Tahap Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I

menyebutkan contoh-contoh benda yang menggunakan konsep kesebangunan, tujuan, serta manfaat dari mempelajari kesebangunan. Pada kegiatan I sebagai proses matematika horizontal yang terdapat dalam bahan ajar, siswa menetukan pasangan bangun datar yang memiliki bentuk yang sama dengan memberikan alasan yang logis atas jawaban yang mereka berikan, kegiatan tersebut dilakukan secara mandiri. Peneliti meminta perwakilan siswa untuk memberikan alasan dari jawaban yang dia berikan. S5 menjawab: Bangun datar yang memiliki bentuk sama tapi ukurannya berbeda adalah gambar ii dan iii. Sedangkan gambar i dan iv bentuk dan ukurannya berbeda. Pada gambar i gerigi bintang kecil ada yang 5, kalau bintang besar besar geriginya ada 7. Kalau gambar iv, yang satu bentuknya bulan sabit, kalau satunya lagi bulannya panjang ke belakang Hanya kurang lebih 3 menit waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan I. Setelah semua dapat memberikan alasan yang tepat dari masalah yang disajikan, sebagai proses matematika vertikal dalam pembelajaran matematika realistik, peneliti menyajikan masalah yang lebih tinggi, yaitu: Peneliti mendesain soal dengan dengan mengambil sampel taman, kertas, lapangan, dan buku tabungan sebagai benda semi konkret, karena siswa sudah tahu bagaimana bentuk sebuah taman, bagaimana sehelai kertas, betuk lapangan, dan bentuk buku tabungan. Kesulitan yang dihadapi adalah bagaimana menentukan dua bangun yang sebangun. Dalam menyelesaikan masalah ini terlihat jelas bahwa penalaran siswa belum tampak. Belajar mandiri sebelum pembelajaran dilakukan tidak lekas membuat siswa mengerti langkah apa yang harus ditempuh untuk menyelesaikan soal tersebut. S24 bertanya: Bu, kita harus Sebuah taman berbentuk persegi panjang yang berukuran 60 m x 40 m. manakah diantara bangun-bangun yang disebutkan berikut yang sebangun dengan taman tersebut? a. Sehelai kertas yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 3 cm x 2 cm b. Lapangan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 12 m x 8 m c. Buku tabungan yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 12 cm x 6 cm ngapain dulu? Kata ibu masih ada hubungannya sama perbandingan. Apa yang dibandinginnya, bu? 75 siswa mengalami kesulitan yang sama, sehingga bantuanpun diberikan. 10 menit tidaklah cukup untuk menyelesaikan soal tersebut sehingga waktu diberi tambahan waktu 2 menit. Setelah 12 menit berlalu, kelompok 5 terpilih sebagai kelompok yang akan mempresentasikan hasil jawabannya di muka kelas. Gambar 4.1 Diskusi Kelompok dan Presentasi Perwakilan Kelompok Gambar di atas adalah kegiatan diskusi kelompok yang siswa lakukan pada pertemuan kedua. Setelah diskusi kelompok, dengan perasaan gugup seorang siswa mempresentasikan jawaban kelompoknya. Mereka mengakui bahwa bukan hal yang biasa diskusi kelompok dalam belajar matematika, terlebih mempresentasikan jawaban dengan cara dan bahasa yang mereka rangkai sendiri. Dari hasil jawaban yang dipaparkan kelompok 5, peneliti membimbing siswa untuk menemukan syarat dua bangun datar dikatakan sebangun sebagai model for dalam pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik. Setelah proses dari informal ke formal