permasalahan dalam penelitian yang telah direncanakan sebelumnya dan hendak dilakukan penelitian. Objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data disebut populasi. Namun dalam kegiatan penelitian untuk menjangkau keseluruhan dari objek tersebut tidak mungkin dilakukan. Untuk
mengatasinya dipergunakan teknik sampling yaitu prosedur untuk mendaptkan dan mengumpulkan karakteristik yang berada didalam populasi meskipun data itu
tidak diambil secara keseluruhan melainkan hanya sebagian saja. Dan bagian dari populasi tersebut disebut sampel yang dianggap dapat mewakili populasinya.
Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian. Populasi memiliki beberapa sifat yang membingungkan maka dari itu peneliti harus
membuat batasan yang tegas terhadap setiap objek yang menjadi populasi penelitiannya. Pembatasannya harus berpedoman terhadap tujuan dan
permasalahan penelitian
1
Setalah melakukan penelitian, diketahui bahwa untuk tahun 2014 permutkhiran data PMA dan PMDN Kota Medan berjumlah 178 investor PMA
. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah investor yang ada di Badan Penanaman Modal Kota Medan.
3.3.2. Sampel
Metode sampling adalah menata berbagai teknik dalam penarikan atau pengambilan sampel penelitian, untuk itu peneliti menggunakan teknik
probability sampling design . Yaitu tidak adanya deskriminasi terhadap unit
populasi yang satu dengan yang lainnya. Karena semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.
1
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial : Format – Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya : Airlangga University Press, 2001, hlm. 101 - 103
dan PMDN. Menurut Arikunto 2005: 91 jika jumlah anggota subjek dalam populasi kurang dari 200 orang, maka dapat ditentukan sampel sebanyak kurang
lebih 25 – 30 dari jumlah tersebut. Maka, penulis menentukan jumlah sampel dari populasi sebagai responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang.
3.4. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian Bungin, 2007:108. Ia
berpendapat bahwa terdapat dua cara memperoleh informan penelitian yaitu key person
dan snowball sampling . 1. Informan kunci key person : merupakan mereka yang mengetahui dan
memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Badan
Penanaman Modal Kota Medan dan atau Sekretaris Badan Penanaman Modal, Kepala Sub Bidang Pengawasan dan Pembinaan Badan Penanaman Modal Kota
Medan, dan Kepala Sub Bagian yang dapat memberikan informasi berhubungan dengan penelitian.
2. Informan utama : merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun informan utama penelitian ini adalahstaf atau tim
teknis yang bertugas dalam pembinaan dan pengawasan di Badan Penanaman Modal Kota Medan.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk dapat menjaring data ketika penelitian, maka diperlukan beberapa cara yang relevan dalam mencapai tujuan penelitian, yaitu studi lapangan, studi
kepustakaan dan bahan visual.
3.5.1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur. Literatur ini dilakukan guna untuk melengkapi data yang berhubungan dengan
penelitian ini. Literatur - literatur tersebut meliputi buku-buku teori, artikel, laporan penelitian, opini dari surat kabar, majalah dan dari media online.
3.5.2. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data-data dari lokasi penelitian dan selanjutnya data yang didapat disebut dengan data primer. Teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data primer ini adalah : •
Wawancara atau interview adalah cara yang dipergunakan seseorang
untuk tujuan suatu tugas tertentu misalnya penelitian untuk mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden atau
informan dengan cara bercakap-cakap, berhadapan muka dengan orang yang diwawancarai. Pertanyaan-pertanyaan awal dengan informasi penting
yang dibutuhkan untuk memahami kondisi objektif sangat efektif dengan melakukan metode wawancara. Metode ini dapat mendekatkan diri secara
emosional dengan informan, selain wawancara itu data-data otentik dari sudut pandang emik emic view juga dapat dimulai wawancara.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam
depthinterview dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman
wawancara interview guide yang berhubungan dengan masalah penelitian serta daya ingat dan catatan kecil.
