Analisis Estimasi Hasil dan Pembahasan

116  Ha : β 1 , β 2 , β 3 , β 4 ≠ 0 Ha diterima Prob F-statistic tidak signifikan pada α = 5, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Prob F-statistic lampiran 9 menunjukkan nilai 0.000000, yang signifikan pada α = 5. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa kapasitas fiskal, investasi swasta, TPAK dan dummy otonomi daerah secara bersana-sama berpengaruh nyata terhadap PDRB. b. Uji Asumsi Klasik Menurut Gujarati 2006 :183, untuk memperoleh model yang baik, regresi harus memenuhi asumsi regresi klasik, yaitu harus terbebas dari masalah-masalah dalam regresi yaitu normalitas, multikolinearitas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. 1 Normalitas Pengujian Normalitas dalam penelitian ini dengan menggunakan Jarque Bera Test. Uji Jarque Bera didistribusi dengan χ 2 dengan derajat kebebasan degree of freedom sebesar 2, dimana χ 2 -hitung χ 2 -tabel menunjukkan data berdistribusi normal Winarno, 2009: 5.37. Hasil Jarque-Bera test dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut. 117 Tabel 4.4 Hasil Jarque Bera Test DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur JB Prob JB Prob JB Prob JB Prob JB Prob LOGPDRB 1.10 0.57 1.14 0.56 1.13 0.56 0.92 0.63 1.90 0.38 LOGKF 1.64 0.43 1.70 0.42 1.66 0.43 1.71 0.42 1.72 0.42 LOGIS 0.48 0.78 1.12 0.56 0.15 0.92 5.02 0.08 1.60 0.44 TPAK 1.77 0.41 2.91 0.23 0.50 0.77 2.22 0.32 5.69 0.05 OTDA 2.50 0.28 2.50 0.28 2.50 0.28 2.50 0.28 2.50 0.28 Dapat dilihat bahwa seluruh data dianggap berdistribusi normal dengan asumsi JB hit χ 2 –tabel 5 pada df 2 5,99 dan nilai probabilitas berada diatas 5. Maka dapat disimpulkan bahwa data dalam model ini terdistribusi normal. 2 Multikolinearitas Untuk melihat ada atau tidak adanya gejala multikolinearitas, dapat dilihat dari nilai probabilitas t-statistik dan nilai probabilitas F- statistik. Dari hasil regresi awal, terdapat dua variabel bebas, yaitu KF, dummy OTDA yang berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB pada tingkat α = 5 dan nilai probabilitas F-statistik senilai 0.000000, pada hasil regresi, minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sehingga asumsi adanya multikolinearitas boleh diabaikan. 3 Heterokedastisitas Masalah heterokedastisitas pada data panel menggunakan perangkat lunak Eviews 6, dapat dilihat dengan terlebih dahulu mengestimasi model ke GLS Cross section weight, kemudian membandingkan nilai Sum Squared Resid pada Weighted Statistic 118 dengan Sum Resid Unweighted Statistic. Jika Sum Resid pada Weighted Statistic lebih kecil dari Sum Resid Unweighted Statistic, maka terjadi heterokedastisitas. Pada hasil regresi lampiran 8 didapatkan bahwa Sum Squared Resid pada Weighted Statistic bernilai 0.331696 sama besar dibandingkan dengan nilai Sum Resid pada Unweighted Statistic yang berniai 0.331698. Maka dari itu, diduga regresi memiliki tidak masalah heterokedastisitas. 4 Autokorelasi Kemudian untuk masalah Autokorelasi dapat dilihat nilai Durbin-Watson statistik yaitu sebesar 0.942923, dimana DW 0.932923 dL 1.5151 yang berarti menolak Ho, dan data berkorelasi serial positif, sehingga model ini memiliki autokorelasi. Untuk menanggulanginya adalah dengan mengestimasi model dengan cross-section SUR. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan hasil regresi yang stabil, penulis melakukan iterasi terhadap model regresi. Metode iterasi menduga nilai koefisien regresi dengan mencoba-coba berbagai kemungkinan koefisien regresi trial and error method hingga ditemukan yang memberikan kuadrat error sum of square sekecil mungkin Modul Data Panel Laboraturium FE UI, 2006: 12. Sehingga hasil estimasi terakhir dari model dengan menggunakan metode Fixed Effect Model FEM dapat dilihat pada tabel 4.5. 