dilakukan, kemudian siswa diajak memperdalam materi dengan berlatih menyelesaikan soal-soal. Setelah menyelesaikan soal-soal, peneliti menanyakan kesulitan apa yang ditemui siswa dalam pembelajaran, dan bagian mana yang belum dipahami. Pada soal no.3 dengan indikator kemampuan memeriksa kesahihan argumen, beberapa siswa lupa akan sifat-sifat bangun datar, sehingga banyak yang keliru dalam menentukan bangun-bangun datar yang pasti sebangun. Berikut ini adalah soal yang dimaksud: Sedangkan pada soal no. 4 dengan indikator menyajikan pernyataan matematik dalam bentuk tulisan dan gambar di bahan ajar, siswa mengalami kesulitan untuk merubah panjang sisi kertas agar peta dan kertas sebangun. berikut ini adalah soalnya: Salah satu siswa memaparkan kesulitannya dalam mengerjakan soal di atas: Bu, ukuran mana yang harus diubah? Kalau soal kayak gini, nyuruh ganti salah satu ukuran kertas, saya bingung harus ngubah yang mana. S20 berargumen: Bu, kalau saya mah ngira-ngira angka bu, pertama saya perkecil dulu ukuran 25 cm x 35 cm sama-sama dibagi 5 cm, jadi ukurannya 5x7. Nah ukuran kertas saya ganti biar kalau diperkecil hasilnya 5x7 juga. Saya bisanya ngerubah panjang kertas jadi 42 cm. Mendengar S20, peneliti memberikan pertanyaan sebagai umpan balik kepada S20: kenapa kamu merubah panjangnya? Kenapa gak lebarnya aja yang kamu ubah? S20 menjawab: soalnya aku bingung 40 dibagi berapa biar diperkecil hasilnya 7. Kan 40 gak bisa diperkecil jadi 7 bu. Mendengar penjelasan S20, siswa yang lain merasa paham bagaimana cara menyelesaikan soal seperti itu. Dari bangun-bangun berikut, manakah pasangan bangun yang pasti sebangun?Mengapa? Jelaskan a. Dua persegi panjang b. Dua persegi c. Dua jajargenjang d. Dua trapezium sama sisi e. Dua segitiga sama kaki f. Dua segitiga sama sisi Sebuah peta berbentuk persegipanjang dengan ukuran 25 cm x 35 cm dan kertas berukuran 30 cm x 40 cm, apakah bentuk peta dan kertas sebangun? Andaikan peta dan kertas tidak sebangun, gantilah salah satu ukuran kertas agar peta dan kertas sebangun. Berapakah ukurannya? Sebelum kegiatan pembelajaran diakhiri, peneliti meminta salah satu siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Siwa berinisial S8 menyimpulkan: kita hari ini belajar nyari syarat dua bangun datar dibilang sebangun, syaratnya ada 2. Yang pertama perbandingan sisi yang bersesuaiannya harus sama, kalau syarat kedua sudut yang bersesuaiannya harus sama besarnya. Peneliti juga memberikan pekerjaan rumah, dan menginformasikan materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya, yaitu menentukan panjang salah satu sisi dari dua bangun datar yang sebangun. 3 Pertemuan ketiga menentukan panjang salah satu sisi yang belum diketahui dari dua bangun datar yang sebangun Pembahasan PR mengawali pembelajaran pada pertemuan ketiga, Jumat, 18 Oktober 2013. Berikut ini adalah soal PR yang diberikan: Sebelumnya peneliti menanyakan kesulitan apa yang siswa temukan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan. Dalam menyelesaikan soal di atas, siswa merasa kesulitan karena harus mengganti salah satu dari ukuran- ukuran bangun agar kedua bangun sebangun. S13 menyatakan kesulitannya: Bu, kalau kemarin mah udah dikasih tau disuruh ngubah salah satu ukuran kertas, kalau