90
4. D.I Yogyakarta
a. Lokasi dan Keadaan Geografis
Propinsi DIY yang merupakan propinsi terkecil kedua di Indonesia setelah Propinsi DKI Jakarta. Secara geografis, di sebelah selatan DIY
berbatasan dengan Samudera Indonesia dan dibatasi dengan garis panjang pantai sepanjang 110 km. Di sebelah utara menjulang tinggi
gunung paling aktif di dunia, Merapi 2.968 m yang pada pertengahan tahun 2006 masih menunjukkan aktivitasnya, dan tahun ini november
2010 baru meletuskan lagi laharnya. Di sebelah barat mengalir sungai Progo yang berawal dari Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan di sebelah
timur mengalir sungai Opak yang bersumber dari Puncak Merapi dan bermuara di laut Jawa.
Luas keseluruhan DIY adalah 3.185,80 km2 atau kurang dari 0,5 luas daratan Indonesia dengan ibukota Propinsi adalah Kota Yogyakarta.
Secara administratif DIY terbagi dalam 5 wilayah daerah tingkat II, yaitu: Kotamadya Yogyakarta dengan luas 32,5 km2 ; Kabupaten Bantul
dengan luas 506,85 km2 ; Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 km2 ; Kabupaten Kulonprogo dengan luas 586,27 km2 ; Kabupaten
Sleman dengan luas 574,82 km2.
b. Kondisi Demografi
Penduduk DIY tercatat sebanyak 3.220.808 jiwa Susenas, BPS, 2004 dengan persentase yang hampir berimbang antara penduduk
perempuan dan laki-laki yaitu masing-masing sebesar 50,81 dan
91 49,19. Pertumbuhan penduduk pada tahun 2004 adalah 0,42,
pertumbuhan tertinggi terjadi di Kota Yogyakarta yakni sebesar 1,79, diikuti oleh Kabupaten Sleman 0,42, Kabupaten Kulonprogo
0,19, Kabupaten Gunungkidul 0,16 dan Kabupaten Bantul 0,07.
Kota Yogyakarta yang memiliki luas paling kecil, justru memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 12.246 jiwa per km2. Sedangkan
Kabupaten Gunungkidul dengan luas terbesar menduduki peringkat terakhir kepadatan penduduk yaitu 462,33 jiwa per km2. Kepadatan
penduduk Kabupaten lainnya adalah Kabupaten Sleman 1.642 jiwa per km2 , Kabupaten Bantul 1.610 jiwa per km2 dan Kabupaten Kulonprogo
641 jiwa per km2.
c. Potensi Wilayah
Gunung Api Merapi dan lereng gunung api, terletak di bagian utara DIY pada ketinggian ± 500 m hingga ± 2.911 m. Dataran Aluvial,
terletak di bagian tengah membentang ke selatan DIY hingga Samudra Indonesia. Wilayah ini mempunyai topografi datar-hampir datar,
sehingga merupakan lahan yang baik untuk permukiman dan pertanian.
Pegunungan Kulon Progo yang terletak di bagian barat DIY dengan batas bagian timur adalah lembah progo dan bagian selatan dibatasi oleh
dataran aluvial pantai. Wilayah ini mempunyai lereng curam-hingga sangat curam sehingga proses erosi dan longsor sering terjadi dan perlu
tindakan konservasi tanah. Dataran Tinggi Gunungkidul, yang meliputi
92 bagian tenggara DIY. Bagian utara daerah ini dibatasi oleh pegunungan
Batur Agung dengan garis yang terjal dan memanjang. Bagian tengah merupakan ledok Wonosari dengan topografi datar bergelombang dan
pada bagian selatan merupakan perbukitan karst yang disebut Gunung Sewu. Lereng perbukitan karst tersebut curam dan merupakan lahan
kritis. Secara umum, sungai-sungai yang berasal dari gunung Merapi
mempunyai debit yang relatif sinambung sepanjang tahun dibanding sungai-sungai di daerah Gunungkidul dan Kulon Progo.
Berdasarkan kondisi akifernya, ketersediaan air tanah dari yang terbaik hingga terburuk di DIY secara berututan adalah: Kabupaten
Sleman; Kabupaten Bantul; Kabupaten Kulon Progo; dan Kabupaten Gunungkidul.
Kondisi hutan di Propinsi DIY adalah terdiri dari Hutan Negara seluas 17.064,364 hektar 5,36 dari luas wilayah DIY. Tingkat
pemanfaatan potensi produksi dan lahan masih relatif rendah 24.47 , sehingga kemungkinan pengembangannya untuk peningkatan produksi
perikanan masih cukup besar. Sebagai penunjang dari kegiatan budidaya ikan baik laut, payau maupun tawar adalah ketersediaan benih ikan dalam
jumlah, mutu, waktu dan ukuran yang memadai. Secara umum pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan belum
optimal. Pada tahun 2001, pemanfaatan potensi baru 9.0 yaitu dengan