menjadi dasar dalam kesebangunan dan
kekongruenan.
Penggunaan bahasa efektif dan
efisien Bahasanya tidak meyakinkan
anak akan paham perintah dalam bahan ajar. Sesuaikan
bahasa dengan yang lebih realistik. K
ata ‘kamu’ ,kata
‘kamu; diganti dengan
‘adik-adik’
Bahasa akan lebih disesuaikan dengan tingkat
usia anak. Kata ‘kamu’ pada bahan ajar akan
diganti dengan ‘adik’.
Penggunaan font
- -
Penggunaan foto dan gambar
Kurang semi abstrak. Cari yang
sesuai dengan
connectizing. Gambar dalam proses
menemukan konsep akan diusahan dikoneksikan
dengan kehidupan.
C. Pembahasan Temuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa pada pokok bahasan Kesebangunan dan dengan menggunakan
bahan ajar berbasis pendekatan matematika realistik. Peneliti membuat bahan ajar dengan prinsip pendekatan matematika realistik sebagai alat untuk melatih
kemampuan bernalar siswa, karena pendekatan matematika realistik adalah sebuah pendekatan yang menuntun siswa menemukan kembali konsep
matematika dengan kemampuan yang sudah mereka dapatkan agar pembelajaran menjadi bermakna, maka pendekatan matematika realistik sangat cocok untuk
mengembangkan kemampuan bernalar siswa. Untuk tes kemampuan penalaran, peneliti menyajikan 10 butir soal di
setiap akhir siklus dengan soal yang mewakili tiap indikator. Sebelum digunakan untuk tes akhir siklus, terlebih dahulu soal diuji kevalidannya. Dalam
pelaksanaannya, aktivitas siswa yang berkaitan dengan penalaran diamati dengan lembar observasi aktivitas belajar. Lembar aktivitas ini memuat tahapan
pendekatan matematika realistik yang dirangkum dalam bahan ajar.
1. Kemampuan Penalaran Matematik Siswa
Pendekatan matematika realistik adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang mampu menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga
tercapainya tujuan yang diinginkan, yaitu kemampuan penalaran matematika. Hal
ini dikarenakan dalam praktiknya, pendekatan matematika realistik diawali dengan kegiatan visualisasi benda-benda konkret terlebih dahulu sampai ke
tingkat yang paling abstrak. Prinsip pendekatan matematika realistik ini bertujuan menjadikan pembelajaran menjadi bermakna. Siswa yang memulai proses belajar
dari hal-hal yang ada di sekitar lingkungan akan meninggalkan kesan positif dalam benaknya, sehingga siswa akan menyadari bahwa matematika adalah ilmu
yang selalu terintegrasi dalam kehidupan. Pendekatan matematika realistik
sanagat cocok untuk mengembangkan kemampuan bernalar siswa, karena dengan pendekatan ini, siswa terlibat langsung dalam menemukan suatu konsep.
Pada penelitian ini, kemampuan penalaran matematik siswa dapat dilihat ketika siswa mampu menyelesaikan masalah yang terangkum dalam bahan ajar
berbasis pendekatan matematika realistik saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada bagian inilah proses bernalar siswa dilatihkan. Pada penyajian
kegiatanmasalah di awal pembelajaran, peneliti dapat mengamati bagaimana proses bernalar siswa. Jika siswa dianggap sudah mampu menyelesaikan satu
masalah dengan cara mereka sendiri, maka siswa akan disajikan lagi masalah yang lebih kompleks agar daya nalar siswa semakin berkembang, proses inilah
yang dalam pendekatan matematika realistik disebut dengan matematika vertikal. Setelah proses matematika vertikal dilakukan dengan cara dan bahasa mereka
sendiri informal, maka peneliti membimbing siswa menuju konsep yang sedang diajarkan formal.
Hasil dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa setelah digunakannya bahan ajar berasis pendekatan matematika
realistik. Pada pertemuan pertama sub pokok bahasan foto dan model berskala, siswa sama sekali tidak bisa mengggunakan bahan ajar tanpa bantuan peneliti.
Pertanyaan- pertanyaan ‘mengapa dan jelaskan’ yang terdapat dalam bahan ajar
membutuhkan proses bernalar yang logis tidak bisa diselesaikan tanpa bantuan peneliti. Kondisi demikian adalah hal yang wajar bagi seorang siswa yang baru
memulai menggunakan bahan ajar berbasis pendekatan matematika realistik. Terlebih lagi, selama belajar mereka hanya terpaku pada guru yang memberikan
konsep dan contoh soal. Dalam merumuskan bentuk matematika formal tentang
skala yang dipandu oleh peneliti, hasil siswa juga sangat bervariasi. Proses matematika formal ini juga mengembangkan kemampuan bernalar siswa, karena
siswa sendiri yang menerjemahkan penjelasan peneliti yang berdasarkan bahasa siswa menuju matematika formal. Kegiatan bernalar juga terlihat saat siswa
menyelesaikan latihan soal dalam bahan ajar. Pada pertemuan pertama ini, ketika latihan soal dengan indikator manipulasi matematika, siswa lupa dalam
mengkonversi satuan meter dan centimeter. Pada pertemuan kedua, dengan sub pokok bahasan bangun-bangun datar
yang sebangun, terlihat sebuah peningkatan dalam pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis pendekatan matematika realistik ini. Pada
proses matematika horizontal siswa dapat melewatinya dengan baik, sehingga peneliti mengajukan sebuah masalah yang lebih kompleks agar siswa dapat
mengembangkan hasil dari proses matematika horizontalnya. Pada matematika vertikal inilah terlihat bahwa kemampuan bernalar siswa dalam menemukan
bangun yang sebangun masih rendah. Siswa masih sangat banyak menerima bantuan dari peneliti untuk dapat menyelesaikan masalah kedua.
Pada pertemuan ketiga, terlihat lagi peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa ketika menyelesaikan masalah yang diajukan. Beberapa siswa
ada yang ada yang sudah paham bagaimana menentukan skala dua bangun datar, yaitu dengan membandingan sisi-sisi yang bersesuaian, ada juga yang masih
bertanya kepada peneliti. Ketika menyelesaikan instruksi untuk membuat sebuah bangun datar yang sebangun dengan bangun datar yang sudah ada sebangan
proses mateatika vertikal, sebagian siswa juga ada yang sudah bisa melakukannya, tetapi sebagian siswa masih merasa kebingungan. Walaupun masih ada siswa
yang belum paham, hal ini merupakan peningkatan kemampuan penalaran siswa dari yang sama sekali tidak dapat menjawabnya pertanyaan-pertanyaan pada
bahan ajar, menjadi bisa menjawab. Dalam proses belajar, agar sesorang terampil sudah tentu membutuhkan proses, peneliti tetap meyakinkan siswa bahwa pada
akhirnya jika tetap dibiasakan belajar dengan bahan ajar ini, siswa akan merasa mudah.