Kondisi Demografi Potensi Wilayah
96 semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit
kegiatan ekonomi yang ada di wilayah tersebut dinilai berdasarkan harga pasar pada tahun yang bersangkutan.
Fluktuasi laju perkembangan PDRB lima propinsi di pulau Jawa itu sendiri dapat dilihat pada gambar 4.1
Dalam Juta Rupiah
Sumber : BPS, diolah.
Gambar 4.1 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto
Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Lima Propinsi di Pulau Jawa tahun 1994 – 2008
Dapat dilihat pada gambar diatas, bahwa laju perkembangan PDRB lima propinsi di Pulau Jawa sangat berfluktuatif, hal ini dapat disebabkan
oleh berbagai macam aspek, baik dari segi stabilitas keamanan daerah dan atau nasional yang berdampak pada kegiatan ekonomi daerah
tersebut, kemampuan suatu seluruh unit ekonomi dalam mengoptimalkan produktifitasnya dalam kegiatan ekonomi.
0.00 50,000,000.00
100,000,000.00 150,000,000.00
200,000,000.00 250,000,000.00
300,000,000.00 350,000,000.00
400,000,000.00
DKI Jaw a barat
Jaw a t engah DIY
Jaw a t im ur
97 Seperti yang kita ketahui bahwa saat memasuki pertengahan tahun
1997, situasi moneter berubah drastis. Rupiah mendapatkan tekanan- tekanan depresiatif yang sangat besar. Hal tersebut berawal dari krisis
nilai tukar Thailand dan kemudian menyebar ke ASEAN lainnya termasuk Indonesia dan Korea Selatan. Penyebab utama tekanan nilai
tukar tersebut adalah menurunnya kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia. Jika dilihat dari sisi permintaan, menurunnya
pertumbuhan ekonomi pada tahun 1997 terutama diakibatkan oleh melemahnya permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga
dan investasi swasta. Konsumsi rumah tanggayang merupakan cerminan dari daya beli
masyarakat yang menurun, terutama terjadi pada sekitar pertengahan tahun 1997, sebagai akibat dari peningkatan laju inflasi yang disertai
dengan menurunnya kegiatan pada sektor pertanian mendorong kenaikan harga barang dan jasa secara umum.
Sementara itu melemahnya kegiatan investasi swasta yang mulai terlihat sejak pertengahan 1997 merupakan dampak dari melemahnya
permintaan yang disertai dengan peningkatan biaya produksi dan kesulitan keuangan yang dihadapi sektor usaha sehubungan dengan
merosotnya nilai nukar rupiah. Disamping itu, dalam tahun laporan 19971998, suku bunga mengalami kenaikan tajam sejalan dengan
langkah pengetatan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia sehingga mendorong melemahnya kegiatan investasi. Sehingga dapat kita