Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto PDRB

97 Seperti yang kita ketahui bahwa saat memasuki pertengahan tahun 1997, situasi moneter berubah drastis. Rupiah mendapatkan tekanan- tekanan depresiatif yang sangat besar. Hal tersebut berawal dari krisis nilai tukar Thailand dan kemudian menyebar ke ASEAN lainnya termasuk Indonesia dan Korea Selatan. Penyebab utama tekanan nilai tukar tersebut adalah menurunnya kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia. Jika dilihat dari sisi permintaan, menurunnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 1997 terutama diakibatkan oleh melemahnya permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga dan investasi swasta. Konsumsi rumah tanggayang merupakan cerminan dari daya beli masyarakat yang menurun, terutama terjadi pada sekitar pertengahan tahun 1997, sebagai akibat dari peningkatan laju inflasi yang disertai dengan menurunnya kegiatan pada sektor pertanian mendorong kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Sementara itu melemahnya kegiatan investasi swasta yang mulai terlihat sejak pertengahan 1997 merupakan dampak dari melemahnya permintaan yang disertai dengan peningkatan biaya produksi dan kesulitan keuangan yang dihadapi sektor usaha sehubungan dengan merosotnya nilai nukar rupiah. Disamping itu, dalam tahun laporan 19971998, suku bunga mengalami kenaikan tajam sejalan dengan langkah pengetatan moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia sehingga mendorong melemahnya kegiatan investasi. Sehingga dapat kita 98 lihat PDRB hampir seluruh propinsi penelitian menurun pada tengah tahun 1997. PDRB Jawa Timur pada tahun 2006 memperlihatkan penurunan yang signifikan, seperti yang telah kita ketahui bahwa pada Mei 2006 telah terjadi fenomena alam yang cukup menggemparkan dan merugikan khususnya di propinsi Jawa timur, yaitu meluapnya lumpur lapindo yang mengakibatkan stabilitas perekonomian Jawa timur terganggu yang berhubungan langsung dengan tingkat konsumsi masyarakatnya serta ketertarikan para investor untuk berinvestasi sehingga mempengaruhi PDRB Jawa timur kepada arah yang negatif. Hal lainnya sangat berpengaruh adalah dikarenakan industri rokok yang memiliki pangsa cukup besar di subsektor di Jawa Timur diduga mengalami kendala pertumbuhan akibat kenaikan cukai rokok yang dilakukan beberapa kali pada tahun 2006 dan adanya penutupan beberapa perusahaan rokok tanpa cukai oleh pemerintah. Selain itu, perlambatan pertumbuhan pada kelompok industri rokok ini adalah akibat kenaikan harga cengkeh hingga 75 pada bulan Februari 2006 serta pemindahan produksi makanan-minuman ke Cina. Sehingga cukup signifikan menurunkan PDRB Jawa Timur. Pertengahan tahun 2007 kondisi perekonomian Jawa timur membaik, terjadinya penurunan inflasi yang sempat meningkat pada tahun 2006 yang mencapai 14,06. Seluruh komponen tumbuh meningkat, konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa terbesar dalam PDRB 99 tumbuh lebih cepat dan menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Konsumsi Pemerintah juga tumbuh seiring dengan meningkatnya pengeluaran rutin berupa kenaikan gaji PNS yang terjadi pada triwulan laporan. Sementara itu, kegiatan ekspor-impor mencatatkan peningkatan pertumbuhan signifikan, yang merupakan cerminan aktifnya kegiatan perdagangan Jawa Timur dengan daerah lainnegara lain. Kajian Ekonomi Regional, 2007: 1 PDRB yang terlihat paling signifikan dimiliki oleh DKI Jakarta, kenaikan yang signifikan terlihat pada sepuluh tahun terakhir yang terus mengalami kenaikan. Sedangkan PDRB terendah dimiliki oleh DIY. Tetapi secara keseluruhan PDRB propinsi-propinsi di Pulau Jawa ini selalu mengalami peningkatan, sehingga dapat dikatakan tingkat kemandiriannya pun dapat berangsur-angsur meningkat, sehingga tercapainya tujuan dari otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia.

