Dalam melakukan wawancara ini peneliti menggunakan wawancara tersturktur terpimpin, dimana pewawancara terikat oleh sutu fungsi, bukan saja
sebagai pengumpul data melalui tanya jawab, melainkan sebagai pengumpul data yang relevan terhadap maksud – maksud penyelidikan yang telah dipersiapkan
dnegan masak, sebelum kegiatan wawancara yang sebenarnya dijalankan. Pewawancara menanyai setiap orang yang diwawancara dengan suatu daftar
pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, dengan suatu kategori jawaban yang membatasi responden. Standar patokan pertanyaan sangat penting, setiap orang
diberi pertanyaan yang sama, hal ini untuk menghindari bias.
A. Deskripsi Variabel karakteristik Pelaksanaan Kebijakan Pengoperasian
Isi Peraturan
Dari variabel ini indikator yang dilihat adalah :
1. Melihat tujuan dan sasaran kebijakan
Kebijakan Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2010 tentang Rincina Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan dalam hal ini studi pada
Pengawasan Badan Penanaman Modal Kotan Medan dapat terlaksana dengan baik apabila tujuan dan sasaran kebiajakan tersebut dapat terlaksana. Sikap
penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat
mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka
rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya top down yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh
kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang harus diselesaikan. Menurut narasumber yang di wawancarai oleh peneliti, kebijakan adalah
keputusan tetap yang di cirikan oleh konsistensi dan pengulangan repetitivenes tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi
peraturan tersebut. Dengan kata lain, adanya Perwal 54 tahun 2010 ini, lebih mempermudah BPM dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pelaksana
teknis pemerintahan di Kota Medan khususnya dibidang investasi asing dan investasi dalam negeri juga untuk menjelaskan kedudukan dari Badan Penanaman
Modal Kota Medan. Berlandaskan Perwal tersebut, tujuan, rencana, program dan
keputusan atau pilihan, dapat dilakukan dengan lebih terarah. Melalui wawancara dengan Bapak Drs. Togap P. Nainggolan selaku Kepala
BPM Kota Medan mengatakan bahwa perubahan yang diinginkan dengan adanya Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Penanaman Modal Kota Medan, selain menjulaskan kedudukan BPM Kota Medan dalam investasi juga dalam pengimplemntasiannya adalah untuk
membangun daerah bukan dalam arti sempit yakni tidak menghiraukan kepentingan daerah lain, tapi dalam arti luas yang menciptakan peluang investasi
yang memadai tidak hanya sarana fisik tetapi juga nonfisik.
Kemudian pendapat tersebut juga didukung oleh Bapak Emir Mahbob Lubis, S,STP, M.AP selaku Sekretaris BPM Kota Medan, beliau mengatakan
bahwa tujuan dari pelaksanaan Perwal 54 Tahun 2010 ini adalah untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi BPM Kota Medan. Tujuan untuk
investor adalah untuk mempermudah investor dalam melihat kondisi kebijakan setiap daerah dalam hal ini Kota Medan. Dijelaskan, dalam pelaksanaan
pengawasan BPM Kota Medan terhadap PMA dan PMDN tidak semudah mengucapkannya, sebab dalam prakteknya selalu mengalami kendala secara
internal maupun eksternal. Pengawasan selalu memerlukan kecermatan dan kearifan karenanya, pelaksanaan pengawasan ini sungguh – sungguh
diperhatikan. Dengan demikian segala kelemahan dan kekurangan dirasakan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi khususnya bagi BPM Kota Medan sendiri
Sementara Bapak Edison Sitorus, SH, MH selaku Kasubbid Pengawasan
BPM Kota Medan mengatakan bahwa jumlah PMA dan PMDN di Kota Medan hingga tahun 2014 sebanyak 177 perusahaan dengan jenis bidang usaha industri,
perdagangan dan jasa. Perinciannya PMA 123 perusahaan sedangkan PMDN 54 perusahaan yang sudah berinvestasi di Kota Medan. Jumlah tersebut sudah dalam
permutakhiran data PMDN dan PMA yang selalu melaporkan LKPMnya. Ia mengatakan PEMKO Medan telah membuat Perda No. 2 Tahun 2011 dan NPM
Kota Medan T.A 2010 ini mengadakan program peningkatan pengawasan investasi dengan kegiatan LKPM tersebut dalam pelaksananaan investasi di Kota
Medan. Serta dalam menjalankan fungsi pengawasan BPM Kota Medan terhadap PMA dan PMDN di Kota Medan masih belum bisa dikatakan sempurna
dari target BPM sendiri. Ia menyarankan agar segera dibentuknya Satgas dalam rangka pengendalian dan pengawasan terhadap investasi PMA dan PMDN di
Kota Medan. Ketika menjalankan tugas, Satgas harus lebih menguasai tentang hukum dan tahu secara jelas profil perusahaan yang di datangi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan Peraturan Walikota No. 54 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal
Kota Medan dalam hal pengawasan BPM Kota Medan terhadap PMA dan PMDN sudah terealisasi sesuai dengan Perwal tersebut. Namun belum semua
tujuan dari kebijakan tersebut terlaksana dengan baik, seperti belum adanya Satgas untuk rangka pengendalian dan pengawasan BPM Kota Medan. Untuk
mewujudkan target yang sebenarnya kegiatan pengawasan ini merupakan salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan secara dini dengan tujuan dapat
mengetahui sejauhmana pelaksanaan investasi telah di laksanakaan.
