tertentu. Langkah terakhir dalam menyusun kesimpulan adalah menjelaskan mengenai arti dan akibat – akibat tertentu dari kesimpulan – kesimpulan itu secara
teoritik maupun praktis. Setelah menutup kesimpulan penulis dapat memberikan saran atau
rekomendasi guna penelitian lebih lanjut maupun saran – saran yang lebih praktis atau berfaedah secara riil. Seperti halnya kesimpulan dalam menyusun saran
hendaknya penulis tidak menyarankan sesuatu yang tidak mempunyai dasar atau keterkaitan dengan pembahasan yang dikemukakan. Dengan kata lain, saran
hanyalah berisi alternatif yang diajukan penulis agar permasalahan yang ada dapat dipecahkan sebaik – baiknya dan sesuai dengan tujuan yang telah disebutkan
dalam tujuan penelitan.
7.1. Kesimpulan Proses Pelaksanaan Kebijakan Peraturan Walikota Nomor 54 Tahun
2010 tentang Tugas Pokok dan Fungsi BPM Kota Medan Dalam Pengawasan Penanaman Modal Kota Medan. Sesuai dengan Perwal tersebut Badan
Penanaman Modal BPM Kota Medan, merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah, yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan
dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Medan melalui Sekretaris Daerah. Badan Penanaman Modal mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan daerah di bidang penanaman modal.
Untuk menjalankan tugasnya sebagai pelaksana pengawasan penanaman modal PMA dan PMDN di Kota Medan melalui ketentuan penanaman modal
secara tidak langsung ataupun dengan melakukan pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal secara langsung . Dalam melaksanakan pengawasan, tugas
dan tanggung jawab yang dilakukan oleh Badan Penanaman Modal Kota Medan adalah melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan- perusahaan terkait dengan
bentuk dan pemeriksaan apa yang di butuhkan, namun terlebih dahulu diberitahukan kepada perusahaan dilengkapi dengan surat tugas dari unit teknis
terkait. Ini tidak terlepas dari peran koordinasi BPM Kota Medan dengan instansi –
instansi terkait, dalam hal ini peneliti membatasi instansi – instansi terkait. Peneliti hanya ingin mengetahui fungsi koordinasi BPM Kota Medan dengan
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Maksud dan tujuan peneliti adalah untuk mengetahui berapa sumbangsi perusahaan – perusahaan penanam modal terhadap
kas daerah, ini dilihat secara garis besarnya saja yaitu dengan mengetahui PBB perusahaan PMA dan PMDN di Kota Medan.
Berdasarkan data yang didapat dilapangan peneliti menyimpulkan bahwa setiap tahunnya PBB perusahaan PMA dan PMDN meningkat, ini dibuktikan oleh
data sekunder yang didapat peneliti dari DISPENDA Kota Medan.
1. Variabel – variabel yang mempengaruhi Proses Pelaksanaan Perwal No. 54 Tahun 2010 Dalam Penagawan BPM Kota Medan, antara lain sebagai
berikut :
a Karakteristik Pelaksanaan Kebijakan, tujuan kebijakan dan perubahan yang diinginkan oleh Perwal tersebut sudah terealisasi dengan baik, ini
dapat dilihat dari renstra BPM Kota Medan sendiri. Kebijakan – kebijakan tentang pengawasan di BPM Kota Medan sudah disosialisasikan ke
perusahaan – perusahaan PMA dan PMDN yang ada di Kota Medan. Walupun beberapa perusahaan kurang peduli atau kurang perhatian
terhadap kebijakan – kebijakan baru tentang investasi, namun BPM Kota Medan sendiri tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai pelaksana
teknis pemerintah daerah. Standard Operating Procedures
SOP di Lingkungan Badan Penanaman Modal Kota Medan merupakan acuan bagi pegawai di lingkungan Badan
Penanaman Modal Kota Medan dalam melaksanakan proses manajemen dan pemberian pelayanan, baik kepada pihak internal maupun eksternal.
Penyusunan Standard Operating Procedures SOP Badan Penanaman Modal Kota Medan ini masih terdapat banyak kekurangan, namun dalam
hal ini BPM Kota Medan telah berusaha sebaik mungkin yaitu telah mendatangkan narasumber yang khusus dari LAN dan juga sangat
membantu dalam proses pembuatan SOP ini. b Variabel Komunikasi, sosialisai yang dilakukan baik sosialisasi kebijakan
baru maupun perubahan – perubahan terkait masalah investasi di Kota Medan disampaikam sesegera mungkin ke PMA dan PMDN. Variabel
kedua ini juga mensinergikan antara BPM dan PMA atau PMDN dalam melakukan urusan – urusan dibidang investasi.
c Variabel sumberdaya ini dalam melakukan pengawasan terhadap PMA dan PMDN sudah cukup memadai, artinya pegawai – pegawai yang
ditugaskan untuk melakukan pengawasan ke lapangan sudah cukup. Walaupun berdasarkan jenjang pendidikan, golongan dan pangkat telah
mencukupi namun kualitas aparatur yang ada masih belum memadai, oleh sebab itu dibutuhkan evaluasi, reposisi dan peningkatan ketrampilanskill
di bidangnya masing-masing karena mengingat tupoksi Badan Penanaman Modal sangat kompleks dan memerlukan keahlian tersendiri sehingga
diharapkan peran Badan Penanaman Modal yang lebih besar guna melakukan fasilitasi kerjasama, promosi potensi investasi dan pembinaan
serta pengawasan PMDN dan PMA di Kota Medan.Selanjutnya, dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya di bidang penanaman
modal, Badan Penanaman Modal Kota Medan didukung oleh ketersediaan perlengkapan kerja yang cenderung semakin memadai. Anggaran untuk
BPM sendiri sudah direalisasikan untuk kebutuhan masing - masing sub bidang sesuai kebutuhannya.
d Variabel disposisi, pelayanan publik yang diberikan instansi Pemerintah dalam hal ini khususnya Badan Penanaman Modal Kota kepada
masyarakat merupakan perwujudan fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat. Pada era otonomi daerah, fungsi pelayanan publik menjadi
salah satu fokus perhatian dalam peningkatan kinerja instansi pemerintah daerah. Oleh karenanya secara otomatis berbagai fasilitas pelayanan publik
harus lebih didekatkan pada masyarakat, sehingga mudah dijangkau oleh
masyarakat. Tentu saja langkah ini bukanlah hal baru bagi pemerintahan BPM Kota Medan, BPM sudah dengan sendiri memberikan berbagai
insentif kepada investor yang melakukan investasi di Kota Medan yaitu dengan tidak membiarkan pembirian tips atau uang sogokan untuk
memperlancar proses kegiatan investasi, namun memberikan kemudahan dalam menyusun administrasi investasi, semua itu diberikan secara gratis.
7.2 Saran – Saran