Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa

Secara umum, terjadi peningkatan rata-rata kemampuan penalaran matematik per-indikator dari sebelum penelitian, siklus I, dan siklus II. Penyebab rendahnya kemampuan penalaran matematik siswa sebelum penelitian dikarenakan siswa belum terbiasa menyelesaikan soal-soal dengan indikator yang diujikan. Peningkatan kemampuan yang dapat dijelaskan adalah dari siklus I ke siklus II. Berikut ini adalah rinciannya:  Indikator A yaitu kemampuan dalam menyusun bukti. Pada siklus I rata-rata indikator A sebesar 46,97, sedangkan pada siklus II naik menjadi 70,45. Peningkatan rata-rata ini disebabkan karena siswa sudah mulai terbiasa menyelesaikan soal pembuktian. Siswa sudah dapat membedakan teorema- teorema yang dipakai dalam membuktikan sebuah segitiga kongruen.  Indikator B yaitu kemampuan siswa untuk menyajikan pernyataan dalam bentuk tertulis dan gambar. Rata-rata indikator ini naik dari 78,79 menjadi 84,84. Tipe soal indikator B ini tidak jauh berbeda, sehingga pada saat tes siklus II siswa belajar dari kesalahan yang mereka buat saat tes siklus I.  Indikator C yaitu kemampuan siswa untuk melakukan manipulasi matematik. Rata-rata indikator ini turun dari 54,55 menjadi 53,78. Pada soal tes siklus I, kekeliruan yang paling banyak dilakukan oleh siswa adalah dalam mengkonversi satuan dan menentukan pasangan sisi yang bersesuaian dari gambar bangun datar sebangun, sedangkan pada soal tes siklus II, Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal no. 4 adalah kebanyakan dari mereka lupa sifat-sifat jajargenjang, yaitu sisi yang berhadapan adalah sejajar serta penggunaan konsep aljabar dalam menemukan panjang sisi jajargejang. Selain itu jika pada siklus I siswa keliru dalam mengkonversi satuan, pada siklus II ini kekeliruan siswa terlihat dari bagaimana mengoperasikan bilangan akar dan bilangan bukan akar. Kekeliruan melakukan manipulasi matematika yang disebabkan oleh kekurangpahaman siswa dalam membaca gambar juga terjadi lagi pada tes siklus II, selain itu pertanyaan yang diberikan pun lebih kompleks sehingga proses manipulasi matematikanya pun banyak kekeliruan.  Indikator D yaitu kemampuan siswa memeriksa kesahihan argumen. Rata-rata indikator ini turun dari 55,68 menjadi 55,30. Pada soal tes siklus I bentuk soal yang mengcover kemampuan memeriksa kesahihan argumen hanya meggunakan sifat-sifat bangun datar dan teorema-teorema sudut. Sedangkan pada tes siklus II, soal yang disajikan lebih kompleks disertai gambar yang menuntut siswa memahami lebih teliti dan proses perhitungan yang bertingkat dalam menemukan jawaban yang tepat. Hal ini menyebabkan rata-rata kemampuan siswa dalam memeriksa argumen menurun pada siklus II.

3. Perbandingan Hasil Tes Siklus I dan Siklus II

Terjadi peningkatan hasil tes sebelum penelitian, siklus I, dan siklus II. Sebelum dilakukan penelitian nilai tertinggi yang dicapai hanya 43 dan nilai terendahnya 3. Rata-rata hasil tes sebeum penelitian sebesar 16,8 dengan nilai yang sering muncul 13 dan nilai tengah 14,91. Varians yang diperoleh dari hasil tes sebelum penelitian sebesar 74,51 dengan standar deviasi 8,63. Pada siklus I nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 80, sedangkan pada siklus II naik menjadi 83. Nilai terkecil siswa pada siklus I sebesar 45 dan pada siklus II nilai terkecilnya adalah 50. Begitupun untuk rata-rata nilai tes siklus I dan siklus II, terjadi peningkatan dari 58,23 menjadi 65,59. Untuk nilai modus, di siklus I sebesar 53,98 sedangkan di siklus II sebesar 60,03. Dan varians pada siklus I 67,11 sedangkan di siklus II 62,08 dengan standar deviasi pada siklus I 8,19 berubah menjadi 7,88 di siklus II. Berikut ini tabel perbandingan hasil tes siklus I dan siklus II dengan statistik deskriptif agar pembaca lebih mudah dalam membaca data: Tabel 4.10 Perbandingan Statistik Deskriptif Tes Pra-Penelitian, Siklus I, dan Siklus II Statistik Pra-penelitian Siklus I Siklus II Nilai max 43 80 83 Nilai min 3 45 50 Rata-rata 16.18 58,23 65,59 Modus 13 53,98 60,03 Median 14,91 56,26 64,86 Varian 74,51 67,11 62,08 Standar deviasi 8,63 8,19 7,88 Dari tabel di atas, rentang nilai yang dipeoleh semakin kecil dari dari pra- penelitian, siklus I, dan siklus II. Dengan rentang yang semakin kecil, rata-rata kemampuan siswa menjadi meningkat. Varians yang memperoleh semakin kecil dari dari pra-penelitian, siklus I, dan siklus II. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan penalaran matematik siswa semakin seragam setelah menggunakan bahan ajar berbasis pendekatan matematika realistik. Selain itu pada siklus I siswa yang memperoleh nilai hanya 27 dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 43, dari 27 menjadi 64. Berikut ini adalah grafik perbandingan presentase siswa yang memeperoleh nilai : Gambar 4.14 Perbandingan Persentase Hasil Tes Siklus I dan Siklus II 10 20 30 40 50 60 70 Siklus I Siklus II

Dokumen yang terkait

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 25 307

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 3 307

Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sma Materi Persamaan Lingkaran Di Sma Negeri 90 Jakarta

2 11 246

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 8 307

Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)

3 18 199

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA DI KELAS VII MTS KHADIJAH TANJUNG MORAWA T.A 2015/2016.

0 5 25

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIK SISWA SMP SWASTA MUHAMMADIYAH 2 MEDAN.

0 2 21

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP KARYA BUNDA.

2 10 36

PENERAPAN METODE PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PENALARAN Penerapan Metode Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran dalam Pemecahan Soal Matematika(PTK Pembelajaran Matematika SMK Negeri

0 0 16

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS KELAS V PADA MATERI BANGUN DATAR (Penelitian Eksperimen di Kelas V Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang).

0 1 34