•
Kuesioner Angket
Kuesioner angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk menggali data sesuai dengan permasalahan penelitian
dilapangan. Kuesioner juga merupakan alat pengumpul data, karena kuesioner diajukan pada responden dalam bentuk tertulis didampaikan
secara langsung ke alamat responden, dll.
3.5.3. Bahan visual
Sebagai bahan informasi sekunder, saya akan mengggunakan dokumentasi visual untuk lebih menguatkan data dari hasil observasi dan wawancara. Bahan
atau peralatan yang digunakan untuk mendukung dokumen visual ini disajikan dalam bentuk foto. Gambar visual foto yang dihasilkan sebagai bukti yang dapat
dilihat oleh semua orang dan sebagai data pelengkapnya yang paling akhir.
3.6. Teknik Analisis data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat
2
, yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari prespektif partisipan
3
2
Soejono dan H. Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hal. 21
3
Basrowi dan Suwandi, Memahami Metode Penelitian Kualitatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hal. 23
. Artinya pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis
terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Melalui metode analisis data ini, peneliti berusaha menguji kemampuan bernalar dalam mengelaborasikan
fakta, data dan informasi yang diperoleh. Selanjutnya peneliti menganalisisnya sehingga dapat menghasilkan informasi kebenaran dari setiap yang ada dalam
penelitian ini. Salah satu tahapan dalam penelitian ini berupa kuesioner, proses hasil wawancara, dokumen yang terkumpul, analisis bersifat terbuka, open ended
dan induktif. Maksudnya analisis bersifat longgar, tidak kaku, dan tidak statis, analisis boleh berubah kemudian mengalami perbaikan, dan sejalan dengan data
yang masuk Endrawarta, 2006;179 . Proses analisis data dilakukan terus menerus baik di lapangan maupun setelah di lapangan. Analisis dilakukan dengan
cara mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan mengkategorikan data. Kemudian dicari tema yang menjadi fokus penelitian,
fokus penelitian ini diperdalam melalui kuesioner, dan wawancara.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Kota Medan
4.1.1. Sejarah Singkat Kota Medan
Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu
gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata. Brastagi didaerah dataran tinggi Karo,
objek wisata Orangutan di Bukit lawang, Danau Toba.
Medan didirikan oleh Guru PatimpusSembiring Pelawi pada tahun 1590. Jhon Anderson,
orang Eropa yang pertama mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan Kampung ini berpenduduk
200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan – sampan
pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta
Sultan Deli pindah ke Medan Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting diluar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan
perkebunan secara besar – besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputera, dan seorang Tionghoa.
Diakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa
sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari
mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang
– orang Tionghoa bekas buruh kemudian didorong untuk mengembnagkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau,
Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan ulama.
Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25
tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luar hampir delapan belas kali lipat.
4.1.2. Keadaan Geografis Kota Medan
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar atau 3,6 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota kabupaten
lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30’ - 3° 43’
Lintang Utara dan 95° 35’ - 98° 44’ Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara danberada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas
permukaan laut.
Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut ;
Tabel 4.1 Batas Wilayah Kota Medan Utara
Selat Malak Selatan
Kabupaten Deli Serdang
Barat Kabupaten Deli Serdang
Timur Kabupaten Deli Serdang
Sumber : Pemko Medan 2010
Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada tahun 1951, Walikota
Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59
Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66IIIPSU tanggal 21 September
1951, agara daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota
Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administarsi yang
sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 1402271PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran
Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasrkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.222271.K1996
tanggal 30 September 1996 Tentang Pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 35 Tahun 1992 Tentang Pembentukan beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali,
dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan, yakni :
