Dalam melakukan wawancara ini peneliti menggunakan wawancara tersturktur terpimpin, dimana pewawancara terikat oleh sutu fungsi, bukan saja
sebagai pengumpul data melalui tanya jawab, melainkan sebagai pengumpul data yang relevan terhadap maksud – maksud penyelidikan yang telah dipersiapkan
dnegan masak, sebelum kegiatan wawancara yang sebenarnya dijalankan. Pewawancara menanyai setiap orang yang diwawancara dengan suatu daftar
pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, dengan suatu kategori jawaban yang membatasi responden. Standar patokan pertanyaan sangat penting, setiap orang
diberi pertanyaan yang sama, hal ini untuk menghindari bias.
A. Deskripsi Variabel karakteristik Pelaksanaan Kebijakan Pengoperasian
Isi Peraturan
Dari variabel ini indikator yang dilihat adalah :
1. Melihat tujuan dan sasaran kebijakan
Kebijakan Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2010 tentang Rincina Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan dalam hal ini studi pada
Pengawasan Badan Penanaman Modal Kotan Medan dapat terlaksana dengan baik apabila tujuan dan sasaran kebiajakan tersebut dapat terlaksana. Sikap
penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat
mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka
rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya top down yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh
kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang harus diselesaikan. Menurut narasumber yang di wawancarai oleh peneliti, kebijakan adalah
keputusan tetap yang di cirikan oleh konsistensi dan pengulangan repetitivenes tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi
peraturan tersebut. Dengan kata lain, adanya Perwal 54 tahun 2010 ini, lebih mempermudah BPM dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pelaksana
teknis pemerintahan di Kota Medan khususnya dibidang investasi asing dan investasi dalam negeri juga untuk menjelaskan kedudukan dari Badan Penanaman
Modal Kota Medan. Berlandaskan Perwal tersebut, tujuan, rencana, program dan
keputusan atau pilihan, dapat dilakukan dengan lebih terarah. Melalui wawancara dengan Bapak Drs. Togap P. Nainggolan selaku Kepala
BPM Kota Medan mengatakan bahwa perubahan yang diinginkan dengan adanya Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Penanaman Modal Kota Medan, selain menjulaskan kedudukan BPM Kota Medan dalam investasi juga dalam pengimplemntasiannya adalah untuk
membangun daerah bukan dalam arti sempit yakni tidak menghiraukan kepentingan daerah lain, tapi dalam arti luas yang menciptakan peluang investasi
yang memadai tidak hanya sarana fisik tetapi juga nonfisik.
Kemudian pendapat tersebut juga didukung oleh Bapak Emir Mahbob Lubis, S,STP, M.AP selaku Sekretaris BPM Kota Medan, beliau mengatakan
bahwa tujuan dari pelaksanaan Perwal 54 Tahun 2010 ini adalah untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi BPM Kota Medan. Tujuan untuk
investor adalah untuk mempermudah investor dalam melihat kondisi kebijakan setiap daerah dalam hal ini Kota Medan. Dijelaskan, dalam pelaksanaan
pengawasan BPM Kota Medan terhadap PMA dan PMDN tidak semudah mengucapkannya, sebab dalam prakteknya selalu mengalami kendala secara
internal maupun eksternal. Pengawasan selalu memerlukan kecermatan dan kearifan karenanya, pelaksanaan pengawasan ini sungguh – sungguh
diperhatikan. Dengan demikian segala kelemahan dan kekurangan dirasakan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi khususnya bagi BPM Kota Medan sendiri
Sementara Bapak Edison Sitorus, SH, MH selaku Kasubbid Pengawasan
BPM Kota Medan mengatakan bahwa jumlah PMA dan PMDN di Kota Medan hingga tahun 2014 sebanyak 177 perusahaan dengan jenis bidang usaha industri,
perdagangan dan jasa. Perinciannya PMA 123 perusahaan sedangkan PMDN 54 perusahaan yang sudah berinvestasi di Kota Medan. Jumlah tersebut sudah dalam
permutakhiran data PMDN dan PMA yang selalu melaporkan LKPMnya. Ia mengatakan PEMKO Medan telah membuat Perda No. 2 Tahun 2011 dan NPM
Kota Medan T.A 2010 ini mengadakan program peningkatan pengawasan investasi dengan kegiatan LKPM tersebut dalam pelaksananaan investasi di Kota
Medan. Serta dalam menjalankan fungsi pengawasan BPM Kota Medan terhadap PMA dan PMDN di Kota Medan masih belum bisa dikatakan sempurna
dari target BPM sendiri. Ia menyarankan agar segera dibentuknya Satgas dalam rangka pengendalian dan pengawasan terhadap investasi PMA dan PMDN di
Kota Medan. Ketika menjalankan tugas, Satgas harus lebih menguasai tentang hukum dan tahu secara jelas profil perusahaan yang di datangi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan Peraturan Walikota No. 54 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal
Kota Medan dalam hal pengawasan BPM Kota Medan terhadap PMA dan PMDN sudah terealisasi sesuai dengan Perwal tersebut. Namun belum semua
tujuan dari kebijakan tersebut terlaksana dengan baik, seperti belum adanya Satgas untuk rangka pengendalian dan pengawasan BPM Kota Medan. Untuk
mewujudkan target yang sebenarnya kegiatan pengawasan ini merupakan salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan secara dini dengan tujuan dapat
mengetahui sejauhmana pelaksanaan investasi telah di laksanakaan.