119 Tabel 4.5 Hasil Estimasi Perbaikan Variabel terikat : Pertumbuhan ekonomi regional LOGPDRB?, untuk periode 1994-2008 Metode : Pooled EGLS Cross-section SUR model FEM Variable Coefficient Prob C LOGKF? LOGIS? TPAK? OTDA? 17.93939 0.051747 0.003354 -0.002071 0.056108 0.0000 0.0037 0.0338 0.0019 0.1632 R-Square F Statistic Prob F statistic 0.999837 50636.06 0.000000 Keterangan signifikan pada α = 1 signifikan pada α = 5 signifikan pada α = 10 Sumber : Lampiran 9, data diolah. Hasil estimasi terakhir, setelah mengatasi penyakit pada heterokedastis dan autokorelasi, maka didapatkan hasil yang signifikan pada tiga variabel independen p ada tingkat signifikansi α = 5, yaitu KF, IS dan TPAK. Sedangkan untuk variabel dummy OTDA tidak signifikan. Dari hasil analisis dengan model FEM pada metode GLS, maka diperoleh nilai koefisien determinasi R 2 adalah sebesar 0.999837, mengartikan bahwa secara keseluruhan variabel bebas KF, IS, TPAK dan variabel dummy OTDA dapat menjelaskan variabel terikat PDRB sebanyak 99,98 dan sisanya yaitu 0,02 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model persamaan atau dijelaskan oleh error term µ. Hasil estimasi ini diperkuat dengan nilai probabilitas F-Statistik yang signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen dengan tingkat α = 1 persen yaitu sebesar 0.000000, yang berarti minimal ada satu variabel bebas yang 120 berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sehingga model penduga sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi. Pada variabel-variabel penelitian memiliki besaran pengaruh yang berbeda-beda untuk tiap masing-masing daerahnya, dapat kita lihat pada tabel 4.6 berikut. Tabel 4.6 Koefisien Fixed Effet Model Cross Fixed effect Cross Coefficient C 17.93939 _DKI--C 0.676747 _JABAR--C 0.615691 _JATENG--C 0.066681 _DIY--C -1.976168 _JATIM--C 0.617048 Sumber : Lampiran 9, data diolah. Pada tabel 4.6, dapat kita lihat bahwa pada masing-masing daerah memiliki koefisien fixed effect Model yang berbeda-beda, yang berarti bahwa untuk setiap daerah memiliki kenaikan PDRB yang berbeda-beda pula untuk setiap perubahan tingkat daripada kapasitas fiskal, investasi swasta, TPAK dan fenomena otonomi daerah.  DKI Jakarta Nilai koefisien Fixed Effect pada propinsi DKI Jakarta adalah 0.676747sedangkan C adalah 17.93939, ini mengartikan bahwa, bila terdapat perubahan pada tingkat kapasitas fiskal, investasi swasta, TPAK dan fenomena otonomi daerah maupun waktu, maka daerah DKI Jakarta akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 18.616137. 121  Jawa Barat Nilai koefisien Fixed Effect pada propinsi Jawa barat adalah 0.615691 sedangkan C adalah 17.93939, ini mengartikan bahwa, bila terdapat perubahan pada tingkat kapasitas fiskal, investasi swasta, TPAK dan fenomena otonomi daerah maupun waktu, maka daerah DKI Jakarta akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 18.555081.  Jawa Tengah Nilai koefisien Fixed Effect pada propinsi Jawa tengah adalah 0.066681 sedangkan C adalah 17.93939, ini mengartikan bahwa, bila terdapat perubahan pada tingkat kapasitas fiskal, investasi swasta, TPAK dan fenomena otonomi daerah maupun waktu, maka daerah DKI Jakarta akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 18.006071.  DI Yogyakarta Nilai koefisien Fixed Effect pada propinsi Jawa barat adalah -1.976168 sedangkan C adalah 17.93939, ini mengartikan bahwa, bila terdapat perubahan pada tingkat kapasitas fiskal, investasi swasta, TPAK dan fenomena otonomi daerah maupun waktu, maka daerah DKI Jakarta akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 15.963222. 122  Jawa Timur Nilai koefisien Fixed Effect pada propinsi Jawa barat adalah 0.617048 sedangkan C adalah 17.93939, ini mengartikan bahwa, bila terdapat perubahan pada tingkat kapasitas fiskal, investasi swasta, TPAK dan fenomena otonomi daerah maupun waktu, maka daerah DKI Jakarta akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 18.556438. Dalam hasil regresi perbaikan akhir pada tabel 4.4, terdapat tiga variabel independen yang berpengaruh terhadap PDRB, yaitu KF, IS dan TPAK, sedangkan OTDA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB dalam tingkat kepercayaan 95. Dapat kita lihat bahwa setiap propinsi memiliki nilai individual effect yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan setiap propinsi memiliki keunggulan serta keadaan perekonomian yang berbeda-beda, dan setiap variabel independen memiliki besaran pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap PDRB nya pada setiap propinsi. Perbandingan besarnya pengaruh tiap variabel independen yang signifikan dalam penelitian ini yaitu KF, IS dan TPAK terhadap dependennya PDRB pada tiap propinsi tersebut disajikan dalam tabel 4.7 berikut. 