Tabel 4.2 Kecamatan dan Kelurahan di Kota Medan
NO. KECAMATAN KELURAHAN
1. Medan Tuntangan
9 Kelurahan 2.
Medan Johor 6 Kelurahan
3. Medan Amplas
8 Kelurahan 4.
Medan Denai 5 Kelurahan
5. Medan Area
12 Kelurahan 6.
Medan Kota 12 Kelurahan
7. Medan Maimun
6 Kelurahan 8.
Medan Polonia 5 Kelurahan
9. Medan Baru
6 Kelurahan 10.
Medan Selayang 6 Kelurahan
11. Medan Sunggal
6 Kelurahan 12.
Medan Helvetia 7 Kelurahan
13. Medan Petisah
7 Kelurahan 14.
Medan Barat 6 Kelurahan
15. Medan Timur
11 Kelurahan 16.
Medan Perjuangan 9 Kelurahan
17. Medan Tembung
7 Kelurahan 18.
Medan Deli 6 Kelurahan
19. Medan Labuhan
7 Kelurahan 20.
Medan Marelan 4 Kelurahan
21. Medan Belawan
6 Kelurahan
Sumber : Pemko Medan 2010
4.1.3. Keadaan Demografis Kota Medan
Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman plural adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter
sebagian besar penduduk kota Medan yang bersifat terbuka. Secara demografis, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografis.
Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran
dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fikir masyarakat dan
perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan
kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran dan kematian ini disebabkan oleh banyak
faktor, antara lain perubahanpola fikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi.
Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk
mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga
cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.
Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.
Menurunnya tingkat kelahiran fertilitas dan tingkat kematian mortalitas , meningkatnya arus perpindahan antara daerah migrasi dan proses urbanisasi,
termasuk arus ulang balik commuters , mempengaruhi kebijakan kependudukan yang di terapkan.
4.1.4. Pemerintah Kota Medan
Pemerintah Kota Medan adalah Walikota Medan dan perangkat daerah yang ditetapkan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pemerintahan
daerah merupakan penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Kota Medan dan DPRD Kota Medan, menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas - luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai daerah otonom, urusan pemerintahan
daerah yang diselenggarakan Pemerintah Kota Medan sampai tahun 2009, merupakan kewenangan yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan
wajib seperti pendidikan dan urusan pilihan seperti pertanian dalam arti luas, perindustrian dan perdagangan diselenggarakan Pemerintah Kota Medan bersama
- sama dengan DPRD Kota Medan. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah, Pemerintah Kota Medan dan DPRD Kota Medan memiliki
hubungan dengan Pemerintah dan Pemerintahan lainnya, meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan
sumber daya lainnya sehingga menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan antar susunan pemerintahan. Dalam bentuk hubungan keuangan,
maka Pemerintah Kota Medan sampai tahun 2009 menerima sumber - sumber keuangan daerah dalam bentuk dana perimbangan, dan pinjaman dan atau hibah
dari pemerintahan tingkat atasan. Dalam kaitannya dengan bidang pelayanan umum, Pemerintah Kota Medan
menyelenggarakan 1 Standar pelayanan minimal, 2 Kerjasama antar pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan pelayanan umum, dan 3
Pengelolaan perizinan bidang pelayanan umum yang menjadi kewenangannya.
Sedangkan dalam hubungan bidang pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya, Pemerintah Kota Medan menyelenggarakan ;
• Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang menjadi
kewenangan Pemerintah Kota Medan. •
Menerima bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
• Penyerasian lingkungan dan tata ruang serta rehabilitasi lahan
• Mengelola sumber daya di wilayah laut, seperti pengaturan administrative,
tata ruang, penegakan hukum, dan lain - lain. Penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, yang merupakan hak dan
kewajiban pemerintahan daerah, diwujudkan dalam bentuk rencana kerja pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja dan
pembiayaan daerah yang dikelola dalam sistem pengelolaan keuangan daerah secara efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib, adil, patut, dan taat pada
peraturan perundang - undangan. Beberapa fungsi utama Pemerintah Kota Medan bersama - sama DPRD Kota Medan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang
diselenggarakan adalah : •
Fungsi pengaturan •
Fungsi pelayanan umum •
Fungsi pembangunan kota •
Fungsi perwakilan dalam berinteraksi dengan pemerintahan tingkat atasan •
Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota
4.1.5. Sumber Daya Kota Medan
Pembangunan sumber daya manusia mempunyai banyak dimensi dan keterkaitan. Keterkaitan itu tidak hanya dengan kepentingan tenaga kerja tetapi
juga terkait dengan kepentingan pengusaha, pemerintah dan masyarakat. Untuk itu diperlukan pengaturan yang menyeluruh dan komprehensif, antara lain
mencakup pengembangan sumber daya manusia, peningkatan produktivitas dan daya saing kerja, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan
tenaga kerja dan pembinaan hubungan industrial. Pembinaan hubungan industrial sebagai bagian dari pembangunan ketenagakerjaan harus diarahkan untuk terus
mewujudkan hubungan yang harmonis, dinamis dan berkeadilan. Dimensi lainnya yang sering diamati dari masalah ketenagakerjaan adalah
tingkat angka pengangguran. Masalah pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan daerah menurun dan tingkat kemakmuran masyarakat rendah sehingga
merupakan masalah pokok makro ekonomi.