2. SOP adalah Standard Operasional Procedure Menurut narasumber yang diwawancarai Bapak Drs. Togap P. Nainggolan
selaku Kepala BPM Kota Medan mengatakan, dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Badan Penanaman Modal Kota Medan,
dipandang perlu untuk lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan. Bahwa
untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja sebagaimana dimaksud pada dipandang perlu menyusun Standard Operating Procedures di lingkungan
Penanaman Modal Kota Medan yang bertujuan untuk menciptakan komitmen apa yang akan dikerjakan oleh satuan unit kerja instansi BPM sendiri dalam rangka
mewujudkan good goveernance. Demikian juga SOP BPM Kota Medan ini
digunakan sebagai pedoman atau acuan untuk menilai pelaksanaan kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator – indikator teknis, administratif dan
prosedural sesuai dengan tata hubungan kerja dalam organisasi yang bersangkutan. Ia juga mengatakan bahwa Peraturan Kepala BKPM No. 14 Tahun
2009 Tentang Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik, sudah dijalankan di Kota Medan. Mengikuti era perkembangan
teknologi yang semakin canggih maka dari itu dibentuk pelayanan pemerintahan dalam BPM Kota Medan selalu melakukan inovasi pelayanannya sehingga harus
sesuai dengan standard operasional prosedur SOP. Ia juga menambahi bahwa yang bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan penanaman modal dikota
Medan adalah Kepala Badan sendiri Namun selaku kepala badan harus mengkoordinir anggota – anggotanya juga. Artinya sebagai pemimpin beliau
mempunyai kewenangan untuk memerintah bawahan. Dalam penentuan tugasnya dilihat dari Perwal 54 tahun 2010 sendiri, khusus bidang pengawasan itu
limpahkan tanggungnya kepada kasubbagnya, lalu kassubag pun memerintahkan kembali bawahannya untuk melakukan kegiatan pengawasan tersebut.
Sedangkan menurut Bapak Emir Mahbob Lubis, S,STP, M.AP selaku
Sekretaris BPM Kota Medan dalam wawancaranya mengatakan BPM sendiri sudah lebih meningkatkan kualitas palayanan dari permasalahan yang berkaitan
dengan penilaian kinerja organisasi publik, SOP dan langkah - langkah menyusun SOP, serta peningkatan akuntabilitas pelayanan publik melalui penerapan SOP.
Dengan adanya SOP ini diharapkan terjadinya peningkatan kinerja dan mutu pelayanan masyarakat oleh Badan Penanaman Modal Kota Medan di mata
masyarakat itu sendiri. Kegunaannya sangat banyak tapi salah satunya untuk mempermudah BPM dalam memberikan pelayanannya kepada stakeholder Kota
Medan baik dilingkungan pemerintahan kecamatan maupun dilingkungan pemerintahan kelurahan. Dalam wawancaranya ia juga menambahkan bahwa
hubungan satuan unit kerja di BPM Kota Medan sangat baik, Karena dalam melakukan rapat untuk pembahasan penanaman modal harus melakukan
demokrasi artinya tidak sepihak saja yang harus didengar. Beliau juga menyampaikan bahwa di BPM Kota Medan belum ada yang namanya petunjuk
pelaksana atau petunjuk teknis BPM Kota Medan, semua kegiatan tertera pada SOP BPM. Ia juga menyampaikan bahwa yang bertanggung jawab dalam
pembinaan dan pengawasan penanaman modal dikota Medan adalah BPM Kota Medan sendiri. Tanggung jawab diberikan Walikota melalui Sekda, kemudian
Sekda memberikan kepada Kepala Badan. Maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan paparan beberapa informan
diatas bahwa BPM Kota Medan telah memiliki SOP Standard Operasional Prosdure dan kegiatannya dilaksankan sesuai dengan SOP yang berjalan. Namun
dalam meningkatkan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan belum ada, berdasarkan kajian lapangan dan memperhatikan tugas dan fungsi BPM Kota
Medan sangat membutuhkan Juklak dan Juknis untuk merumuskan kebijakan penanaman modal yang bersifat lebih teknis sebagai pedoman bagi para aparatur
daerah instansi penanaman modal di Kota Medan.
B Deskripsi Variabel Komunikasi
Dalam variabel komunikasi ini ada beberapa indikator yang dapat dilihat, yaitu indikator :
1. Penyaluran transmisi
Penyaluran informasi komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran
komunikasi yaitu adanya salah satu pengertian miskomunikasi yang disebabkan banyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi,
sehingga apa yang diharapkan terpotong ditengah jalan. Namun dalam penelitian ini bukanitu yang diharapkan, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala BPM
Kota Medan, ia mengatakan bahwa sistem komunikasi yang dilakukan oleh pimpinan dalam menyampaikan kebijakan baru di BPM kota Medan adalah
dengan penyampaian yang sangat baik, mereka selalu mengusahakan agar pegawai BPM mudah dalam menyampaikan sosialiasi dilapangan jika ada
kebijakan baru. Makanya sebelum di sosialisasikan ke investor mereka terlebih dahulu melakukan rapat bersama tentang kebijakan tersebut. Dalam hal
melakukan koordinasi dan pertanggung jawaban BPM melalui Sekretaris Daerah. Sekda melakukan koordinasi dengan BPM, komunikasinya melalui kebijakan –
kebijakan yang dibentuk oleh Kepala Daerah, mereka juga melakukan rapat –
rapat singkat saat ada permaslaahan seputar investasi di Kota Medan
Ditambahi oleh Sekretaris BPM Kota Medan, dalam Perka BKPM No. 14 Tahun 2009 tentang Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara
Elektronik sudah disosialisasikan. Dalam peraturan ini penanaman modal adalah
segala bentuk kegiatan menanam modal baik oleh PMA dan PMDN untuk melakukan usaha di wilayah negara RI. SPIPISE ini adalah sistem elektronik
pelayanan perizinan dan nonperizinan yang terintegrasi antara BKPM dan KementerianLembaga Pemerintah Non Departemen yang memiliki kewenangan
perizinan dan nonperizinan. Portal SPIPISE ini peranti lunak berbasis situs website
yang merupakan gerbang informasi dan pelayanan perizinan dan nonperizinan penanaman modal khusunya di Kota Medan. SPIPISE juga menajdi
tolak ukur yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan dan acuan penilaian kualitas layanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat
dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Menurut beliau peraturan ini bertujuan untuk mengatur penanaman modal,
penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal, serta instansi teknis dalam mengajukan permohonan atau penyelenggaraan perizinan dan nonperizinan
dengan SPIPISE. Selain itu dalam PERKA No.12 Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal sebagai panduan bagi para
penyelenggara PTSP dibidang penanaman modal Kota Medan, para penanam modal, serta masyarakat dalam memahami prosedur pengajuan dan proses
penyelesaian permohonan perizinan dan nonperizinan. Tujuannya adalah untuk terwujudnya kesamaan dankeragaman atas prosedur dan proses penyelesaian
permohonan penanaman modal, memberikan gambaran umum dan kepastian waktu penyelesaian permohonan perizinan dan nonperizinan penanaman modal,
serta tercapainya pelayanan yang mudah, cepat, tepat, dan transparan.