soal yang ini disuruh ngubah salah satu dari dua-duanya, poto atau pigura. Kenapa PR-nya malah beda dar kemarin bu, saya kan bingung lagi. Peneliti menjelaskan bahwa dengan soal-soal seperti akan mengasah kemampuan matematika. Setelah membahas PR, peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan, yaitu menentukan panjang salah satu sisi bangun datar yang sebangun. Pertemuan ketiga ini merupakan lanjutan dari pertemuan sebelumnya, sehingga pada pertemuan ketiga ini, siswa hanya berlatih soal kesebangunan bangun datar menggunakan konsep perbadingan. Kegiatan ini dilakukan secara Sebuah pigura berbentuk persegi panjang 40 cm x 60 cm dan sebuah poto berbentuk persegi panjang berukuran 30 cm x 40 cm. apakah bentuk pigura dan poto sebangun? Andaikan pigura dan poto tidak sebangun, ubahlah salah satu ukuran pigura atau poto agar pigura dan poto sebangun.Berapakah ukurannya? berkelompok. Beriku ini adalah masalah yang disajikan dalam matematisasi horizontal: Ketika menyelesaikan soal di atas, S16 ragu dalam menentukan skala segilima ABCD terhadap segilima RSTUV. Dia bertanya: Bu, skala kan perbandingan, ini yang dibandingin apanya, bu? Peneliti tidak langsung menjawab pertanyaan S16, peneliti melemparkan pertanyaan tersebut kepada siswa lainnya. S2 dari kelompok 6 menjawab: kalau kelompok kita mah yang dibandingin sisi yang bersesuaian yang udah diketahui di gambar. AE:RV, jadinya 9:6, trus diperkecil jadi 3:2. Peneliti menegaskan jawaban S2 dari kelompok 6 tepat, yaitu mencari skala dengan cara membandingkan panjang sisi yang bersesuaian dari dua bangun segilima tersebut. Kelompok yang terpilih untuk mempresentasikan jawabannya adalah kelompok 8. Kelompok 8 mengalami kesulitan dalam proses matematisasi vertikal, yaitu perintah untuk membuat contoh bangun datar lain yang sebangun dengan segilima RSTUV, sehingga perwakilan dari kelompok 6 yang sudah bisa memberi contoh bangun datar lain menyempurnakan jawaban dari kelompok 8. Berikut ini adalah perbandingan jawaban kelompok yang dapat menyelesaikan masalah pada matematika vertikal dan kelompok yang tidak dapat menyelesaikan masalah pada matematika vertikal. Segilima ABCDE sebangun dengan segilima RSTUV dengan panjang sisi seperti gambar berikut. a. Bagaimana caramu menentukan skala segilima ABCDE terhadap segilima RSTUV? b. Hitunglah nilai x dan y Gambar 4.2 Perbandingan Hasil Pekerjaan Kelompok Setelah serangkaian kegiatan matematisasi dilaksanakan, dan peneliti telah membimbing siswa menuju matematika formal yang diinginkan, selanjutnya siswa diajak untuk memperdalam materi dengan latihan soal-soal. Dalam menyelesaikan soal- soal yang terdapat pada bahan ajar dengan indikator kemampuan siswa dalam melakukan manipulasi matematik dan memeriksa kesahihan argumen, beberapa siswa ada yang bertanya banyaknya rusuk, rumus luas permukaan dan volume balok. Ketika peneliti menanyakan bagian mana yang belum dipahami dari pembelajaran yang telah dilakukan, beberapa siswa menjawab bahwa hambatan yang dihadapi dalam menyelesaikan soal-soal adalah penggunaan konsep materi lain, yaitu materi luas, keliling, dan voleme sebuah bangun. Sedangkan sebagian lagi menyatakan kerepotan dalam menjawab soal karena proses penyelesaiannya tidak bisa diselesaikan dalam satu tahap. Di 5 menit terakhir, peneliti meminta siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. S33 menyimpulkan: hari ini udah belajar cara nyari panjang sisi yang belum diketahui dari dua bangun datar. Caranya tinggal dibuat perbandinagn aja dari sisi yang bersesuaian. Kemudian peneliti memberikan pekerjaan rumah, serta menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya, yaitu menentukan sifat-sifat segitiga sebangun. 