Tabel 4.3Indikator Ketenagakerjaan di Kota Medan Tahun 2005 – 2009 Jenis Indikator
Tahun 2005
2006 2007
2008 2009
Angkatan kerja 870.480
889.352 853.562
959.309 961.410
- Bekerja 744. 260 755.882
729.892 125.477
137.160
- Pengangguran 126.220
133.470 123.670
125.477 137.160
Bukan Angkatan Kerja 771.930
540.142 602.648
573.562 593.726
Sumber : BPS Kota Medan 2009
Indikator ketenagakerjaan diperoleh dari penduduk usia 15 tahun ke atas yang dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu penduduk yang termasuk angkatan kerja
dan penduduk bukan angkatan kerja. Penduduk angkatan kerja terdiri dari mereka
yang bekerja dan yang menganggur. Sedangkan penduduk bukan angkatan kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya.
Jika dilihat dari tahun 2005 - 2009, jumlah penduduk kota Medan yang bekerja terus mengalami peningkatan, pada tahun 2005 penduduk yang bekerja sebesar
744.260 jiwa dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 824.250 jiwa. Demikian juga dengan penduduk bukan angkatan kerja. Secara rata - rata angkat kerja yang
bekerja untuk tahun 2005 - 2009 adalah sebanyak 785.964 jiwa dan pengangguran sebanyak 129.944 jiwa.
Tingkat Pengangguran Terbuka TPT dari 12,48 persen tahun 2005 turun menjadi 12,27 persen tahun 2009. Masih relatif tingginya TPT lebih diakibatkan
oleh laju pertumbuhan angkatan kerja yang jauh melampaui laju pertumbuhan kesempatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK dari 66,91 persen
tahun 2005 turun menjadi 61,82 persen pada tahun 2009. Menurunnya TPAK disebabkan sebahagian angkatan kerja cenderung memilih untuk meneruskan
pendidikan guna mendapatkan keterampilan dan keahlian yang semakin baik sehingga menunda sementara untuk bekerja.
4.2. Gambaran Umum Badan Penanaman Modal Kota Medan 4.2.1. Sejarah Singkat Badan Penanaman Modal Kota Medan
Gambar 4.1. Kantor Badan Penanaman Modal Kota Medan Sumber : Kantor Badan Penanaman Modal Kota Medan 2015
Sehubungan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan, terjadi perubahan nomenklatur instansi penanaman modal dari Kantor Penanaman Modal Daerah
KPMD menjadi Badan Penanaman Modal Kota Medan BPM yang diresmikan pada tanggal 31 Juli 1991, juga telah berpindah alamat yaitu dari Jl.
Raden Saleh No. 7 Medan ke Jl. Jendral. A. H. Nasution No. 112 Medan. Badan tersebut dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Adapun yang menjadi visi dan misi Badan Penanaman Modal Kota Medan
adalah sebagai berikut :
4.2.2 Visi Badan Penanaman Modal Kota Medan
Berdasarkan tantangan, masalah, kondisi, potensi, dan tujuan pembangunan yang ingin diwujudkan, visi pembangunan Pemerintah Kota Medan dalam rangka
menengah 2011 – 2015 adalah “ Mewujudkan Medan Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli, sejahtera “.