2. SOP adalah Standard Operasional Procedure Menurut narasumber yang diwawancarai Bapak Drs. Togap P. Nainggolan
selaku Kepala BPM Kota Medan mengatakan, dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Badan Penanaman Modal Kota Medan,
dipandang perlu untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan. Bahwa
untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja sebagaimana dimaksud pada dipandang perlu menyusun Standard Operating Procedures di lingkungan
Penanaman Modal Kota Medan yang bertujuan untuk menciptakan komitmen apa yang akan dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi BPM sendiri dalam rangka
mewujudkan good goveernance. Demikian juga SOP BPM Kota Medan ini
digunakan sebagai pedoman atau acuan untuk menilai pelaksanaan kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator – indikator teknis, administratif dan
prosedural sesuai dengan tata hubungan kerja dalam organisasi yang bersangkutan. Ia juga mengatakan bahwa Peraturan Kepala BKPM No. 14 Tahun
2009 Tentang Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik, sudah dijalankan di Kota Medan. Mengikuti era perkembangan
teknologi yang semakin canggih maka dari itu dibentuk pelayanan pemerintahan dalam BPM Kota Medan selalu melakukan inovasi pelayanannya sehingga harus
sesuai dengan standard operasional prosedur SOP. Ia juga menambahi bahwa yang bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan penanaman modal dikota
Medan adalah Kepala Badan sendiri Namun selaku kepala badan harus mengkoordinir anggota – anggotanya juga. Artinya sebagai pemimpin beliau
mempunyai kewenangan untuk memerintah bawahan. Dalam penentuan tugasnya dilihat dari Perwal 54 tahun 2010 sendiri, khusus bidang pengawasan itu
limpahkan tanggungnya kepada kasubbagnya, lalu kassubag pun memerintahkan kembali bawahannya untuk melakukan kegiatan pengawasan tersebut.
Sedangkan menurut Bapak Emir Mahbob Lubis, S,STP, M.AP selaku
Sekretaris BPM Kota Medan dalam wawancaranya mengatakan BPM sendiri sudah lebih meningkatkan kualitas palayanan dari permasalahan yang berkaitan
dengan penilaian kinerja organisasi publik, SOP dan langkah - langkah menyusun SOP, serta peningkatan akuntabilitas pelayanan publik melalui penerapan SOP.
Dengan adanya SOP ini diharapkan terjadinya peningkatan kinerja dan mutu pelayanan masyarakat oleh Badan Penanaman Modal Kota Medan di mata
masyarakat itu sendiri. Kegunaannya sangat banyak tapi salah satunya untuk mempermudah BPM dalam memberikan pelayanannya kepada stakeholder Kota
Medan baik dilingkungan pemerintahan kecamatan maupun dilingkungan pemerintahan kelurahan. Dalam wawancaranya ia juga menambahkan bahwa
hubungan satuan unit kerja di BPM Kota Medan sangat baik, Karena dalam melakukan rapat untuk pembahasan penanaman modal harus melakukan
demokrasi artinya tidak sepihak saja yang harus didengar. Beliau juga menyampaikan bahwa di BPM Kota Medan belum ada yang namanya petunjuk
pelaksana atau petunjuk teknis BPM Kota Medan, semua kegiatan tertera pada SOP BPM. Ia juga menyampaikan bahwa yang bertanggung jawab dalam
pembinaan dan pengawasan penanaman modal dikota Medan adalah BPM Kota Medan sendiri. Tanggung jawab diberikan Walikota melalui Sekda, kemudian
Sekda memberikan kepada Kepala Badan. Maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan paparan beberapa informan
diatas bahwa BPM Kota Medan telah memiliki SOP Standard Operasional Prosdure dan kegiatannya dilaksankan sesuai dengan SOP yang berjalan. Namun
dalam meningkatkan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan belum ada, berdasarkan kajian lapangan dan memperhatikan tugas dan fungsi BPM Kota
Medan sangat membutuhkan Juklak dan Juknis untuk merumuskan kebijakan penanaman modal yang bersifat lebih teknis sebagai pedoman bagi para aparatur
daerah instansi penanaman modal di Kota Medan.
B Deskripsi Variabel Komunikasi
Dalam variabel komunikasi ini ada beberapa indikator yang dapat dilihat, yaitu indikator :
1. Penyaluran transmisi