4 Pertemuan keempat sifat-sifat segitiga sebangun Pertemuan keempat pada hari Selasa, 22 Oktober 2013. Pembelajaran di mulai dengan pembahasan pekerjaan rumah, kemudian peneliti menjelaskan manfaat dari mempelajari materi segitiga-segitiga sebangun. Selanjutnya peneliti memberikan apersepsi dengan mengingatkan kembali materi sudut yang akan digunakan dalam membuktikan segitiga-segitiga sebangun. Respon siswa sangat baik ketika peneliti mengingatkan kembali materi sudut, hal ini terlihat dengan kekompakan mereka dalam menjawab secara serentak. Setelah peneliti memastikan bahwa siswa benar-benar telah siap mengikuti pembelajaran, kegiatan untuk menemukan sifat dua segitiga sebangun pun dilakukan secara kelompok dengan soal sebagai berikut: Ketika menyelesaikan masalah di atas, siswa merasa bingung bagaimana cara menyelesaikan kegiatan tersebut. S21 bertanya: Bu, ini maksudnya apa, g ambarlah dua segitiga yang sisi-sisinya mempunyai perbandingan yang sama, terus disuruh diukur sudut-sudut kedua segitiga tersebut? Gimana bu caranya? Setelah dijelaskan oleh peneliti, siswa barulah mengerti maksud dari perintah tersebut. Peneliti menyimpulkan bahwa siswa sulit memahami bahasa formal dalam bahan ajar, karena ketika peneliti menyampaikan dengan bahasa lisan, mereka mengerti dan paham apa yang harus dilakukan. berikut ini adalah perbandingan hasil jawaban kelompok dari soal di atas: 1. Gambarlah dua segitiga yang sisi-sisinya mempunyai perbandingan yang sama 2. Ukurlah sudut-sudut kedua segitiga tersebut 3. Bagaimana sudut-sudut yang bersesuaian dari kedua segitiga tersebut? 4. Gambarlah dua segitiga yang sudut-sudutnya sama besar 5. Ukurlah panjang sisi-sisi yang bersesuaian kedua segitiga tersebut dengan penggaris 6. Bagaimana perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian kedua segitiga tersebut? 7. Jelaskan kesimpulan dari kegiatan yang telah kamu lakukan Gambar 4.3 Variasi Jawaban Siswa Pertemuan 4 Matematisasi Horizontal Ketika menyelesaikan soal tersebut, beberapa kelompok menjawab dengan hasil yang berbeda. Hal ini mengiyaratkan bahwa kemampuan penalaran siswa sudah terlihat. Siswa mampu memberikan jawaban berbeda dengan jawaban yang logis. Setelah perwakilan siswa mempresentasikan jawabannya, peneliti membimbing siswa menuju konsep yang diinginkan yaitu sifat-sifat segitiga sebangun. setelah siswa memahami penjelasan peneliti, siswa menyelesaikan masalah II sebagai proses matematika vertikal dalam pendekatan matematika realistik. Gambar yang dihasilkan beberapa kelompok bervariasi. Berikut ini adalah contoh hasil jawaban siswa: Gambar 4.4 Variasi Hasil Jawaban Siswa Pertemuan 4 Matematisasi Vertikal Pada soal pendalaman no.2 di bahan ajar dengan indikator kemampuan penalaran siswa dalam melakukan manipulasi matematik, siswa lupa