Berdasarkan visi Walikota Medan maka visi Badan Penanaman Modal Kota Medan adalah :
“ Mewujudkan Kota Medan Sebagai Kota Metropolitan Yang Berdaya Saing Dengan Iklim Investasi Yang Menarik dan Kondusif “
Demi mendukung perwujudan kota metropolitan yang modern dalam hal ini adalah menyangkut kota jasa, perdagangan dan keuangan yang siap bersaing
secara regional dan global dengan dukungan infrastruktur sosial ekonomi yang lengkap, pondasi perekonomian yang kuat, tata pemerintahan yang baik,
peningkatan sumberdaya manusia, serta penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan dilakukannya hal ini dapat tercapai visi dari Walikota Medan.
Secara umum penenaman modal membutuhkan daya iklim usaha yang kondusif dalam membentuk daya tarik investasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi iklim usaha antara lain perekonomian daerah, infrastruktur fisik, kondisi sosial politik, tenaga kerja dan institusi. Berikut penjelasannya :
1 Perekonomian Daerah Kestabilan perekonomian daerah dalam meningkatkan iklim yang kondusif,
pertumbuhan ekonomi daerah merupakan salah satu indikator dalam menilai perekonomian daerah.
2 Infrastruktur Fisik Infrastruktur merupakan faktor pendukung kelancaran kegiatan usaha.
Ketersediaan kualitas infrastruktur baik dalam hal ketersediaan jalan, pelabuhan laut, pelabuhan udara, sarana komunikasi dan ketersediaan listrik
berpengaruh bagi kelancaran kegiatan usaha didaerah. 3 Kondisi Sosial Politik
Salah satu faktor yang mempengaruhi sosial politik adalah keamanan dan budaya setempat. Investor membutuhkan keamanan terhadap aktivitas usaha
mereka, keamanan terhadap masyarakat dilingkungan sekitar tempat kegiatan usaha dan kualitas aparat keamanan dalam menangani gangguan keamanan
ketertiban umum serta jaminan dan perlindungan keamanan yang dapat diberikan oleh aparat keamanan daerah.
4 Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dimaksud dalam hal ini merupakan tenaga kerja usia
produktif dan memiliki keahlian serta produktifitas tenaga kerja. Dengan ketersedian tenaga kerja serta melalui peningkatan iklim tenaga kerja dapat
mempengaruhi iklim penanaman modal daerah. 5 Institusi
Dunia usaha membutuhkan kepastian hukum demikian pula dengan kepastian birokrasi dalam melakukan pelayanan terhadap dunia usaha. Disamping itu
koordinasi dengan tingkatan pemerintahan, baik vertikal maupun horizontal sangatlah penting, hal ini ditujukan untuk menyederhankan birokrasi perizinan.
Dengan menciptakan layanan perizinan dan investasi, permohonan perizinan dapat diproses disuatu tempat sehingga birokrasi menjadi lebih singkat, cepat,
dan efesien.
4.2.3. MISI Badan Penanaman Modal Kota Medan
Untuk mencapai visi tersebut, maka ada 3 tiga misi di Badan Penanaman Modal yang harus dilaksanakan.
1 Meningkatkan daya tarik investasi di Kota Medan Meningkatnya daya tarik investasi di Kota Medan dapat diwujudkan
melalui penciptaan pelayanan penanaman modal yang prima, pemberian
kemudahan insentif usaha, kegiatan promosi didalan dan diluar daerah serta kemudahan informasi penanaman modal sehingga potensi dan
peluang investasi di Kota Medan dapat diakses dimanapun dan kapanpun. 2 Meningkatnya realisasi investasi di Kota Medan
Dengan masuknya investor untuk menanamkan modalnya, membuka usaha untuk mengembangkan usaha kecil menengah yang sudah ada di Kota
Medan, maka akan berdampak pada pembukaan lapangan kerja yang baru akan menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi jumlah pengangguran,
meningkatkan pendapatan masyarakat dan kesejahteraannya. Dengan berkembangnya sektor – sektor usaha yang dipacu oleh investasi tersebut,
akan meningkatkan produksi produk daerah PDRB yang mendorong pada pertumbuhan ekonomi Kota Medan.