Kesimpulannya adalah kewenangan tentang penyaluran informasi oleh BPM Kota Medan sudah terlaksana dengan baik dalam penyelenggaraan penanaman
modal Kota Medan bagi investor danmasyarakt yang ingin melakukan investasi di Kota Medan.
2. Kejelasan pelaksanaan kebijakan Faktor kedua yang mendukung implementasi kebijakan adalah kejelasan, bahwa
petunjuk – petunjuk pelaksanaan kebijakan tidak hanya harus diterima oelh para pelaksana kebijakan tetapi komunikasi tersebut harus jelas. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Kepala Badan kejelasan dari pelaksanaan kebijakan Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 sudah tertera didalam peraturan tersebut.
mereka juga mengacu pada Perka No 12 tahun 2009 pada Bab IV Penyelengaraan Penanaman Modal bagian kesatu pasal 10, semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan
penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan yang penetapannya diatur dengan peraturan perundang-undangan.
Penanaman modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal harus memperhatikan peraturan perundang – undangan yang menyatakan bidang usaha atau
jenis usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Pada pasal 11, penanaman modal asing harus dalam bentuk PT Perseroan Terbatas berdasarkan hukum Indonesia
dan berkedudukan didalam wilayah negara RI, kecuali ditentukan lain oleh Undang – Undang. Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha
yang berbentuk badan hukum atau usaha perserorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. Pasal 12, penanaman modal wajib melaksanakan
ketentuan – ketentuan dan syarat – syarat yang berlaku untuk kegiatan kegiatan
penanaman modal yang dikeluarkan oleh instansi teknis yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan.
Ditambahkan oleh Kasubbag Pengawasan Kota Medan, mengatakan kejelasan pengawasan BPM Kota Medan mengacu pada Perka BKPM RI No 3 Tahun 2012
tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, maksud pengendalian pelaksanaan penanaman modal adalah melaksanakan pemantauan,
pembinaan, dan pengawasan terhadap terlaksananya pelaksanaan penanaman modal sesuai dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal, tujuannya sendiri
adalah untuk memperoleh data perkembangan realisasi penanaman modal dan informasi masalah dan hambatan yang dihadapi oleh perusahaan., melakukan bimbingan fasilitas
penyelesaian masalah dan hambatan yang di hadapi oleh perusahaan, dan melakukan pengawasan pelaksanaan penanaman modal, penggunaan fasilitas fiskal dan melakukan
tindak lanjut atas hasil pemeriksaan lapangan terhadap perusahaan. Kegiatan kejelasan pengawasan sebagaimana dimaksud pada pasal 3 ayat 1 huruf c dilaksanakan melalui
pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal sebagai tindak lanjut dari, evaluasi atas pelaksanaan penanaman modal berdasarkan perizinan dan nonperizinan yang dimiliki,
adanya indikasi penyimpangan atas ketentuan pelaksanaan penanaman modal, dan pengguna fasilitas pembebasan bea masuk sesuai dengan tujuan pemberian fasilitas
pembebasan bea masuk.
Kemudian dilanjutkan oleh Melky Hutapea, S.Kom sebagai petugas lapangan
dalam melakukan promosi juga dalam melakukan pengawasan pada PMA dan PMDN, ia mengatakan bahwa kejelasan dari adanya kebijakan tersebut adalah memberikan
layanan dan fasilitas gratis saaat pengurusan PMA dan PMDN baru di Kota Medan.
Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap investasi asing maupun daerah, sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh kebijakan investasi yang
berlaku. Dalam kegiatan pembinaan dilaksanakan melalui sosilisasi ketentuan pelaksanaan penanaman modal, pemberian konsultasi pelaksanaan penanaman modal
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan fasilitas penyelesaian masalah – masalah yang dihadapi penanam modal dalam meralisasikan penanaman
modalnya. Sedangkan dalam pengawasan mekanismenya melakukan pengawasan kelokasi proyek dengan memberitahukan terlebih dahulu kepada perusahaan,
pemberitahuan dilakukan paling lambat 5 hari kerja sebelum pelaksanaan pengawasan dilakukan menggunakan surat.
Maka kesimpulannya adalah kejelasan pelaksanaan kebijakan oleh BPM Kota medan harus sesuai dengan perundang – undangan investasi yang berlaku. Sesuai
dengan PERKA No. 3 Tahun 2012 perusahaan yang berkantor pusat diluar daerah lokasi proyek wajib menunjukkan seorang penanggung jawab perusahaan yang terkait
dengan pelaksanaan kegiatan penanaman modal serta wajib memberikan informasi yang diperlukan termasuk LKPM.
3. Konsistensi dalam pelaksanaan kebijakan
Faktor ketiga yang mendukung implementasi kebijakan adalah konsistensi yaitu jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah –
perintah pelaksanaan harus konsisten yang jelas. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, Kepala BPM Kota Medan mengatakan sanksinya sudah dibuat
berdasarkan Perka No 3 Tahun 2012 pada Bab XIII Pasal 26 mengatakan BKPM
sesuai dengan peraturan perizinan dan nonperizinan penanaman modal yang diterbitkannya dapat mengenakan sanksi administrasi kepada perusahaan yang
tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawab serta melakukan penyimpangan terhadap perizinan dan nonperizinan penanaman modal, dan ketentuan
pelaksanaan penanaman modal termasuk penggunaan mesin, barang, dan bahan yang mendapat fasilitas pembebasan bea masuk. Sanksi administratifnya
dilakukan secar bertahap, yaitu peringatan tertulis, tidak dilayani permohonan perpanjangan jadwal pengimporan mesin dan barang dan bahan, tidak dilayaninya
permohonan perubahan daftar induk impor mesin, barang dan bahan, rekomendasi pengurangan kuota impor mesin dan barang dan bahan , pembatasan kegiatan
usaha, pembekuan kegiatan dan usaha dan fasilitas penanaman modal atau pencabutan kegiatan usaha dan fasilitas penanaman modal.
