Badan Koordinasi Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu

4. Badan Koordinasi Penanaman Modal

Sebagai bagian dari pembaharuan ketentuan penanaman modal, terlihat bahwa lembaga yang menangani penanaman modal dengan tegas ditunjuk dalam UUPM yakni BKPM. Tepatnya dalam pasal 27 UUPM disebutkan : 1 Pemerintah mengoordinasi kebijakan penanamn modal, baik koordinasi antarinstansi pemerintah, antarinstansi pemerintah pemerintah dengan Bank Indonesia, antarinstansi pemerintah dengan pemerintah daerah, maupun antarinstansi peemrintah daerah. 2 Koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal sebagaimana dimaskud pada ayat 1 dilakukan oleh BKPM. 3 BKPM dipimpin oleh seorang kepala dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden. 4 Kepala BKPM pada ayat 3 diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Adanya penegasan posisi BKPM yang dicantumkan dalam UUPM semakin memperkuat kedudukan lembaga yang menangani langsung tentang penanaman modal. Mengacu pada ketentuan diatas semakin tampak, bahwa peran BKPM dalam melaksanakan apa yang di perintahkan dalam UUPM yakni melakukan koordinasi dengan berbagai instansi terkait dengan investasi. Disamping itu dalam Perpres ini juga dijelaskan, BKPM selain mengoordinasikan kebijakan dibidang investasi, juga memberikan pelayanan. Fungsi BKPM sebagaimana dijabarkan dalam UUPM tampak bahwa peran BKPM dalam menggerakkan kegiatan investasi cukup strategis. Oleh karena itu, cukup beralasan, dalam rangka menjalankan fungsi BKPM tersebut, dibantu oleh sebuah Komite. Hal ini dijabarkan dalam pasal 34 Perpres No. 902007, untuk menggali pemikiran dan pandangan dari kalangan para pakar, pemangku kepentingan dan tokoh masyarakat dalam rangka peningkatan penanaman modal, BPKM dapat membentuk Komite Penanaman Modal. Adapun tugas komite dijabarkan dalam pasal 35 yakni memberika masukan, saran, pandangan, dan pertimbangan kepada Kepala BKPM. Keanggotaan Komite Penanaman Modal berasal dari kalangan para pakar, pemangku kepentingan dan tokoh masyarkat dibidang penanaman modal pasal 37 ayat 2.

5. Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Untuk meningkatkan pelayanan pada investor, dalam pasal 25 ayat 5 UUPM secara tegas dikemukakan, pelayanan dilakukan terpadu dalam satu pintu. Yakni untuk mengurus berbagai perizinan dalam rangka menjalankan kegiatan penanaman modal, para calon investor tidak perlu keberbagai instansi pemberi izin. Sebagaimana yang dijabarkan dalam pasal 26 ayat 1 pelayanan terpadu satu pintu bertujuan membantu penanam modal memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal. Hal ini juga ditegaskan dalam pasal 26 ayat 2 pelayanan terpadu satu pintu dilakukan oleh lembaga atau instansi berwenang dibidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat atau lembaga yang berwenang mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di provinsi atau kabupatenkota. Penjabaran lebih lanjut perihal pelayanan terpadu satu pintu diatur dalam Peraturan Presiden RI Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Modal. Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan dan nonperizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dan lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat. Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan penanaman modal yang dikeluarkan pemerintah dan pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan peraturan perundnag – undangan ; pasal 1 butir b Nonperizinan adalah segala bentuk kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal dan informasi mengenai penanaman modal, pasal 1 butir 16 Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik SPIPISE adalah sistem pelayanan perizinan dan nonperizinan yang terintegrasi antara BKPM dengan KementerianLPND yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan. Pelaksanaan PTSP ditingkat provinsi dijabarkan dalam pasal 11 : ayat 1 penyelenggaraan PTSP dibidang penanaman modal oleh pemerintah provinsi dilaksanakan oleh PDPPM. Ayat 2 dalam menyelenggarakan PTSP dibidang penanaman modal sebagaimana dimaksud ayat 1, Gubernur memberikan pendelegasian wewenang pemberian perizinan dan nonperizinan dibidang penanaman modal yang menjadi urusan pemerintah provinsi kepada kepala PDPPM. Ayat 3 urusan pemerintah provinsi sebagaimana dimaksud ayat 2, meliputi : a urusan pemerintah provinsi dibidang penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas kabupatenkota berdasarkan peraturan perundang – undangan mengenai pembagian urusan pemerintah antara pemerintah daerah provinsi dan b urusan pemerintah di bidang penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 1 yang diberikan pelimpahan wewenang kepada Gubernur. Untuk tingkat kabupatenkota diatur dalam pasal 12 sebagai berikut : Ayat 1 Penyelenggaraan PTSP dibidang penanaman modal oleh pemerintah kabupatenkota dilaksanakan oleh PDKPM. Ayat 3 urusan pemerintah kabupatenkota sebagaimana dimaskud pada ayat 2, meliputi : a urusan pemerintah kabupatenkota dibidang penanaman modal yang ruang lingkupnya berada dalam satu kabupaten kota berdasarkan peraturan perundang – undangan mengenai pembagian urusan pemerintah antara pemerintah dan pemrintah kabupatenkota dan b urusan pemerintah dibidang penanaman modal sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 1 yang diberikan penugasan kepada pemerintah kabupatenkota.

6. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Investasi

Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Wali Kota No 35 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan Di Kota Medan

3 70 113

Analisis Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Sekolah di Kota Medan Tahun 2014

23 220 103

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame (Studi Tentang Penerbitan Izin Reklame di Kota Medan)

7 150 212

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

1 64 108

Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan (Studi Tentang Pengosongan Kolom Agama Pada Kartu Tanda Penduduk Aliran Kepercayaan “Parmalim” Di Kota Medan)

8 91 141

“Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

8 145 136

Pelaksanaan Laporan Pertanggungjawaban Akhir Tahun Anggaran 2002 Walikota Medan Setelah Keluarnya...

0 20 5

2.1 Kerangka Teori - Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi BadanPenanaman Modal Kota Medan (Studi Pada Pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan)

0 0 62

1.1 Latar Belakang - Proses Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi BadanPenanaman Modal Kota Medan (Studi Pada Pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan)

0 0 17

PROSES PELAKSANAAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL KOTA MEDAN (Studi Pada Pengawasan Badan Penanaman Modal Kota Medan) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Il

0 0 15