123 Tabel 4.7 Koefisien variabel independen KF, IS dan TPAK terhadap PDRB Pada tiap Cross-section variabel x Wilayah KF IS TPAK DKI Jakarta 0,72849 0,68010 0,67468 Jawa Barat 0,66744 0,61905 0,61362 Jawa Tengah 0,11843 0,07004 0,06461 DI Yogyakarta -1,92442 -1,97281 -1,97824 Jawa Timur 0,66880 0,62040 0,61498 Lampiran 9, data diolah Dapat kita lihat pada tabel, terdapat perbedaan besaran pengaruh antar variabel independen KF, IS dan TPAK terhadap variabel dependen PDRB pada masing-masing wilayahnya.  DKI Jakarta Nilai koefisien kapasitas fiskal, Investasi swasta dan TPAK berturut- turut pada DKI Jakarta adalah 0,72849; 0,68010; 0,67468. Hal tersebut menunjukkan bahwa bila terdapat perubahan pada tingkat kapasitas fiskal, Investasi swasta dan TPAK berturut-turut antar waktu, maka DKI Jakarta akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB dari masing-masing variabel sebesar 0,72849; 0,68010 dan 0,67468. Sehingga dapat disimpulkan, variabel independen yang paling berpengaruh terhadap PDRB DKI Jakarta adalah kapasitas fiskal dengan nilai koefisien tertinggi, yaitu 0,72849 atau 0,73  Jawa Barat Nilai koefisien kapasitas fiskal, Investasi swasta dan TPAK berturut- turut pada Jawa Barat adalah 0,66744; 0,61905 dan 0,61362. Hal tersebut menunjukkan bahwa bila terdapat perubahan pada tingkat kapasitas 124 fiskal, Investasi swasta dan TPAK berturut-turut antar waktu, maka Jawa barat akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB dari masing- masing variabel sebesar 0,66744; 0,61905 dan 0,61362. Sehingga dapat disimpulkan, variabel independen yang paling berpengaruh terhadap PDRB Jawa Barat adalah kapasitas fiskal dengan nilai koefisien tertinggi, yaitu 0,66744 atau 0,67  Jawa Tengah Nilai koefisien kapasitas fiskal, Investasi swasta dan TPAK berturut- turut pada Jawa Tengah adalah 0,11842; 0,07003 dan 0,06461. Hal tersebut menunjukkan bahwa bila terdapat perubahan pada tingkat kapasitas fiskal, Investasi swasta dan TPAK berturut-turut antar waktu, maka Jawa Tengah akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB dari masing-masing variabel sebesar 0,11842; 0,07003 dan 0,06461. Sehingga dapat disimpulkan, variabel independen yang paling berpengaruh terhadap PDRB Jawa Tengah adalah kapasitas fiskal dengan nilai koefisien tertinggi, yaitu 0,11842 atau 0,12  DI Yogyakarta Nilai koefisien kapasitas fiskal, Investasi swasta dan TPAK berturut- turut pada DI Yogyakarta adalah -1,924421; -1,972814 dan -1,978239. Hal tersebut menunjukkan bahwa bila terdapat perubahan pada tingkat kapasitas fiskal, Investasi swasta dan TPAK berturut-turut antar waktu, maka DI Yogyakarta akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB dari masing-masing variabel sebesar -1,92442; -1,97281 dan - 125 1,97823. Sehingga dapat disimpulkan, variabel independen yang paling berpengaruh terhadap PDRB DI Yogyakarta adalah kapasitas fiskal dengan nilai koefisien tertinggi, yaitu -1,92442 atau -1,92  Jawa Timur Nilai koefisien kapasitas fiskal, Investasi swasta dan TPAK berturut- turut pada Jawa Timur adalah 0,62040; 0,66879 dan 0,614977. Hal tersebut menunjukkan bahwa bila terdapat perubahan pada tingkat kapasitas fiskal, Investasi swasta dan TPAK berturut-turut antar waktu, maka Jawa Timur akan mendapatkan pengaruh individu terhadap PDRB dari masing-masing variabel sebesar 0,66879; 0,62040 dan 0,614977. Sehingga dapat disimpulkan, variabel independen yang paling berpengaruh terhadap PDRB Jawa Barat adalah kapasitas fiskal dengan nilai koefisien tertinggi, yaitu 0,66789 atau 0,67

