Hasil Validasi Bahan ajar

skala yang dipandu oleh peneliti, hasil siswa juga sangat bervariasi. Proses matematika formal ini juga mengembangkan kemampuan bernalar siswa, karena siswa sendiri yang menerjemahkan penjelasan peneliti yang berdasarkan bahasa siswa menuju matematika formal. Kegiatan bernalar juga terlihat saat siswa menyelesaikan latihan soal dalam bahan ajar. Pada pertemuan pertama ini, ketika latihan soal dengan indikator manipulasi matematika, siswa lupa dalam mengkonversi satuan meter dan centimeter. Pada pertemuan kedua, dengan sub pokok bahasan bangun-bangun datar yang sebangun, terlihat sebuah peningkatan dalam pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis pendekatan matematika realistik ini. Pada proses matematika horizontal siswa dapat melewatinya dengan baik, sehingga peneliti mengajukan sebuah masalah yang lebih kompleks agar siswa dapat mengembangkan hasil dari proses matematika horizontalnya. Pada matematika vertikal inilah terlihat bahwa kemampuan bernalar siswa dalam menemukan bangun yang sebangun masih rendah. Siswa masih sangat banyak menerima bantuan dari peneliti untuk dapat menyelesaikan masalah kedua. Pada pertemuan ketiga, terlihat lagi peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa ketika menyelesaikan masalah yang diajukan. Beberapa siswa ada yang ada yang sudah paham bagaimana menentukan skala dua bangun datar, yaitu dengan membandingan sisi-sisi yang bersesuaian, ada juga yang masih bertanya kepada peneliti. Ketika menyelesaikan instruksi untuk membuat sebuah bangun datar yang sebangun dengan bangun datar yang sudah ada sebangan proses mateatika vertikal, sebagian siswa juga ada yang sudah bisa melakukannya, tetapi sebagian siswa masih merasa kebingungan. Walaupun masih ada siswa yang belum paham, hal ini merupakan peningkatan kemampuan penalaran siswa dari yang sama sekali tidak dapat menjawabnya pertanyaan-pertanyaan pada bahan ajar, menjadi bisa menjawab. Dalam proses belajar, agar sesorang terampil sudah tentu membutuhkan proses, peneliti tetap meyakinkan siswa bahwa pada akhirnya jika tetap dibiasakan belajar dengan bahan ajar ini, siswa akan merasa mudah. Pada pertemuan kelima, proses bernalar siswa sudah semakin terlihat dengan diselesaikannya soal pertama dengan baik. Hanya beberapa siswa yang tidak dapat menjawab soal secara utuh. Sehingga untuk lebih memahami konsep, pada bahan ajar disajikan masalah kedua. Masalah kedua, hanya beberapa siswa yang masih mengalami kesulitan dalam menentukan pasanngan bangun yang terbentuk. Pada pertemuan pertama di siklus II, yaitu pertemuan pertama setelah tes siklus I dilakukan, siswa sudah sangat antusias menentukan syarat dua bangun datar dikatakan kongruen. Siswa sudah terbiasa dengan bahan ajar yang digunakan sehingga mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan. Pertanyaan- pertanyaan dari siswa terkait dengan bahan ajar baik dari bahasa dan kepahaman materi sudah tidak ditemukan peneliti pada pertemuan keenam. Sedangkan pada pertemuan kedua, pada proses matematika horizontal, siswa belum mampu menarik kesimpulan mengenai sifat-sifat segitiga kongruen. Setelah peneliti menuntutnya menuju matematika formal mengenai sifat-sifat segitiga kongruen, siswa merasa paham. Kepahaman tersebut terlihat dari proses matematika vertikal dengan dibuatnya satu contoh segitiga yang tidak kongruen beserta alasannya, dan antara siswa satu dengan siswa lainnya mengajukan satu contoh yang berbeda. Disini, siswa sudah merasa percaya diri menyelesaikan soal tanpa harus bertanya dahulu kepada peneliti sebagaimana ketika pertemuan awal di siklus I. Untuk pertemuan ketiga di siklus II, proses bernalar siswa baru terlihat setelah peneliti memberikan stimulus langkah yang harus dilakukan. Hal ini dikarenakan, siswa jarang sekali menggunakan teorema dari sebuah titik dapat dibuat sebuah garis’ dalam menyelesaikan soal. Sehingga saat mereka menemui masalah yang menuntut mempergunakan teorema itu, penalarannya tidak sampai kepada teorema tersebut. Pada proses matematika vertikal, siswa juga tidak bisa menyelesaikan soal mengenai segi-n beraturan yang dibentuk oleh segitiga- segitiga kongruen sebelum peneliti mengingatkan kembali tentang bagaimana mencari panjang busur sebuah lingkaran. Dari pembelajaran yang dilakukan, sejak pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga di siklus II, kemampuan siswa dalam bernalar terlihat meningkat

Dokumen yang terkait

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 25 307

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 3 307

Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sma Materi Persamaan Lingkaran Di Sma Negeri 90 Jakarta

2 11 246

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 8 307

Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)

3 18 199

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA DI KELAS VII MTS KHADIJAH TANJUNG MORAWA T.A 2015/2016.

0 5 25

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIK SISWA SMP SWASTA MUHAMMADIYAH 2 MEDAN.

0 2 21

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP KARYA BUNDA.

2 10 36

PENERAPAN METODE PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PENALARAN Penerapan Metode Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran dalam Pemecahan Soal Matematika(PTK Pembelajaran Matematika SMK Negeri

0 0 16

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS KELAS V PADA MATERI BANGUN DATAR (Penelitian Eksperimen di Kelas V Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang).

0 1 34