Peneliti mengambil kesimpulan bahwa BPM sendiri sudah benar – benar melakukan reformasi birokrasi di area BPM sendiri. Ini sangat bagus dalam
meningkatkan dan menaikkan investasi di Kota Medan, penciptaan iklim investasi yang kondusif dengan peningkatan infrastruktur, sumber energi, jaminan berusaha
serta keamanan berinvestasi sebagai suatu daya tarik dan kemudahan bagi calon investasi.
Dalam hal inilah dibutuhkan pentingnya leadership yang beribawa dalam menjalankan tujuan nasional khususnya di daerah Kota Medan yakni
mensejahterakan masyarakat. Perlunya kehadiran pemimpin seperti Kepala Badan Penanaman Modal inilah yang mampu bekerja demi kepentingan masayarakat
daerah, karena selain berwawasan nasional ia juga mampu mengayomi para
anggotanya dalam menjalankan tugas masing – masing dengan sebaik – baiknya. Pemimpin seperti ini, akan mampu mengatasi semua distorsi yang terjadi saat
otonomi daerah berjalan. Dalam mendapatkan jawaban pada variabel ini juga dibutuhkan beberapa
indikator yang berhubungan, antara lain :
1. Pengangkatan Birokrasi Dan Insentif
Berdasarkan hasil wawancara dengan sekretaris BPM Kota Medan, ia mengatakan bahwa pejabat yang memiliki dedikasi tinggi bagi kantor instansi
tempat dia bekerja adalah salah satu penting dalam memajukan citra instansi tersebut bagi masyarakat luas. Artinya, semangat dari pemegang otoritas
tesebutlah yang akan membawa dampak positif dalam bidang investasi, khususnya di Kota Medan sendiri. Pemerintah daerah dalam meningkatkan
perekonomian daerahnya dapat memberikan insetif atau kemudahan kepada masyarakat atau investor yang diatur dalam Perda maupun dalam Tupoksi sebuah
instansi pemerintah daerah. Insentif yang dimaksud bukan memberikan suap atau tips, melainkan pemberian dari pemrintah daerah antara lain dalam bentuk
penyedian sarana, prasarana, dan stimulasi, pemberian modal usaha, pemberian bantuan teknis, keringanan biaya dan percepatan perizinan. Hambatan – hambatan
yang diahadapi pemerintah daerah dalam masuknya investasi ke daerah adalah dengan adanya kebijakan otonomi daerah biasanya para investor membandingkan
daerahmana yang paling memberikan keuntungan dan paling memberikan peluang dalam melakukan investasi. Selain melihat adanya peluang bisnis juga
mempelajari berbagai aturan pemerintah daerah tempat tujuan investor akan
melakukan investasi. Dalam hal seperti ini, berhasil tidaknya pelaksanaan penanaman modal daerah tidak saja tergantung kepada kemauan kuat aparatur
pemerintah pusat maupun daerah saja, melainkan terletak juga pada keprakarsaan dan kesungguhan investor dalam melakukan penanaman modal.
Kesimpulannya adalah orang – orang yang berdedikasi tinggilah yang ditempatkan dalam jabatan struktural masing – masing bagian di BPM Kota
Medan. Adapun insentif yang dimaksud tidak lain dan tidak bukan adalah pemberian fasilitas dari pemerintah daerah untuk mempermudah para investor
dalam melakukan perizinan di Kota Medan.
C. Deskripsi Variabel Sumberdaya
Dari variabel sumberdaya ini, peneliti menggunakan 3 indikator dalam
melakukan wawancara yaitu : 1. Sumberdaya manusia personil
Implementasi Kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari sumber
daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia berkaitan dengan keterampilan, dedikasi, profesionalitas, luruhdan kompetensi
dibidangnya, sedangkan kuantitasnya berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumberdaya manusia
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi, sebab tanpa sumberdaya
manusia implementasi kebijakan akan berjalan lambat. Dalam pelaksanaan kebijakan penanaman modal khususnya di bidang pengawasan
Badan Penanaman Modal Kota Medan, jumlah pegawai atau staf di kantor BPM sendiri
sudah memadai dan mencukupi bidangnya masing – masing, dikarenakan pegawai BPM hanya menangani bidang investasi di Kota Medan. Berdasarkan hasil wawancara di
BPM , jumlah pegawai BPM berkisar 100 orang pegawai. Dengan adanya perubahan nomenklatur dari Kantor Penanaman Modal Kota Medan menjadi Badan Penanaman
Modal Kota Medan maka kebutuhan akan personil bidang penanaman modal juga semakin meningkat. Berdasarkan indikator kinerja kunci yang ditetapkan sampai tahun
2015, keterpaduan kebijakan dan program penanaman modal dengan rencana penanaman modal secara regional pada tingkat provinsi dan nasional masih harus terus
ditingkatkan, walaupun secara rata-rata program nasionalregional secara normatif rencana penanaman modal yang ditetapkan telah didasarkan visi, misi dan tujuan Badan
Penanaman Modal. Namun demikian, secara implementatif tidak seluruh agenda prioritas penanaman modal dapat diimplementasikan secara optimal karena keterbatasan
sumber daya yang dikelola. Hal tersebut dapat diamati dari persentase agenda prioritas peningkatan penanaman modal dalam RPJMD yang dapat ditampung dalam RKPD
dalam setiap tahun.Oleh karena itu, kualitas rencana penanaman modal selalu
dipengaruhi konsistensi antara perencanaan dengan penganggarannya. Kualitas rencana penanaman modal selama ini juga tidak terlepas dari dukungan
ketersediaan data dan informasi yang masih terbatas, serta rendahnya program dan kegiatan penyusunan kerangka studi, instrumen analisis, dan studi-studi terapan yang
dilakukan, termasuk koordinasi. Akibat lebih jauh dari keterbatasan-keterbatasan dan faktor-faktor di atas adalah masih relatif rendahnya tingkat pengintegrasian dan
keterpaduan kebijakan, program, kegiatan dan pendanaan antar SKPD dan antara SKPD dengan SKPD lainnya secara hirarki Propinsi-Lembaga Teknis, termasuk masih
lemahnya tolok ukur yang digunakan dalam evaluasi kinerja yang diselenggarakan. Kurangnya pelaksanaan studi-studi terapan yang bersifat strategis dan teknis .