3 Menciptakan iklim investasi yang menarik dan kondusif Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga stabilitas perekonomian daerah,
perbaikan infrastruktur fisik, menjaga kondisi sosial politik, tenaga dan penguatan institusi penanaman modal.
4.2.4. Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 Tanggal 4 Maret 2009 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kota Medan pasal 133 sd pasal 137 dan Lampiran XXVII, telah diatur kedudukan, tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal Daerah Kota Medan,
PerwalKota Medan Nomor 54 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan.
Secara umum, rencana strategis Badan Penanaman Modal Kota Medan dalam tahap implementasi pelaksanaan akan dikelola oleh seluruh jajaran aparatur Badan
Penanaman Modal Kota Medan dengan struktur organisasi sebagai berikut :
4.2.4.1 Struktur Organisasi
Organisasi Badan Penanaman Modal Kota Medan terdiri dari : 1. Badan
2. Sekretariat, membawahi: a Sub Bagian Umum
b Sub Bagian Keuangan c Sub Bagian Penyusunan Program
3. Bidang Pengembangan dan Kerjasama, membawahi: a Sub Bidang Pengembangan
b Sub Bidang Pelayanan dan Kerjasama 4. Bidang Promosi dan Informasi, membawahi:
a Sub Bidang Promosi b Sub Bidang Data dan Informasi
5. Bidang Pengawasan, membawahi : a Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan PMDN
b Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan PMA 6. Unit Pelaksana Teknis UPT
7. Kelompok Jabatan Fungsional Tabel 4.4 Nama – nama pejabat struktural BPM Kota Medan
Nama – Nama pejabat struktural BPM Kota Medan
Kepala Badan Drs. Togap P. Nainggolan
Sekretaris Badan Emir Mahbob Lubis, S,STP, M.AP
Kasubbag Program dan Perencanaan Ir. H. Sempana Yasif, Msi
Kasubbag Keuangan Ardiyansyah Siregar
Kasubbag Umum Sampur Rosmawati
Kabid Pengembangan dan Kerjasama Hj. Hotnita, SE
Kasubibid Pelayanan dan Kerjasama Lenawatisyah, SH
Kasubbid Pengembangan Rosmaini Harahap, SE, MM
Kabid Promosi dan Informasi Ganda Mada Siregar, SH
Kasubbid Promosi Drs. Amarullah
Kasubbid Data dan Informasi Begman Siahan, SE
Kabid Pengawasan Drs. Moh. Amin Rambe, MAP
Kasubbid Pengawasan PMDN Edison Sitorus, SH, MH
Kasubbid Pengawasan PMA Otto Mayer Sihite, SE, MM
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015
Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal Kota Medan
BADAN
SEKRETARIAT
SUB BAGIANPENYUS
UNAN PROGRAM
SUB BAGIAN KEUANGAN
SUB BAGIAN
UMUM
BIDANG PENGEMBANGAN
DAN KERJASAMA KEL. JABATAN
FUNGSIONAL BIDANG
PROMOSIDA N
INFORMASI BIDANG
PENGAWASAN
SUB BIDANG
PENGEMBANGAN
SUB BIDANG PELAYANAN DAN
KERJASAMA SUB BIDANG
PROMOSI SUB BIDANG
DATA DAN INFORMASI
SUB BIDANG PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
SUB BIDANG PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
UPT
Sumber : Hasil Penelitian Tahun 2015
Struktur organisasi Badan Penanaman Modal Kota Medan ini dikembangkan dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor
3 Tahun 2009 Tanggal 4 Maret 2009 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan pasal 133 sd pasal 137 dan Lampiran
XXVII dan Perwal Kota Medan Nomor 54 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan.
4.2.4.2 Struktur Kepegawaian dan Perlengkapan
Berdasarkan data per 31 Desember 2014, Jumlah Pegawai Badan Penanaman Modal Kota Medan adalah sebanyak 32 Pegawai Negeri Sipil dan 7 orang Tenaga
Kerja Kontrak. Secara garis besar, susunan kepegawaian Badan Penanaman Modal Kota
Medan disajikan sebagai berikut : Struktur pegawai Badan Penanaman Modal Kota Medan menurut pangkat
golongan ruang menunjukkan golongan I sebanyak 3,13 persen, golongan II
sebanyak 12,50 persen, golongan III sebanyak 65,61 persen dan golongan IV sebanyak 18,76 persen.
