak Tahu
12 40,60
Tidak Mau Tahu 10
33,00
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.16 dapat dilihat bahwa 12 perusahaan menjawab sangat tidak tahu 40,60, 10 perusahaan menjawab tidak mau tahu 33,00, dan 8
perusahaan yang menjawab tidak 26,40. Dapat disimpulkan tidak adanya aturan yang tidak formal yang menyulitkan PMA dan PMDN.
Tabel 5.17 Distribusi jawaban responden mengenai sarana dan prasarana PMA dan PMDN
Jawaban Frekuensi
Persentase
Sudah 6
19,80 Belum
4 13,20
Belum Sama Sekali 2
6,60 Sebagian
8 27,40
A, B, dan C Salah 10
33,00
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.17 dapat dilihat bahwa sebanyak 10 perusahaan menjawan A, B,dan C Salah 33,00, 8 perusahaan menjawab sebagian 27,40, 6
perusahaan menjawab sudah 19,80, 4 perusahaan menjawab belum 13,20 , dan 2 perusahaan menjawab belum sama sekali 6,60. Dapat disimpulkan
bahwa tidak adanya sarana dan prasarana yang diberikan oleh pihak BPM terhadap PMA dan PMDN.
Tabel 5.18 Distribusi jawaban responden mengenai investasi dalam melakukan PMA dan PMDN
Jawaban Frekuensi
Persentase 500 Juta
- -
500 Juta ≥ 1 Milyar
- -
1 Milyar ≥ 2 Milyar
2 6,60
2 Milyar
≥ 5 Milyar
10 33,00
5 Milyar ≥ 1 Triliun
18 60,40
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.18 dapat dilihat bahwa terdapat 18 perusahaan menjawab investasi sebesar 5 Milyar
≥ 1 Triliun 60,40, 10 perusahaan menjawab 2 Milyar
≥ 5 Milyar 33,00 , dan 2 perusahaan menjawab 1 Milyar ≥ 2
Milyar6,60. Dapat disimpulkan bahwa investasi perusahaan sebesar 5 Milyar ≥ 1 Triliun.
Tabel 5.19 Distribusi jawaban responden mengenai sikap pelaksana tugas BPM
Jawaban Frekuensi
Persentase
Baik 12
39,60 Cukup
10 33,00
Sangat Baik 3
9,90 Kurang
5 17,50
Sangat Tidak Baik -
-
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.19 dapat dilihat penilaian sikap pelaksana tugas BPM berdasarkan jawaban responden, sebanyak 12 perusahaan menjawab baik
39,60, 10 perusahaan cukup 33,00, 5 perusahaan menjawab 17,50 dan
3 perusahaan menjawab sangat baik 9,90. Dapat disimpulkan bahwa sikap dari pelaksana tugas dinilai baik.
Tabel 5.20 Distribusi jawaban responden mengenai pungutan liar Jawaban
Frekuensi Persentase
Ya -
- Tidak
18 60,40
Sangat -
- Sangat Tidak Tahu
5 16,50
Tidak Mau Tahu 7
23,10
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.20 dapat dilihat 18 perusahaan menjawab tidak 60,40, 7 perusahaan menjawab 23,10 dan 5 perusahaan menjawab 16,50. Dapat
disimpulkan bahwa tidak adanya pungutan liar yang diminta oleh pelaksana tugas.
Tabel 5.21 Distribusi jawaban responden mengenai hambatan dalam proses pembinaan dan pengawasan BPM
Jawaban Frekuensi
Persentase
Insentif Pajak 6
20,00 Perundang-Undangan
21 70,00
Sikap Pelaksana Tugas -
- A, B, dan C Benar
3 10,00
A, B, dan C Salah -
-
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.21 dapat dilihat bahwa hambatan yang dihadapi PMA dan PMDN berdasarkan jawaban responden yaitu sebanyak 21 perusahaan menjawab
perundang-undangan 70,00, 6 perusahaan menjawab insentif pajak 20,00, dan 3 perusahaan menjawab A, B, dan C benar 10,00. Dapat disimpulkan
bahwa, perundang-undangan merupakan faktor penghambat yang dihadapi PMA dan PMDN.
5.2. Deskripsi Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan informasi secara langsung kepada pengumpulan data. Sumber data sekunder ini
dapat berupa hasil pengolahan dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain Sugiyono, 2012 : 225 . Data ini digunakan untuk mendukung informasi dari
data primer yang diperoleh baik dari wawancara, maupun observasi langsung ke lapangan. Penulis juga menggunakan data sekunder hasil dari study pustaka.
Dalam studi pustaka, penulis membaca literatur – literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, dan tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud
data dokumentasi atau dat laporan yang telah tersedia. Dalam penelitian ini, data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian
Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Nomoe 54 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Penanaman Modal Kota Medan Studi Pada Pengawasan BPM
Kota Medan adalah sebagai berikut :
Isu – isu strategis berdasarkan Perwal 54 Tahun 2010 tentang Tugas
Pokok dan Fungsi BPM Kota Medan Buku – buku referensi dalam menyelesaikan skripsi ini
Data – data kepegawaian Badan Penanaman Modal Kota Medan
seperti, jumlah pegawai Dan hal – hal lainnya yang dapat mendukung penelitian ini
5.2.1. Kebijakan Investasi atau Penanaman Modal
Ketentuan yang berkaitan dan menjadi dasar hukum kegiatan dalam menjalankan kegiatan tugas pokok dan fungsi BPM dalam pengawasan BPM Kota
Medan, antara lain : 1. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
2. Undang - Undang Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten Kota.
3. PEPRES Nomor 27 Tahun 2009 Tentang PTSP. 4. Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pelayanan
Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik. 5. Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Pedoman Dan Tata
Cara Permohonan Penanaman Modal. 6. Peraturan Kepala BKPM Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pedoman Dan Tata
Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal 7. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan
Pemerintahan Kota Medan.
8. Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan.
Lemahnya koordinasi kelembagaan ditimbulkan karena ketidakjelasan tugas pokok dan fungsi pokok masing – masing dan juga oleh mekanismekoordinasi
yang tidak berjalan baik. Seringkali terjadinya kegagalan dalam koordinasi disebabkan oleh adanya pertimbangna subjektif yang berlatar belakang
kepentingan politis maupun ekonomi. Dalam rangka meningkatkan daya saing investasi agar dapat menarik
masuknya investasi ke Indonesia sebanyak mungkin, kelemahan pengawasan antara instansi terkait tersebut perlu diperbaiki dengan cara meningkatkan
singkronisasi, koordinasi, dan pengawasan kelembagaan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Disamping itu, perlu dilakukan penataan secara
menyeluruh reformasi terhadap aparatur negara civil service reform serta reformasi pelayanan publik public service reform.
Koordinasi dan pengawasan yang harmonis diantara berbagai intitusi maupun perusahaan yang berkaitan dengan efektivitas sistem hukum, akan dapat berjalan
dengan baik apabila ada kejelasan tugas dan fungsi serta kewenangan dari masing- masing institusi, sehingga tidak terjadi duplikasi dan bahkan konflik. Hal ini
karena fungsi pengawasan dan koordinasi adalah menyangkut kejelasan pola pelayanan serta pembagian kerja dan kewenangan antara pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan perusahaan. Untuk itu, diperlukan mekanisme yang dipahami dan mengikat bagi instansi-instansi terkait, misalnya menyangkut
masalah promosi investasi, perizinan, fasilitas investasi, dan lain-lain.
Dari sisi kepentingan investor, tertibnya pengawasan dan koordinasi diantara instansi-instansi terkait akan memberikan kejelasan dan kepastian dalam
pemenuhan kewajiban mereka dan menciptakan efesiensi berusaha, dimana hal ini tentunya akan memberikan dampak yang positif bagi iklim investasi. Penertiban
pengawasan dan koordinasi kelembagaan mencakup aspek-aspek sinkronisasi wewenang dan meningkatkan kerjasama antarlembaga.
5.2.2. Mekanisme Investasi atau Penanaman Modal 5.2.2.1 Penanaman Modal Dalam Negeri
1. Kegiatan Persiapan
a Calon penanaman modal yang akan mengadakan usaha dalam rangka penanaman modal dalam negeri, terlebih dahulu
mempelajari daftar usaha yang tertutup bagi penanaman modal. b Setelah mengadakan penelitian yang cukup mengenai bidang
usaha yang terbuka dan ketentuan – ketentuan lain yang berkaitan, calon penanaman modal mengajukan permohonan
penanaman modal kepada Menteri InvestasiKepala BKPM
dengan mengajukan tatacara yang ditetapkan oleh MenteriKepala BKPM.
c Apabila permohonan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta persyaratan penanaman modal dalam
negeri yang berlaku, Menteri InvestasiKepala BKPM akan mengeluarkan surat persetujuan prinsip. Kewenangan pemberian
persetujuan dan perizinan pelaksanaan penanaman modal tersebut dapat dilimpahkan kepada Gubernur dan selanjutnya Gubernur
melimpahkan kewenangan penugasan kepada Ketua BKPM daerah.
2. Pedoman dan Tata Cara Permohonan
a. Calon Penanaman penanaman modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka penanaman modal dalam negeri wajib
mengajukan permohonan penanaman modal kepada ; 1 Menteri Investasi Kepala BKPM
2 Ketua BKPMD setempat b. Penanaman modal yang telah memperoleh surat persetujuan yang
dikeluarkan oleh BKPMD setempat, wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh perizinan pelaksanaan penanaman modal yang diperlukan
untuk melaksanakan penanaman modalnya.
c. Permohonan izin pelaksana tersebut diajukan kepada : 1 Menteri Investasi Kepala BKPM, bagi yang memperoleh
persetujuan penanaman modal dari Menteri Investasi Kepala BKPM atau dari Menteri Luar Negeri dalam hal ini Kepala
Perwakilan RI setempat atau Ketua BKPMD setempat, bagi yang memperoleh persetujuan penanaman modal dari ketua BKPMD
setempat atau Kepala Perwakilan RI setempat. 2 Badan Pengelolaan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu
KAPET bagi proyek – proyek yang berlokasi di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu.
d. Dalam mengajukan permohonan PMDN dan PMA, calon penanaman modal berpedoman keapada :
1 Daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal 2 Bidang usaha jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah
atau usaha besar dengan syarat kemitraan
3. Permohonan Penanaman Modal Baru a.