Kesimpulannya adalah sepenuhnya dapat diidentifikasi masalah-masalah fundamental dalam rencana penanaman modal, sehingga berimplikasi sulitnya penerapan pendekatan
kuantitatif dalam memformulasikan sasaran dan program-program penanaman modal secara jelas dan terukur. Kelemahan lainnya adalah masih belum tersusunnya secara
jelas perencanaan yang bersifat lintas SKPD dan perencanaan yang bersifat kewilayahan.
2. Anggaran Budgetary
Anggaran merupakan hal terpenting dalam membantu proses kegiatan atau perencanaan terselenggaranya kegiatan. Menurut hasil wawancara dengan Ibu
Sampur Rosmawati selaku Kasubbag Umum BPM Kota Medan mengatakan
bahwa, dalam beberapa tahun terakhir, berdasarkan laporan realisasi keuangan diketahui tingkat penyerapan dana untuk membiayai berbagai program dan
kegiatan penanaman modal belum sepenuhnya optimal. Dalam tahun 2009, tingkat penyerapan dana belanja langsung Badan Penanaman Modal Kota Medan
Rp. 2.018.119.875,- dari Rp. 2.065.012.500,- sampai akhir tahun anggaran berjalan berakhir mencapai 97,73 persen, namun pada tahun 2010 dana belanja
langsung sebesar Rp. 3.410.374.000,- diprediksi hanya mencapai 87 persen. Relatif belum optimalnya penyerapan belanja daerah tersebut mengakibatkan
realisasi pencapaian sasaran dan target penanaman modal setiap tahunnya juga
relatif belum sepenuhnya optimal. Ia juga menambahi bahwa Kemitraan antara Pemerintah Kota, Swasta, dan Masyarakatdalam meningkatkan pembangunan
ekonomi di Kota Medan tidak dapat bertumpu pada pembiayaan yang bersumber dari APBD, hal ini disebabkan keterbatasan dana yang dimiliki. Oleh sebab itu
perlu adanya peran serta swasta dan masyarakat dalam aktivitas ekonomi. Pemerintah Kota Medan memberikan keleluasaan kepada sektor swasta dan
masyarakat dalam berusaha, namun tetap terpedoman pada RPJP Daerah serta RTRW Kota Medan, sehingga pembangunan di Kota Medan dapat terkoordinasi
dan sinergis. Untuk itu perlu adanya kemitraan antara Pemerintah Kota, swasta dan masyarakat dalam berbagai kegiatan kerjasama yang saling menguntungkan
untuk bersama-sama berkontribusi dalam pembangunan ekonomi di Kota Medan.
Jadi kesimpulannya adalah untuk mengantisipasi hal tersebut pada dasarnya perlu meningkatkan fungsi-fungsi pemantauan, supervisi, pengendalian dan
evaluasi atas rencana kegiatan Badan Penanaman Modal sebagai bagian dari fungsi manajemen sejalan dengan kemajuan, dinamika dan kemajemukan fungsi-
fungsi Sub-Sub SKPD secara fisikruang, dan permasalahan yang cenderung akan semakin kompleks dalam beberapa tahun ke depan.
3. Informasi dan Kewenangan, Fasilitas Sarana dan Prasarana
Informasi dalam implementasi kebijakan berhubungan erat dengan pelaksanaan kebijakan. Informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap
peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. Kewenangan pada umumnya harus bersifat formal agar perintah dapat dilaksanakan secara efektif.
Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam
melaksanakankebijakan yang ditetapkan secara politik. Ketika wewenang tidak ada, maka kekuatan para implementor dimata publik tidak legitimasi, sehingga
dapat menggagalkan implementasi kebijakan. Tetapi dalam konteks lain, ketika wewenang formal tersedia, maka sering terjadi kesalahan dalam melihat
efektifitas kewenangan. Fasilitas, merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi, kapabel, dan
kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung saran dan prasarana maka implementasi kebijakan tersebuttidak akan berhasil.
Berdasarkan hasil wawancara di BPM dengan Bapak Bergman Siahaan, SE,
selaku Kasubbid data dan Informasi mengatakan bahwa dalam meningkat program perlu menyiapkan informasi potensi sumberdaya, sarana dan prasarana
daerah urusan penyelenggaraan penanaman modal. Sasaran dari program ini adalah kajian-kajian potensi sumberdaya yang terkait dan dimiliki oleh Kota
Medan dalam hubungannya dengan penyelenggaraan kegiatan penanaman modal di Kota Medan.Untuk mencapai tujuan dan sasaran program ini dilaksanakan
kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut: a Kajian potensi sumberdaya yang terkait dengan investasi, b Penyusunan data sarana dan prasarana daerahyang
terkait dengan investasi, dan c penyusunan rancangan fasilitasi kemudahan dan insentif penanaman modal. Untuk lebih meningkatkan investasi di kota medan
berbagai langkah dilakukan, yaitu menciptakan efisiensi berusaha dan berinvestasi termasuk konsistensi aturan dan kepastian hukum untuk meminimalisir
ketidakpastian berusaha bagi investasi asing
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam hal kewengan kebijakan daerah tentang penanaman modal, Pemerintah Kota Medan masih terus memantau perkembangan
kebijakan pusat terkait penanaman modal, baik mengenai Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Penanaman Modal maupun kebijakan pemberian insentif
penanaman modal, sehingga kebijakan pusat sejalan dengan kebijakan daerah. Namun berbagai terobosan telah dilakukan Pemerintah Kota untuk dapat menarik
minat investor, mulai dari penyempurnaan pelayanan perizinan investasi sampai kepada pemberian insentif baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.
5.1.2. Deskripsi Hasil Kuesioner
Pada penelitian survei, penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma dalam angka –
angka, tabel – tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Tujuan pokok kuesioner adalah untuk a memperoleh informasi yang
relevan dengan tujuan survei, dan b memperoleh informasi dengan relibialitas dan validitas setinggi mungkin. Mengingat terbatasnya masalah yang dapat
ditanyakan dalam kuesioner, maka senantiasa perlu diingat agar pertanyaan – pertanyaan memang langsung berkaitan dengan hipotesa dan tujuan penelitian
tersebut. Kalau variabel – variabel sudah jelas, maka pertanyaan pun menjadi jelas, ini tentunya berkaitan pula dengan kemampuan teknis pembuatan kuesioner.