Tabel 4.5Komposisi Pegawai Badan Penanaman Modal Kota Medan Menurut PangkatGolongan
No. Pangkat
Golongan Ruang
Jumlah Persentase
1. Gol. Ia
Gol. Ib Gol. Ic
- -
1 -
- 3,13
Jumlah 1
3,13 2.
Gol. IIa Gol. IIb
Gol. IIc Gol. IId
- -
3 1
- -
9,37 3,13
Jumlah 4
12,50 3.
Gol. IIIa Gol. IIIb
Gol. IIIc Gol. IIId
3 3
4 11
9,37 9,37
12,50 34,37
Jumlah 21
65,61 4.
Gol. IVa Gol. IVb
GOL. IVc 4
2 -
12, 50 6,26
-
Jumlah 6
18,76 Jumlah 1+2+3+4
32 100,00
Sumber : Hasil Peneltian pada Kantor BPM Kota Medan Tahun2015
A. Komposisi Tenaga Kerja Kontrak Berdasarkan Penempatan
Komposisi Tenaga Kerja Kontrak berjumlah 7 tujuh orang dan terdiri dari bidang Sekretariat sebanyak 4 empat orang dengan persentase 57, 16 persen, di
bidang Pengembangan dan Kerjasama sebanyak 1 satu orang dengan persentase 14, 28 persen, di bidang Promosi dan Informasi sebanyak 1 satu orang dengan
persentase 14, 28 persen dan di bidang Pengawasan sebanyak 1 satu orang dengan persentase sebanyak 14,28 persen.
Tabel 4.6Komposisi Tenaga Kerja Kontrak Berdasarkan Penempatan No
Bidang Jumlah
Persentase
1. Sekretariat
4 57,16
2. Pengembangan dan Kerjasama
1 14, 28
3. Promosi dan Informasi
1 14, 28
4. Pengawasan
1 14, 28
JUMLAH 7
100,00 Sumber
: Hasil Penelitian pada kantor BPM Kota Medan Tahun 2015
Dengan adanya perubahan nomenklatur dari Kantor Penanaman Modal Kota Medan menjadi Badan Penanaman Modal Kota Medan maka kebutuhan
akan personil bidang penanaman modal juga semakin meningkat.
4.2.4.3 Struktur Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
Struktur Pegawai menurut tingkat pendidikan menunjukkan lulusan SMP sebanyak 1 satu orang dengan persentase 3,13 persen, lulusan SMA sebanyak 4
empat orang dengan persentase 12,50 persen, lulusan diploma sebanyak 5 lima orang dengan persentase 15,62 persen, lulusan Sarjana S1 sebanyak 17 tujuh
belas orang dengan persentase 53,13 persen dan lulusan Magister S2 sebanyak 5 lima orang dengan persentase 15,62 persen.
Tabel 4.7Komposisi Pegawai Badan Penanaman Modal Kota Medan Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah Persentase
1 SMP
1 3,13
2 SMA
4 12,50
3 Diploma
5 15, 62
4 Sarjana S1
17 53,13
5 Magister S2
5 15,62
JUMLAH 1+2+3+4+5 32
100,00 Sumber
: Hasil Peneltiain pada kantor BPM Kota Medan Tahun 2015
4.2.4.4 Struktur Pegawai Menurut Kualifikasi Jabatan
Berdasarkan kualifikasi jabatan, eselon IV sebanyak 9 orang eselon III sebanyak 4 orang, eselon II sebanyak 1 orang.
Tabel 4.8Komposisi Pegawai Badan Penanaman Modal Kota Medan Menurut Golongan dan Eselon
No. Eselon
Jumlah
1 Eselon II
1 2
Eselon III 4
3 Eselon IV
9
Sumber : Hasil Peneltian pada kantor BPM Kota Medan Tahun 2010
B. Komposisi Tenaga Kerja Kontrak Berdasarkan Tingkat Pendidikan