Perkembangan Kapasitas Fiskal Analisa Deskriptif
101 perizinan penanaman usaha oleh pihak swasta, sejak tahun 2006, baru
DKI Jakarta yang mengeluarkan kebijakan tersebut, sehingga hasilnya baru telihat dan unggul pada propinsi DKI Jakarta yaitu pada bidang
investasi seperti yang akan dibahas pada Gambar 4.3. Otonomi daerah menuntut pemerintah daerah untuk dapat
meningkatkan pembangunannya sendiri sehingga pemerintah daerah seoptimal mungkin harus dapat meningkatkan penerimaan daerahnya.
meskipun DKI Jakarta memiliki sumber daya alam SDA yang tidak begitu banyak, daerah-daerah seperti DKI Jakarta memiliki sumber daya
manusia yang besar. Sehingga tetap memiliki pendanaan yang besar, terutama dari pajak.
Hal tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah daerah DKI Jakarta dengan
seoptimal mungkin
pada kebijakan-kebijakan
untuk meningkatkan pajak dalam tahap yang wajar diiringi dengan peningkatan
mutu dan kualitas fasilitas masyarakatnya. Berdasarkan Kajian Ekonomi Regional Jakarta dan Banten 2006,
mengemukakan bahwa APBD propinsi DKI Jakarta meningkat secara signifikan seiring dengan pertumbuhan ekonomi wilayahnya, hal tersebut
dimungkinkan oleh adanya program intensifikasi dan ekstensifikasi pajakretribusi daerah. Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun
2006, Komponen PAD terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Lain-Lain PAD Yang Sah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, tarif Pajak Daerah
102 diatur sebagai berikut : Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di
Atas Air 5; Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 10; Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5; Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan 20; Pajak Hotel 10; Pajak Restoran 10; Pajak Hiburan 35; Pajak
Reklame 25; Pajak Penerangan Jalan 10; Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20; Pajak Parkir 20.
Beberapa dari hal tersebut yang menyebabkan propinsi DKI Jakarta memiliki kapasitas fiskal yang signifikan setelah berlangsungnya
otonomi daerah. Tetapi secara keseluruhan, jika kita amati kelima propinsi dipulau Jawa ini kapasitas fiskalnya selalu mengalami
peningkatan secara pasti, walau tidak terlalu signifikan. Dapat dilihat pada gambar IV.2 bahwa setelah tahun 2000 yaitu setelah
diberlakukannya otonomi daerah, terlihat peningkatan grafik yang cukup signifikan, yang menandakan bahwa sepanjang tahun penelitian, otonomi
daerah memberikan pengaruh yang positif terhadap kapasitas fiskal.