Tiap pertanyaan dimasudkan untuk dipakai dalam analisa. Sebelum atau ketika membuat kuesioner, ada baiknya dipelajari kuesioner yang sudah ada dan
relevan dengan topik penelitian yang dilakukan. Ada beberapa jenis pertanyaan kuesioner, yaitu :
a Pertanyaan tertutup ; kemungkinan jawabannya sudah ditentukan dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain.
b Pertanyaan terbuka ; kemungkinan jawaban tidak ditentukan terlebih dahulu dan responden bebas memberikan jawaban.
c Kombinasi terbuka dan tertutup ; jawabannya sudah ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.
d Pertanyaan semi terbuka ; pada pertanyaan semi terbuka, jawabannya sudah tersusun tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban.
Dengan demikian pada kesempatan pembuatan kuesioner penelitian ini, penulis menggunakan jenis kuesioner tertutup, yaitu jawabannya sudah ditentukan dahulu
dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain. Alasan pembuatan kuesioner tertutup ini adalah untuk menjaga privasi responden.
5.1.2.1 Karakteristik Responden 1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah orang Persentase
Laki – Laki 20
66,00
Perempuan 10
34,00
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari tabel 5.1 , diketahui bahwa responden yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 30 orang yang mewakili PMA dan PMDN yang tersebar di daerah –
daerah Kota Medan. Berdasarkan hasil diatas diketahui jenis kelamin laki – laki sebanyak 20 orang 60, dan yan berjenis kelamin perempuan sebanyak 10
orang 40. Dari jumlah dan persentase tersebut terlihat bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki – laki.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jabatan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat jabatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Jabatan Tingkat Jabatan
Jumlah orang Persentase
General Manager -
Manager -
Supervisor 5
17,50 Kepala Cabang
- General affair Bagian
Umum 8
26,40 Staf Administrasi
15 50,50
Marketing 2
7,60
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari data pada tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa 30 responden yang terlibat dalam penelitian berdasarkan tingkat jabatan, yakkni 0 orang 0 sebagai
General Manager, sebanyak 0 orang 0 sebagai Manager, sebanyak 5 orang 10,90 sebagai supervisor, sebanyak 0 orang 0 sebagai Kepala Cabang,
sebanyak 8 orang 12,50 sebagai Bagian Umum, sebanyak 15 orang 66,60, dan sebanyak 2 orang 10,00 sebagai Marketing. Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas jabatan Staf Administrasi yang menjadi responden
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Usaha
Karakteristik responden berdasarkan bidang usaha dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Perusahaan Bidang Usaha
Jumlah perusahaan
Persentase
Industri Kimia 3
10,00 Industri Makanan
3 10,00
Industri B. Logam 1
3,30 Industri Logam Dasar
- Industri Kayu
- Industri Tekstil
- Industri Lainnya
11 36,30
Usaha Jasa 4
13,20 Usaha Perhotelan
4 13,20
Usaha Perkantoran 2
7,60 Usaha Perumahan
- Usaha Konstruksi
2 7,60
Usaha Pert. Tanaman Pangan -
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Data dari tabel 5.3 diatas menunujukkan bahwa 30 responden dalam penelitian ini menunjukkan sebanyak 3 perusahaan industri kimia 10,00, sebanyak 3
perusahaan industri makanan 10,00, sebanyak 1 industri b. logam 3,30, sebanyak 11 industri lainnya 36,30, sebanyak 4 usaha jasa 13,20, sebanyak
4 usaha hotel 13,20, sebanyak 2 usaha perkantor 7,60, dan sebanyak 2 usaha konstruksi 7,60. Hal ini menunjukkan bahwa dominan perusahaan –
perusahaan di Kota Medan kebanyakan perusahaan industri lainnya.
5.1.3. Distribusi Jawaban Responden
Distribusi jawaban responden berdasarkan Kebijakan Pemerintah dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Responden dalam Kebijakan Pemerintah Jawaban
Frekuensi Persentase
Ya 20
66,00 Tidak
- Sangat Tahu
10 34,00
Sangat Tidak Tahu -
Tidak Mau Tahu -
Tidak Menjawab -
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari tabel 5.4 jawaban responden mengenai kebijakan pemerintah dalam hal penanaman modal di Kota Medan sudah terjalin dengan baik, yaitu dapat
dilihat sebanyak 20 orang yang menjawab YaTahu 66,00, dan yang
menjawab sangat tahu sebanyak 10 orang 34,00. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan – kebijakan pemerintah dan LKPM dalam hal penanaman modal di
Kota Medan sudah disosialisasikan dengan baik kepada investor PMA dan PMDN di Kota Medan.
Tabel 5.5 Distribusi Jawaban Responden berdasarkan kepemimpinan kepala BPM Kota Medan
Jawaban Frekuensi
Persentase
Sangat terbuka 9
30,70 Terbuka
10 33,00
Sangat tertutup -
Tertutup -
Biasa saja 11
36,30
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari tabel 5.5 diatas, dapat disimpulkan bahwa jawaban responden mengenai kepemimpinan Kepala BPM Kota Medan, mayoritas beranggapan
bahwa kepemimpinannya biasa saja. Dengan rincian kepuasaan sebanyak 9 perusahaan mengatakan sangat terbuka 30,70, sebanyak 10 perusahaan
mengatakan terbuka 33,00, dan sebanyak 11 perusahaan mengatakan biasa saja 36,30. Hal ini disebabkan karena responden merasa tidak pernah
berkomunikasi langsung dengan Kepala Badan.
Tabel 5.6 Distribusi jawaban responden mengenai pelaksanaan tugas BPM Kota Medan
Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Jawaban Frekuensi
Persentase
Sangat Baik 3
10,90 Baik
18 59,40
Baik Sekali 7
23,10 Tidak Baik
2 6,60
Sangat Tidak Baik -
Total 30
100,00
Dari tabel 5.6 diatas dapat disimpulkan bahwa jawaban responden mengenai pelaksanaan tugas BPM Kota Medan “baik”, dengan rincian sebagai
berikut ; sebanyak 3 perusahaan mengatakan sangat baik 10,90, sebanyak, sebanyak 18 perusahaan menjabawab baik 59,40, sebanyak 7 perusahaan
menjawan baik sekali 23,10, dan sebanyak 2 perusahaan menjawab tidak baik 6,60. Hal ini disebabkan karena ada beberapa perusahaan yang merasa kurang
diperhatikan oleh BPM Kota Medan.