b. Perkembangan Kapasitas Fiskal

Kapasitas Fiskal merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kemandirian suatu daerah, terdapat berbagai macam rumus yang digunakan untuk menghitung kapasitas fiskal suatu daerah, dalam hal ini, peneliti menggunakan rumusan yang terdapat pada Peraturan Presiden RI No.53 Tahun 2009, dimana kapasitas fiskal didapat melalui penjumlahan Pendapatan Asli Daerah PAD dan Dana Bagi Hasil baik pajak maupun non-pajak. 100 Kapasitas fiskal lima propinsi dipulau jawa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.2, dimana pada kurun waktu tersebut telah diberlakukannya otonomi daerah. Dalam Juta Rupiah Sumber : Statistik Keuangan daerah, BPS, diolah, 1994-2008 Gambar 4.2 Kapasitas Fiskal lima propinsi di Pulau Jawa tahun 1994-2008 Kapasitas fiskal kelima propinsi di Pulau Jawa ini terus mengalami peningkatan, terutama pada propinsi DKI Jakarta, dapat dilihat pada gambar 4.2, bahwa kapasitas fiskal propinsi DKI Jakarta meningkat tajam, hal ini dapat terjadi dikarenakan salah satu keuntungan propinsi DKI Jakarta adalah Ibu kota negara dimana segala kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dengan tujuan meningkatkan penerimaan daerah dapat dengan cepat diterima dan segera direalisasikan dengan lebih cepat oleh pemerintah propinsi DKI Jakarta, salah satu contohnya adalah perubahan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah pusat untuk menghimbau pemerintah daerah dalam memudahkan 0.00 2,000,000.00 4,000,000.00 6,000,000.00 8,000,000.00 10,000,000.00 12,000,000.00 14,000,000.00 16,000,000.00 18,000,000.00 20,000,000.00 DKI Jaw a Barat Jaw a Tengah DIY Jaw a Tim ur 101 perizinan penanaman usaha oleh pihak swasta, sejak tahun 2006, baru DKI Jakarta yang mengeluarkan kebijakan tersebut, sehingga hasilnya baru telihat dan unggul pada propinsi DKI Jakarta yaitu pada bidang investasi seperti yang akan dibahas pada Gambar 4.3. Otonomi daerah menuntut pemerintah daerah untuk dapat meningkatkan pembangunannya sendiri sehingga pemerintah daerah seoptimal mungkin harus dapat meningkatkan penerimaan daerahnya. meskipun DKI Jakarta memiliki sumber daya alam SDA yang tidak begitu banyak, daerah-daerah seperti DKI Jakarta memiliki sumber daya manusia yang besar. Sehingga tetap memiliki pendanaan yang besar, terutama dari pajak. Hal tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah daerah DKI Jakarta dengan seoptimal mungkin pada kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan pajak dalam tahap yang wajar diiringi dengan peningkatan mutu dan kualitas fasilitas masyarakatnya. Berdasarkan Kajian Ekonomi Regional Jakarta dan Banten 2006, mengemukakan bahwa APBD propinsi DKI Jakarta meningkat secara signifikan seiring dengan pertumbuhan ekonomi wilayahnya, hal tersebut dimungkinkan oleh adanya program intensifikasi dan ekstensifikasi pajakretribusi daerah. Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Komponen PAD terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Lain-Lain PAD Yang Sah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, tarif Pajak Daerah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta dan Angkatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara

5 64 97

Analisis Pengaruh PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), Tingkat Investasi dan Angkatan Kerja Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Sumatera Utara

2 68 72

Analisis Pengaruh Investasi,Angkatan Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara

1 71 106

Analisis Pengaruh Kapasitas Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dairi

2 44 94

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Dan Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dairi

1 35 88

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, ANGKATAN KERJA, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA.

0 4 33

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH Analisis Kinerja Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Sebelum Dan Sesudah Diberlakukannya Otonomi Daerah Di Kabupaten Boyolali APBD 2001-2010.

0 1 15

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI Analisis Kinerja Keuangan Dan Pertumbuhan Ekonomi Sebelum Dan Sesudah Diberlakukannya Otonomi Daerah Di Kabupaten Boyolali APBD 2001-2010.

0 1 21

Pengaruh Konsentrasi Industri Pengolahan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Barat Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah.

0 0 6

Analisa Pengaruh Investasi Pemerintah, Investasi Swasta dan Kebijakan Investasi Pemerintah pada Era Otonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang.

0 1 6