pengertian garis tinggi. Akhirnya peneliti mengingatkan kembali pengertian garis tinggi, garis bagi, dan garis berat. Setelah dijelaskan, ada siswa yang masih merasa bingung dalam menentukan besar sudut ∠PRS, ∠SRQ, dan ∠SQR. Soal tersebut adalah seperti berikut ini: Sebelum peneliti menjelaskan kepada siswa yang masih kesulitan, S20 bisa menjawab kesulitan temannya: karena garis tinggi adalah garis yang memotong tegak lurus garis dihadapannnya, maka ∠PSR = ∠QSR = 90 , pada gambar diketahui ∠SPR = 60 , berati ∠PRS = 30 , itu didapet dari 180 . Pada gambar ∠PRQ = 90 , karena ∠PRQ dipotong sama∠PRS = 30 , berarti ∠SRQ = 90 = 60 . Nah, jadi ∠SQR = 180 = 30 . Selanjutnya pada soal no.3 dengan indikator penalaran matematik dalam menyusun bukti, siswa mengalami kesulitan dalam membuktikan segitiga sebangun. Kesulitan yang dihadapi adalah ketika memberikan alasan berupa teorema-teorema sudut. Berikut ini adalah soal yang dimaksud: Segitiga PQR siku-siku di R, dengan ̅̅̅̅ adalah garis tinggi. Perhatikan gambar disamping a. Hitunglah besar ∠PRS, ∠SRQ, dan ∠SQR b. Buktikan bahwa ∆PSR sebangun dengan ∆RSQ c. Berdasarkan b, tulislah perbandingan senilai sisi-sisi yang bersesuaian d. Jika panjang ̅̅̅̅ = 3 cm, ̅̅̅̅ = 12 cm. dan ̅̅̅̅ = 6 cm, hitunglah panjang ̅̅̅̅dan ̅̅̅̅ Dalam menyelesaikan soal di atas, siswa hanya mampu memberikan alasan bahwa ̅̅̅̅ ̅̅̅̅. Di kelas VII siswa sudah tahu teorema sudut, tetapi dalam membuktikan segitiga sebangun siswa belum terbiasa. Oleh karena itu, soal dengan indikator menyusun bukti perlu dilatihkan. 5 Pertemuan kelima garis sejajar dalam segitia Pertemuan kelima, Jumat, 25 Oktober 2013. Materi pada pertemuan kelima adalah garis sejajar dalam segitiga. Pada pertemuan kali ini siswa sudah aktif secara mandiri saat menyelesaikan kegiatan I sebagai matematika horizontal. Berikut ini adalah soal yang disajikan sebagai proses matematika horizontal: Siswa dapat menyelesaikan pertanyaan 1 dan 2 tanpa bantuan dari peneliti, sedangkan untuk pertanyaan ketiga ada siswa yang kurang teliti memperhatikan Perhatikan gambar berikut a. Buktikan bahwa segitiga ABE dan segitiga CDE di atas sebangun b. Jika panjang ̅̅̅̅= 6 cm, ̅̅̅̅ = 7,5 cm, ̅̅̅̅ = 5 cm, dan ̅̅̅̅ = 3 cm, hitunglah panjang ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅ Gambar di bawah ini merupakan sebuah puzle yang menggunakan konsep kesebangunan. 1. Tentukan pasangan sisi yang sejajar dengan ̅̅̅̅ 2. Tentukan segitiga-segitiga yang sebangun dengan segitiga ABC Mengapa? Jelaskan 3. Tuliskan semua pasangan sisi yang bersesuaian dari segitiga-segitiga yang sebangun tersebut sisi yang bersesuaian dalam segitiga GED, IGF, dan segitiga JHD. Berikut ini adalah hasil kerja siswa dalam menyelesaikan soal di atas: Gambar 4.5 Jawaban Siswa yang Lengkap dan Tidak Lengkap Beserta Kekeliruannya Pada kegiatan II, siswa menyelesaikan kegiatan II bersama teman kelompoknya dengan baik. Kemampuan penalaran siswa pada proses matematika vertikal ini terlihat bervariasi. Dalam membaca sebuah segitiga sebangun yang berhimpit, ada siswa yang harus menjabarkannya terlebih dahulu, ada pula siswa yang langsung dapat menentukannya. Berikut adalah gambar hasil kerja siswa: Gambar 4.6 Variasi Jawaban Siswa Pertemuan 5 Matematisasi Vertikal