Tabel 5.7 Distribusi jawaban responden mengenai kualitas pelayanan BPM Kota Medan
Jawaban Frekuensi
Persentase
Memuaskan 16
53,80 Sangat memuaskan
12 39,60
Kurang memuaskan 1
3,30 Tidak memuaskan
1 3,30
Sangat tidak memuaskan -
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Berdasarkan data tabel 5.7 diatas disimpulkan bahwa dalam memberikan kualitas pelayanan BPM Kota Medan, sebanyak 16 perusahaan mengatakan
memuaskan 53,80, sebanyak 12 perusahaan mengatakan sangat memuaskan 39,60, sebanyak 1 perusahaan mengatakan kurang memuaskan 3,30,
sebanyak 1 perusahaan mengatakan tidak memuaskan 3,30. Hal ini
disebabkan karena perusahaan tersebut mendapatkan pelayanan terbaik dari BPM Kota Medan.
Tabel 5.8 Distribusi jawaban responden mengenai faktor – faktor pertimbangan dalam melakukan penanaman modal di Kota
Medan
Jawaban Frekuensi
Persentase
Resiko menanam modal 1
3,30 Birokrasi dan Akses Pasar
17 56,10
Transparansi dan Kepastian Hukum 4
13,20 A,B,C benar
8 27,40
A,B,C salah -
Total 30
100,00 Sumber : Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan tabel 5.8 diatas, bahwa mayoritas responde yang menjawab resiko menanam modal sebanyak 1 perusahaan 3,30,sebanyak 17 perusahaan
menjawab birokrasi dan akses pasar 56,10, sebanyak 4 perusahaan menjawab transparansi dan kepastian hukum 13,20, sebanyak 8 perusahaan menjawab
A,B,C, benar 27,40. Hal tersebut menunjukkan bahwa investor lebih memperhatikan birokrasi dan akses pasar dimana ia melakaukan investasi.
Tabel 5.9 Distribusi jawaban responden dalam langkah – langkah yang sudah, sedang, dan akan ditempuh BPM dalam investasi
Jawaban Frekuensi
Persentase
Menyederhanakan proses dan tata cara
LKPM 18
60,40 Memberikan
pembinaan dan pengawasan rutin
5 16,50
Menciptakan pasar yang sangat besar
2 6,60
Stabilitas keamanan yang sangat kurang
3 9,90
A,B,C benar 2
6,60
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner 2015
Dari tabel 5.9 diatas dapat disimpulkan bahwa jawaban responden mayoritas menjawab menyederhanakan proses dan tata cara LKPM sebanyak 18
60,40, memberikan pembinaan dan pengawasan rutin sebanyak 5 perusahaan 16,50, menjawab menciptakan pasar yang sangat besar sebanyak 2 perusahaan
6,60, menjawab stabilitas keamanan yang kurang sebanyak 3 perusahaan 9,90, dan sebanyak 2 perusahaan 6,60 menjawab A,B, C benar. Hal
tersebut menggambarkan bahwa BPM lebih mengutamakan penyederhanaan proses dan tata cara LKPM.
Tabel 5.10 Distribusi jawaban responden dalam peningkatan produktivitas PMA dan PMDN oleh BPM Kota Medan
Jawaban Frekuensi
Persentase
Sering 6
20,80 Sering sekali
5 16,50
Jarang 11
36,30 Kadang – kadang
8 26,40
Tidak pernah -
-
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner 2015
Berdasarkan tabel 5.10 diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas yang menjawab sering sebanyak 6 20,80, sebanyak 5 perusahaan menjawab sering
sekali 16,50, sebanyak 11 perusahaan menjawab jarang 36,30, sebanyak 8 perusahaan menjawab kadang – kadang 26,40. Hal tersebut disebabkan karena
perusahaan jarang menerima masukan atau motivasi dari BPM Kota Medan sendiri.
Tabel 5.11 Distribusi jawaban responden dalam komunikasi pembinaan dan pengawasan BPM Kota Medan
Jawaban Frekuensi
Persentase
Terbuka 20
66,00 Tertutup
- Sharing
4 14,20
Demo -
Sosialisasi 6
20,80
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari data tabel 5.11 diatas, dapat disimpulkan bahwa jawab responden mayoritas menjawab terbuka sebanyak 20 perusahaan 66,00, sebanyak 4
perusahaan menjawab sharing 14,20, dan sebanyak 6 perusahaan menjawab sosialisasi 20,80. Hal tersebut disebabkan karena responden merasa
komunikasi yang disampaikan sangat baik.
Tabel 5.12 Distribusi jawaban responden dalam realisasi hukum secara konkrit
Jawaban Frekuensi
Persentase
Ya 8
26,40 Tidak
9 29,70
Sangat 5
16,50 Sangat tidak tahu
6 20,80
Tidak mau tahu 2
6,60
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari data tabel 5.12 diatas disebutkan bahwa yang menjawab ya sebanyak 8 perusahaan 26,40, sebanyak 9 perusahaan menjawab tidak 29,70,
sebanyak 5 perusahaan menjawab sangat 16,50, sebanyak 6 perusahaan menjawab tidak tahu 20,80, dan sebanyak 2 perusahaan menjawab tidak mau
tahu 6,60. Hal tersebut disebabkan karena responden beranggapan bahwa BPM dan BKPM kurang memperhatikan masalah hukum PMA dan PMDN.
Tabel 5.13 Distribusi jawaban responden mengenai tindakan BPM dalam pembinaan dan pengawasan PMA dan PMDN
Jawaban Frekuensi
Persentase
Tepat 10
33,33 Tidak Tepat
2 6,66
Sangat Tepat 15
50,00
Sangat Tidak Tepat -
- Tidak Mau Tahu
3 9,99
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.13 diatas, dapat dilihat bahwa responden banyak menjawab sangat tepat yaitu 15 perusahaan 50, menjawab tepat sebanyak 10 perusahaan
33,33, menjawab tidak mau tahu sebanyak 3 perusahaan 9,99, dan yang menjawab tidak tepat sebanyak 2 perusahaan 6,66. Dapat disimpulkan bahwa
pembinaan dan pengawasan yang dilakukan BPM sudah sangat tepat baik perusahaan.