4. Interpretasi Model

Hasil dari estimasi yang menggunakan fixed effect pada tabel 4.4, terdapat tiga variabel penjelas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat pada tingkat signifikan 5. Variabel kapasitas fiskal edan investasi swasta berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap PDRB, sedangkan TPAK berpengaruh signifikan tetapi secara negatif terhadap PDRB. Untuk variabel dummy otonomi daerah, ditunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB. 126 a. Variabel Kapasitas Fiskal KF Kapasitas Fiskal menunjukkan tingkat kemandirian suatu daerah sesuai dengan tujuan otonomi daerah di Indonesia, yaitu besarnya kemampuan suatu daerah untuk dapat membiayai pembangunan daerahnya sendiri. Pada hasil penelitian ini, diperoleh bahwa kapasitas fiskal berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5 dan berhubungan positif dengan nilai probabilitas 0.0037. Nilai koefisien yang diperoleh sebesar 0.051747, yang berarti bahwa apabila kapasitas fiskal naik sebesar 1, maka nilai PDRB akan meningkat pula sebesar 0.051747, hal tersebut sesuai dengan hipotesis bahwa kapasitas fiskal berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional PDRB. Korelasi yang positif dan signifikan antara kapasitas fiskal dengan PDRB sesuai dengan hipotesis peneliti,. Dengan adanya peningkatan pada kapasitas fiskal yang merupakan jumlah dari PAD dengan dana bagi hasil pajak dan bukan pajak, maka akan meningkatkan pendapatan nasional, dengan meningkatnya pendapatan nasional maka porsi anggaran dari APBD untuk pembangunan akan meningkat pula yang berarti akan meningkatkan kegiatan ekonomi suatu daerah yang berakibat meningkatkan PDRB suatu daerah tersebut. b. Variabel Investasi Swasta IS Dalam penelitian ini, investasi swasta yang terdiri dari PMDN dan PMA berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5 dan berhubungan 127 positif terhadap PDRB dengan nilai probabilitas 0.0338. Nilai koefisien yang diperolah sebesar 0.003354, yang menyatakan bahwa apabila investasi swasta naik sebesar 1, maka akan meningkatkan nilai PDRB sebesar 0.003354. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis peneliti yang menyatakan bahwa investasi swasta dapat menyokong pertumbuhan ekonomi regional PDRB. Peran investasi swasta di Indonesia cukup penting mengingat Indonesia adalah masih negara sedang berkembang yang tidak hanya dapat mengandalkan modal pemerintah untuk melakukan pembangunan, tetapi juga peran serta masyarakat dan pihak swasta domestik maupun asing. Dimana penanaman modal yang dilakukan oleh pihak swasta dapat membantu meningkatkan kegiatan perekonomian suatu daerah, menyerap tenaga kerja lokal, meningkatkan pendapatan masyarakat sebagai hasil dari penyerapan tenaga kerja lokal tersebut, dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. c. Variabel Tingkat Partispasi Angkatan Kerja TPAK Tenaga kerja yang diwakili oleh tingkat partisipasi angkatan kerja berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5 terhadap PDRB dengan nilai probabilitas 0.0019 dan memiliki korelasi yang negatif. Koefisien TPAK yang diperoleh sebesar -0.002071, yang berarti bahwa untuk setiap kenaikan pada TPAK sebesar 1, maka akan menurunkan nilai PDRB sebesar 0.002071.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta dan Angkatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara

5 64 97

Analisis Pengaruh PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), Tingkat Investasi dan Angkatan Kerja Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Sumatera Utara

2 68 72

Analisis Pengaruh Investasi,Angkatan Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara

1 71 106

Analisis Pengaruh Kapasitas Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dairi

2 44 94

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Dan Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dairi

1 35 88

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, ANGKATAN KERJA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA.

0 4 33

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH Analisis Kinerja Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Sebelum Dan Sesudah Diberlakukannya Otonomi Daerah Di Kabupaten Boyolali APBD 2001-2010.

0 1 15

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI Analisis Kinerja Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Sebelum Dan Sesudah Diberlakukannya Otonomi Daerah Di Kabupaten Boyolali APBD 2001-2010.

0 1 21

Pengaruh Konsentrasi Industri Pengolahan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Barat Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah.

0 0 6

Analisa Pengaruh Investasi Pemerintah, Investasi Swasta dan Kebijakan Investasi Pemerintah pada Era Otonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang.

0 1 6