tahap ini. Pada pertemuan selanjutnya, siswa sudah mau mencoba merumuskan dari matematika informal ke dalam matematika formal.
Tahap terakhir dalam rangkaian pendekatan matematika realistik dalah menyelesaikan masalah dengan matematika formal. Pada pertemuan pertama
tahap ini bisa dilakukan tetapi hanya 1 soal yang berhasil dikerjakan dan dibahas di kelas. Pada pertemuan selanjutnya siswa dapat menyelesaikan 2 soal latihan.
Latihan soal ada pula yang dijadikan sebagai pekerjaan rumah.
d. Tahap Analisis
Berdasarkan aktivitas belajar siswa catatan lapangan pada siklus I, pada pertemuan pertama beberapa tahapan pembelajaran matematika realsitik tidak
dapat dilaksanakan karena ketidakbiasaan siswa belajar menggunakan bahan ajar yang dibuat. Tetapi pada pertemuan kedua tahapan pembelajaran sudah bisa
dilaksanakan, hanya saja peneliti masih sanagat kerepotan dalam membimbing dan memberikan bantuan kepada siswa yang belum paham terhadap kalimat
bahan ajar, serta cara menuangkan ide mereka ke dalam kolom yang tersedia pada bahan ajar. Pada pertemuan selanjutnya bantuan yang diberikan semakin
berkurang karena mereka banyak belajar dari pertemuan pertama dan kedua. Mereka belajar materi yang sudah dipelajari terlebih dahulu sebelum masuk kelas
agar bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.
Hasil tes siklus I dari 33 diperoleh nilai tertinggi 80, dan nilai terendah 45. Nilai yang sering muncul adalah 53,98 dengan nlai tengah 56,26. Sedangkan rata-
rata nilai adalah 58,23 dengan varian dan standar deviasi 8,19. Berikut ini
tabel statistik deskriptif hasil tes siklus I:
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Hasil Tes Siklus I
Statistik Nilai
Nilai max 80
Nilai min 45
Rata-rata 58,23
Modus 53,98
Median 56,26
Varian 67,11
Standar Deviasi 8,19
Siswa yang mendapat nilai di atas kriteria yang diharapkan hanya 9 dari 33 siswa, yaitu sebesar 27. Berikut adalah perbandingan persentase nilai siswa
yang telah mencapai kriteria:
Gambar 4.7
Presentase Hasil Tes siklus I
Soal yang diujikan terdiri dari empat indikator kemampuan penalaran matematika, yaitu menyusun bukti, menyajikan pernyataan matematik dalam
bentuk tertulis dan gambar, melakukan manipulasi matematika, dan memeriksa kesahihan argumen. Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata nilai untuk indikator
menyusun bukti adalah 46,97, menyajikan pernyataan matematik dalam bentuk tertulis dan gambar sebesar 78,79, melakukan manipulasi sebesar 54,55, dan
memeriksa kesahihan argumen sebesar 55,68. Berikut ini tabel hasil kemampuan
27 73
NILAI 63 NILAI 63
per-indikator kemampuan penalaranalan matematik siswa tes siklus I agar lebih mudah dibaca:
Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Tes Siklus I Per-Indikator Kemampuan Penalaran Matematik
Kemampuan Penalaran Total
Skor Skor
Maksimal Rata-
rata Rata-rata
Seluruh indikator
A Menyusun bukti 124
264 46,97
58,10 B
Menyajikan pernyataan matematika dalam
bentuk tertulis dan gambar
208 264
78,79
C Melakukan manipulasi
matematika 288
528 54,55
D Memeriksa kesahihan
argumen 147
264 55,68
Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata nilai untuk setiap indikator kemampuan penalaran matematik, kemampuan menyajikan pernyataan matematik
dalam bentuk tulisan dan gambar memiliki rata-rata tertinggi sebesar 78,79, kemampuan memeriksa kesahihan argumen berada pada urutan kedua dengan
rata-rata 55,68, sedangkan kemampuan melakukan manipulasi matematika memiliki rata-rata sebesar 54,55, dan kemampuan menyusun bukti memiliki
rata-rata terendah dengan nilai 46,97. Dari rata-rata indikator kemampuan penalaran matematik tersebut,
indikator menyusun bukti diwakili oleh no. 8 dan 10 masih rendah. Hal yang menyebabkan kemampuan siswa rendah dalam menyusun bukti adalah
kekurangpahaman terhadap konsep matemtika yang berkaitan dengan geometri, serta kekurang telitian siswa dalam memperhatikan gambar segitiga-segitiga yang
sebangun. Untuk soal dengan kemampuan dalam melakukan manipulasi matematika
diwakili oleh no 1, 2, 4 dan 10. Untuk soal no. 1 dan no.2 siswa mengalami kesulitan dalam mengkonversi satuan. Sedangkan untuk butir soal no.4 dan
no.10, siswa kesulitan ketika menentukan pasangan sisi yang bersesuaian dari bangun datar dari gambar yang sudah ada, sehingga jika dalam menentukan sisi
yang bersesuainnya keliru, proses perhitungannya pun akan keliru. Indikator kemampuan penalaran siswa dalam memeriksa kesahihan
argumen diwakili oleh no.3 dan 7. Siswa menyatakan bahwa mereka merasa membutuhkan waktu lama untuk memeriksa setiap pernyataan yang diajukan,
sehingga dalam mengerjakan soal, soal-soal dengan indikator kemampuan memeriksa kesahihan argumen mereka akhirkan. Untuk soal no.3 siswa
menyatakan lupa pada sifat-sifat bangun datar sehingga tidak semua bangun datar dapat mereka jabarkan alasannya. Sementara dalam menyelesaikan soal no.7
beberapa siswa belum memahami teorema sudut. Sementara untuk indikator menyajikan pernyataan matematik dalam
bentuk tulisan dan gambar diwakil oleh soal no.5 dan 6. Untuk soal no.5 39 siswa memberikan alasan lengkap, adapun yang lainya sudah dapat memilih
jawaban yang tepat, hanya saja kurang lengkap dalam memberikan alasan.
e. Tahap Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap dimana kegiatan pembelajaran sudah dinilai dan dikoreksi berdasarkan hasil analisis agar diketahui dimana letak
kekurangannya. Pada pertemuan ketiga dan kelima, siswa mengisi jurnal yang berisi
refleksi dari pembelajaran dan temuan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menggunakan bahan ajar. Berdasarkan jurnal yang diisi siswa, pada pertemuan
ketiga 100 menyatakan kesulitan menggunakan bahan ajar yang diberikan karena setiap pembelajaran selalu diawali dengan pengajuan masalah. Hal ini
berbanding terbalik dengan pembelajaran matematika yang sudah biasa diterapkan di sekolah sejak kelas VII. Dalam menyelesaikan masalah, siswa merasa tidak
percaya diri menuliskan jawaban dengan cara mereka sendiri. Bahkan ada beberapa siswa yang tidak berani menuangkan jawabannya dalam kolom yang
terdapat pada bahan ajar jika belum dipastikan oleh peneliti.