Perkembangan Investasi Swasta Analisa Deskriptif

104 prosedur dan waktu pengurusan dokumen, serta pengurangan biaya yang harus dikeluarkan. Berbagai penyederhanaan ini tertuang dalam peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, diantaranya adalah yang dikeluarkan oleh DKI Jakarta yaitu Penerbitan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta tanggal 6 Juni 2008 No. 53 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Penanaman Modal. Selain kebijakan memulai usaha, pemerintah juga mengupayakan kemudahan dalam pengurusan perijinan. Mengingat pengurusan perijinan terutama telah dilakukan oleh pemerintah daerah, maka kebijakan yang dikeluarkan terutama bertujuan agar pemerintah daerah melayani perijinan dengan lebih mudah dan dengan biaya yang rendah. Untuk itu, telah diterbitkan beberapa peraturan baik di pusat maupun di daerah. Peraturan yang dikeluarkan oleh daerah baru oleh DKI Jakarta, yaitu Penerbitan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta tanggal 10 September 2007 No. 112 tentang PTSP Bidang Penanaman Modal dan penerbitan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta tanggal 6 Juni 2008 No. 53 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan PTSP Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Penanaman Modal. http:www.indomedia.com.auinnerpage.php?page=kilasberitaArticleI D=103 105 Hal ini yang paling memungkinkan menjadikan penanaman investasi di DKI Jakarta yang paling signifikan pada tahun penelitian, dikarenakan peraturan oleh pemerintah daerah tentang pemudahan dalam penanaman modal oleh pihak swasta baru dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan DKI Jakarta sebagai daerah Ibu kota Jakarta yang paling dekat dan mudah dalam berinteraksi dengan pemerintah pusat, yang merupakan suatu keuntungan dari DKI Jakarta. Karena keputusan oleh pemerintah pusat ini terbilang baru, maka implementasinya terhadap daerah-daerah membutuhkan waktu, dan bukan tidak mungkin daerah-daerah di Indonesia yang lain akan mengalami peningkatan pada investasi swasta seperti DKI Jakarta dalam jangka panjang. Hal lain yang memacu meningkatnya investasi di DKI Jakarta adalah meningkatnya pengeluaran pembangunan oleh pemerintah sehubungan dengan beberapa proyek besar yang menimbulkan dampak lanjutan yaitu meningkatnya pengeluaran dunia usaha oleh swasta yang berkaitan dengan proyek tersebut. Investasi dalam bentuk prasarana terdapat di Jakarta seperti proyek Transportasi Massal, Banjir Kanal Timur multi years serta pembangunan pelabuhan khusus otomotif di dekat pelabuhan Tanjung Priok. Selain itu faktor yang mendorong investasi swasta pada triwulan selanjutnya antara lain didorong oleh pencabutan 38 Perda DKI, yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Pencabutan tersebut sebagian menyangkut perda di bidang industri dan 106 perdagangan yang ditujukan untuk meningkatkan investasi daerah. Selain itu sebagai kelanjutan dari Inpres No. 32006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi dan sejalan dengan semangat otonomi daerah, dikeluarkan pula kewenangan bagi Pemda untuk mengeluarkan izin investasi penanaman modal bagi PMDN sepanjang ketentuannya mengacu kepada ketentuan investasi BKPM KER , 2006 : 50-51. Pada tahun 2008 investasi DI Yogyakarta mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya, Nilai riil Investasi pada triwulan II-2008 tumbuh 6,44 atau lebih cepat dari pertumbuhan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 3,28 dan lebih cepat dibanding triwulan I-2008 yang tumbuh negatif sebesar 1,69. Nilai riil investasi di DIY diukur dari nilai tambah Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto PMTB mengalami ekspansi sebesar 11,11 pada kwartal II-2008 dan 9,61 pada kwartal III-2008. Ekspansi pertumbuhan investasi ini pada triwulan ini, diduga terkait dengan mulai datangnya investor dari luar yang tertarik untuk berinvestasi di DIY. Investor asal Jepang, Shimizu misalnya, akan mendirikan instalasi penangkap gas metan di Tempat Pembuangan Akhir TPA Piyungan, Kabupaten Bantul. Selain itu juga akan dibangun pabrik pupuk kompos. Hal ini juga sejalan dengan peningkatan kredit investasi perbankan DIY yang mengalami ekspansi sebesar rata-rata 4,17 perkwartalnya pada tahun 2008. 107 Dengan kondisi tersebut di atas, pangsa investasi terhadap total PDRB DIY pada tahun 2008 diperkirakan terus mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam satu tahun, peningkatan tersebut rata-rata sebesar 3 perkwartalnya secara signifikan. KER DIY, 2008 kwartal II: 55, kwartal III: 12 Investasi Jawa timur terus mengalami peningkatan, peningkatan ini banyak ditanamkan pada industri rokok, dimana salah satu sumber terbesar dari Jawa timur adalah penjualan rokok, hingga pada tahun 2002, menurun signifikan, salah satu sebabnya karena terjadinya inflasi pada tahun tersebut yang menyebabkan perubahan biaya input tenaga kerja, input sektor pertanian dan pengolahan daun tembakau. Biaya input yang meningkat menyebabkan petani mengalokasikan waktu dan investasinya lebih sedikit pada tembakau. Sehingga ouput baik untuk daun tembakau maupun rokok menurun. Secara keseluruhan perkembangan investasi di lima propinsi dipulau Jawa, baik PMDN maupun PMA sangat fluktuatif. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal lain, seperti stabilitas keamanan nasional, besarnya potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah dan seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mengoptimalkan dan mempublikasikan potensi yang tersedia di wilayah tersebut untuk menarik minat para investor untuk berinvestasi didaerah yang bersangkutan. 108

d. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK

Tenaga kerja mutlak diperlukan dalam kegiatan pembangunan suatu wilayah, karena tenaga kerja merupakan penggerak dan pelaksana pembangunan ekonomi tersebut. Sumber daya manusia yang berkualitas serta memiliki keinginan untuk berusaha merupakan modal utama bagi terciptanya pembangunan yang aktif terhadap perekonomian. Semakin banyak tenaga kerja yang berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi, semakin terpenuhinya kebutuhan produksi oleh pasar. Semakin banyak tenaga kerja yang bekerja, semakin tinggi tingkat kebutuhannya pula akan konsumsi, sehingga baik langsung maupun tidak langsung, bepengaruh terhadap pertumbuhan PDRB. Tetapi pada negara berkembang seperti Indonesia umumnya, dan lima propinsi penelitian di pulau jawa khususnya yang memiliki jumlah penduduk yang padat dan memiliki kota besar, terpenuhinya kebutuhan akan tenaga kerja masih terganjal oleh hal-hal dimana pertumbuhan angkatan kerja lebih pesat dari pada pertumbuhan kesempatan kerja, ditambah lagi dengan imigran dari daerah yang lebih terpencil yang ingin mengadu nasib di kota-kota besar, sehingga masih banyak angkatan kerja yang tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi dikarenakan kurangnya ketersediaan lapangan kerja, terkecuali jika mereka dapat berwiraswasta. Tetapi hal itu pun terkadang terbatas oleh dan usaha yang dibutuhkan. 109 Perkembangan tingkat partisipasi angkatan kerja di lima propinsi di pulau Jawa enam tahun terahir dapat dilihat pada gambar 4.4. Dalam Persen Sumber : Statistik Indonesia, BPS, 2002-2008, diolah Gambar 4.4 Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di lima propinsi di pulau Jawa tahun 1994-2008. Perkembangan Tingkat partisipasi angkatan kerja di lima propinsi di pulau Jawa secara keseluruhan mengalami peningkatan, hanya dibeberapa tahun saja mengalami penurunan, seperti pada propinsi Jawa Timur yang mengalami penurunan pada tahun 2000, dan Jawa barat pada tahun 2001. Menurut pakar ekonomi hal tersebut masih dalam batas wajar, dimana hal tersebut dapat diakibatkan oleh belum mampunya pemerintah daerah dalam menyeimbangkan antara ketersediaan lapangan pekerjaan dengan penawaran tenaga kerja, Perkembangan yang terjadi dalam jumlah Angkatan Kerja AK tidak bisa dilepaskan dari 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 DKI Jaw a Barat Jaw a Tengah DIY Jaw a Tim ur 110 perkembangan jumlah penduduk di suatu wilayah. Perkembangan tersebut bisa disebabkan oleh faktor kelahiran kematian, migrasi masuk maupun keluar juga pergeseran usia karena waktu. Besarnya TPAK menggambarkan dari seluruh penduduk usia kerja 15-64 tahun di suatu wilayah yang siap dan bersedia untuk bekerja. Sementara yang lainnya lebih memilih untuk melakukan aktivitas lain seperti bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya. Tinggi rendahnya angka TPAK yang terjadi tergantung dari prioritas pilihan penduduk usia kerja akan aktivitas yang akan dilakukan, antara lain bekerja, bersekolah, mengurus rumah tangga atau aktivitas lainnya. Menurunnya TPAK dapat juga terjadi akibat kebijakan-kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah dalam sistem pendidikan yang meningkatkan standar kelulusan dalam rangka penekanan supply tenaga kerja, dan kebijakan perusahaan yang meningkatkan standar kualifikasi karyawan, sehingga mempersulit penerimaan karyawan baru pada perusahaan yang bersangkutan, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi fluktuatif partisipasi angkatan kerja di lima propinsi di pulau jawa pada tahun penelitian.

2. Hasil Estimasi Model Data Panel

Pada penelitian ini, penelitian menggunakan regresi data panel sebagai alat estimasi, dalam pengujian pada regresi data panel, terdapat tiga pemodelan yang dapat digunakan, tentunya disesuaikan dengan ketentuan-

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta dan Angkatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara

5 64 97

Analisis Pengaruh PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), Tingkat Investasi dan Angkatan Kerja Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Sumatera Utara

2 68 72

Analisis Pengaruh Investasi,Angkatan Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara

1 71 106

Analisis Pengaruh Kapasitas Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dairi

2 44 94

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Dan Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dairi

1 35 88

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, ANGKATAN KERJA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA.

0 4 33

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH Analisis Kinerja Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Sebelum Dan Sesudah Diberlakukannya Otonomi Daerah Di Kabupaten Boyolali APBD 2001-2010.

0 1 15

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI Analisis Kinerja Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Sebelum Dan Sesudah Diberlakukannya Otonomi Daerah Di Kabupaten Boyolali APBD 2001-2010.

0 1 21

Pengaruh Konsentrasi Industri Pengolahan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Barat Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah.

0 0 6

Analisa Pengaruh Investasi Pemerintah, Investasi Swasta dan Kebijakan Investasi Pemerintah pada Era Otonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang.

0 1 6