c. Tahap Obsevasi

Observasi aktivitas belajar siswa dilakukan oleh guru matematika kelas IX. Adapun hal-hal yang diamati oleh observer adalah mengenai bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis pendekatan matematika realistik. Berikut ini adalah hasil observasi aktivitas belajar siswa selama siklus I: Tabel 4.1 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I No. Rangkaian Pembelajaran P er te m u an ke -1 Pe rt em u an ke -2 Pe rt em u an ke -3 Pe rt em u an ke -4 Pe rt em u an ke -5 1. Menyelesaikan masalah kontekstual, baik secara mandiri atau berkelompok disesuaikan. 1 1 1 1 2. Memilih strategi yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah. 1 1 1 3. Menyelesaikan masalah dengan cara dan pengalaman mereka sendiri. 1 1 1 4. Beberapa siswa mempresentasikan jawabannya di muka kelas. 1 1 1 1 5. Merumuskan bentuk matematika informal sesuai pengalaman siswa ke bentuk matematika formal. 1 1 1 1 6. Menyelesaikan masalah sesuai dengan matematika formal. 1 1 1 1 1 Keterangan : 0: Kegiatan tidak dilaksanakan 1: Kegiatan dilaksanakan Selain observasi, untuk mengamati proses pembelajaran peneliti juga membuat catatan lapangan agar proses pembelajaran lebih terkontrol. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi catatan lapangan selama siklus I: Tabel 4.2 Rekapitulasi Catatan Lapangan Siklus I Pertemuan Catatan Lapangan 1  Siswa masih kebingungan dalam menggunakan bahan ajar.  Dalam menyelesaikan masalah siswa di kegiatan I dan II siswa masih sangat tergantung pada peneliti.  Tidak ada yang mau mempresentasikan jawaban kelompoknya.  Dalam menyelesaikan soal latihan ada siswa yang masih keliru mengkonversi satuan meter dan centimeter. 2  Siswa masih kebingungan dalam mengerjakan kegiatan II, sehingga peneliti kerepotan dalam memberikan bantuan.  Ada siswa yang menulis jawaban tidak pada tempat jawaban yang telah disiapkan.  Pada hal. 2-3 tidak ada kegiatan yang membuktikan sudut, tetapi di kesimpulan ada yang mengenai sudut.  Siswa sudah mau mempresentasikan jawabannya walaupun dengan gugup dan malu-malu.  Siswa masih terlihat bingung saat menyelesaikan soal-soal pendalaman, dan belum terbiasa menyelsaikan soal yang hasilnya tidak ditemukan dalam satu langkah. 3  Pada kegiatan I hal.2 ada kelompok yang masih kebingungan saat disuruh membuat segilima yang sebangun dengan skala yang berbeda.  Ada siswa menulis jawaban terlalu besar sehingga keluar dari kolom jawaban yang tersedia.  Dalam menyelesaikan soal pendalaman, ada siswa yang masih bertanya rumus luas dan volume balok. 4  Pada kegiatan I siswa masih bingung memahami intruksi, tetapi setelah dijelaskan kembali oleh peneliti siswa akhirnya paham.  Dalam menyelesaikan soal pendalaman, siswa lupa pengertian garis tinggi, dan belum biasa menyelesaikan soal dengan indikator menyusun bukti. 5  Pada pertemuan kelima, siswa sudah aktif menyelesaikan kegiatan I, hanya sedikit kekeliruannya, yaitu ketika menentukan pasangan sisi yang bersesuaian.  Di kegiatan II penalaran siswa sudah terlihat karena jawaban siswa bermacam-macam.  Siswa menyelesaikan masalah tidak lagi perkelompok 4 orang, ada yang berdua, ada yang sendiri, ada yang bertiga, sesuai dengan teman yang mereka anggap cocok. Tahapan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik tersebut ada yang dilaksanakan ada pula yang tidak dilaksanakan. Pada pertemuan pertama rangkaian pembelajaran menyelesaikan masalah kontekstual secara mandiri tidak terlaksana. Siswa memang duduk secara berkelompok tetapi tidak ada aktivitas kelompok yang terlihat. Pada pertemuan kedua, ketiga, dan keempat, kegiatan mnyelesaikan masalah secara kelompok dilaksanakan. Akan tetapi pada pertemuan kelima, siswa merasa jenuh dengan kegiatan kelompok dikarenakan ada beberapa siswa dalam kelompok yang acuh tak acuh dalam menyelesaikan masalah, sehingga siswa ada yang memilih menyelesaikan masalah secara mandiri, ada juga yang mengerjakan hanya berdua dengan teman sebangkunya. Rangkaian pembelajaran memilih strategi yang paling efektif dan menyelesaikan masalah secara mandiri dengan pengalaman mereka pada pertemuan pertama dan kedua juga tidak terlaksana dikarenakan siswa sebelumnya tidak pernah diberi masalah di awal pembelajaran, sehingga siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pada pertemuan pertama dan kedua, pembelajaran terpusat pada peneliti. Sedangkan pada pertemuan ketiga rangkaian pembelajaran ini sudah bisa dilaksanakan, ada 3 dari 8 kelompok yang dapat menjawab seluruh pertanyaan. Pada pertemuan kelima siswa sudah aktif secara mandiri ataupun berkelompok menyelesaikan masalah yang diberikan. Untuk tahap mempresentasikan jawaban di muka kelas, pada pertemuan pertama juga tidak bisa dilaksanakan. Karena menyelesaikan masalahnya pun siswa terpusat pada peneliti, kegiatan mempresetasikan tidak bisa dilaksanakan. Tetapi pada pertemuan kedua, walaupun dalam proses menyelesaikan masalah setiap kelompok masih sangat bergantung pada peneliti, kegiatan mempresentasikan tetap dilaksanakan agar di pertemuan selanjutnya siswa sudah siap mempresentasikan setiap jawaban. Tahapan selanjutnya yang sangat penting dalam pendekatan matematika realistik adalah proses merumuskan matematika dari informal yang sesuai dengan pengetahuan siswa ke dalam bentuk matematika formal. Pada pertemuan pertama tahap ini juga tidak terlaksana karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran ini. Menuangkan ide matematiknya dengan cara mereka sendiri saja siswa merasa sangat sulit, terlebih lagi merumuskan matematika dari pengetahuan informal ke dalam bentuk matematika formal. Siswa butuh latihan dan pembiasaan untuk tahap ini. Pada pertemuan selanjutnya, siswa sudah mau mencoba merumuskan dari matematika informal ke dalam matematika formal. Tahap terakhir dalam rangkaian pendekatan matematika realistik dalah menyelesaikan masalah dengan matematika formal. Pada pertemuan pertama tahap ini bisa dilakukan tetapi hanya 1 soal yang berhasil dikerjakan dan dibahas di kelas. Pada pertemuan selanjutnya siswa dapat menyelesaikan 2 soal latihan. Latihan soal ada pula yang dijadikan sebagai pekerjaan rumah.