Tabel. 5.14 Distribusi jawaban responden mengenai jumlah pegawai WNA maupun WNI
Jawaban Frekuensi
Persentase
BKPM Pusat -
-
BKPM Provinsi 5
17,00 BPM Kota Medan
- -
Perusahaan 20
66,00 Pemerintah Kota Medan
5 17,00
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.14 dapat dilihat dalam menentukan jumlah pegawai didalam PMA dan PMDN, responden banyak menjawab ditentukan oleh BKPM Pusat 5
17,00 dan yang menjawab ditentukan oleh perusahaan, yaitu 20 perusahaan 66,00, sedangkan yang menjawab ditentukan oleh BKPM Provinsi dan
Pemerintah Kota Medan masing-masing 5 perusahaan 17,00. Dapat disimpulkan dalam menentukan jumlah pegawai asing dan Indonesia, perusahaan
memiliki kewenangan sendiri untuk menetapkannya.
Tabel 5.15 Distribusi jawaban responden mengenai kualitas BPM dalam pembinaan dan pengawasan PMA dan PMDN
Jawaban Frekuensi
Persentase
Baik 8
27,40 Cukup Baik
7 23,10
Sangat Baik 10
33,00 Kurang
5 16,50
Sangat Tidak Baik -
-
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.15 dapat dilihat jawaban responden terhadap kualitas pelayanan yang diberikan BPM dalam bidang pembinaan dan pengawasan,
sebanyak 10 33,00 perusahaan menjawab sangat baik, menjawab baik
sebanyak 8 perusahaan 27,40, 7 perusahaan menjawab cukup baik 23,10 dan sebanyak 5 perusahaan menjawab kurang 16,50. Dapat disimpulkan
bahwa pelayanan BPM dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sangat baik.
Tabel 5.16 Distribusi jawaban responden mengenai peraturan yang menyulitkan PMA dan PMDN
Jawaban Frekuensi
Persentase
Ya -
- Tidak
8 26,40
Sangat -
- Sangat Tidak Tahu
12 40,60
Tidak Mau Tahu 10
33,00
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.16 dapat dilihat bahwa 12 perusahaan menjawab sangat tidak tahu 40,60, 10 perusahaan menjawab tidak mau tahu 33,00, dan 8
perusahaan yang menjawab tidak 26,40. Dapat disimpulkan tidak adanya aturan yang tidak formal yang menyulitkan PMA dan PMDN.
Tabel 5.17 Distribusi jawaban responden mengenai sarana dan prasarana PMA dan PMDN
Jawaban Frekuensi
Persentase
Sudah 6
19,80 Belum
4 13,20
Belum Sama Sekali 2
6,60 Sebagian
8 27,40
A, B, dan C Salah 10
33,00
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.17 dapat dilihat bahwa sebanyak 10 perusahaan menjawan A, B,dan C Salah 33,00, 8 perusahaan menjawab sebagian 27,40, 6
perusahaan menjawab sudah 19,80, 4 perusahaan menjawab belum 13,20 , dan 2 perusahaan menjawab belum sama sekali 6,60. Dapat disimpulkan
bahwa tidak adanya sarana dan prasarana yang diberikan oleh pihak BPM terhadap PMA dan PMDN.
Tabel 5.18 Distribusi jawaban responden mengenai investasi dalam melakukan PMA dan PMDN
Jawaban Frekuensi
Persentase 500 Juta
- -
500 Juta ≥ 1 Milyar
- -
1 Milyar ≥ 2 Milyar
2 6,60
2 Milyar
≥ 5 Milyar
10 33,00
5 Milyar ≥ 1 Triliun
18 60,40
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.18 dapat dilihat bahwa terdapat 18 perusahaan menjawab investasi sebesar 5 Milyar
≥ 1 Triliun 60,40, 10 perusahaan menjawab 2 Milyar
≥ 5 Milyar 33,00 , dan 2 perusahaan menjawab 1 Milyar ≥ 2
Milyar6,60. Dapat disimpulkan bahwa investasi perusahaan sebesar 5 Milyar ≥ 1 Triliun.
Tabel 5.19 Distribusi jawaban responden mengenai sikap pelaksana tugas BPM
Jawaban Frekuensi
Persentase
Baik 12
39,60 Cukup
10 33,00
Sangat Baik 3
9,90 Kurang
5 17,50
Sangat Tidak Baik -
-
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.19 dapat dilihat penilaian sikap pelaksana tugas BPM berdasarkan jawaban responden, sebanyak 12 perusahaan menjawab baik
39,60, 10 perusahaan cukup 33,00, 5 perusahaan menjawab 17,50 dan
3 perusahaan menjawab sangat baik 9,90. Dapat disimpulkan bahwa sikap dari pelaksana tugas dinilai baik.
Tabel 5.20 Distribusi jawaban responden mengenai pungutan liar Jawaban
Frekuensi Persentase
Ya -
- Tidak
18 60,40
Sangat -
- Sangat Tidak Tahu
5 16,50
Tidak Mau Tahu 7
23,10
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.20 dapat dilihat 18 perusahaan menjawab tidak 60,40, 7 perusahaan menjawab 23,10 dan 5 perusahaan menjawab 16,50. Dapat
disimpulkan bahwa tidak adanya pungutan liar yang diminta oleh pelaksana tugas.
Tabel 5.21 Distribusi jawaban responden mengenai hambatan dalam proses pembinaan dan pengawasan BPM
Jawaban Frekuensi
Persentase
Insentif Pajak 6
20,00 Perundang-Undangan
21 70,00
Sikap Pelaksana Tugas -
- A, B, dan C Benar
3 10,00
A, B, dan C Salah -
-
Total 30
100,00 Sumber
: Hasil Kuesioner Tahun 2015
Dari Tabel 5.21 dapat dilihat bahwa hambatan yang dihadapi PMA dan PMDN berdasarkan jawaban responden yaitu sebanyak 21 perusahaan menjawab
perundang-undangan 70,00, 6 perusahaan menjawab insentif pajak 20,00, dan 3 perusahaan menjawab A, B, dan C benar 10,00. Dapat disimpulkan
bahwa, perundang-undangan merupakan faktor penghambat yang dihadapi PMA dan PMDN.
5.2. Deskripsi Data Sekunder