d. Tahap Analisis

Berdasarkan aktivitas belajar siswa catatan lapangan pada siklus I, pada pertemuan pertama beberapa tahapan pembelajaran matematika realsitik tidak dapat dilaksanakan karena ketidakbiasaan siswa belajar menggunakan bahan ajar yang dibuat. Tetapi pada pertemuan kedua tahapan pembelajaran sudah bisa dilaksanakan, hanya saja peneliti masih sanagat kerepotan dalam membimbing dan memberikan bantuan kepada siswa yang belum paham terhadap kalimat bahan ajar, serta cara menuangkan ide mereka ke dalam kolom yang tersedia pada bahan ajar. Pada pertemuan selanjutnya bantuan yang diberikan semakin berkurang karena mereka banyak belajar dari pertemuan pertama dan kedua. Mereka belajar materi yang sudah dipelajari terlebih dahulu sebelum masuk kelas agar bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Hasil tes siklus I dari 33 diperoleh nilai tertinggi 80, dan nilai terendah 45. Nilai yang sering muncul adalah 53,98 dengan nlai tengah 56,26. Sedangkan rata- rata nilai adalah 58,23 dengan varian dan standar deviasi 8,19. Berikut ini tabel statistik deskriptif hasil tes siklus I:

Dokumen yang terkait

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 25 307

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 3 307

Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sma Materi Persamaan Lingkaran Di Sma Negeri 90 Jakarta

2 11 246

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 8 307

Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)

3 18 199

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA DI KELAS VII MTS KHADIJAH TANJUNG MORAWA T.A 2015/2016.

0 5 25

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIK SISWA SMP SWASTA MUHAMMADIYAH 2 MEDAN.

0 2 21

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP KARYA BUNDA.

2 10 36

PENERAPAN METODE PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PENALARAN Penerapan Metode Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran dalam Pemecahan Soal Matematika(PTK Pembelajaran Matematika SMK Negeri

0 0 16

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS KELAS V PADA MATERI BANGUN DATAR (Penelitian Eksperimen di Kelas V Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang).

0 1 34