Tahap Analisis Tindakan Pembelajaran Siklus II

yang mereka keluhkan adalah banyaknya penggunaan konsep lain dalam pembelajaran, seperti mencari panjang busur sebuah lingkaran. Sebelumnya mereka tidak pernah membayangkan pada materi kesebangunan dan kekongrueanan akan membahas lingkaran. Tetapi, tak bisa dipungkiri dibalik kesulitan itu, pembelajaran dengan bahan ajar yang dibuat melatih rasa percaya diri mereka dalam mengemukakan pendapat dan tampil di muka kelas. Berdasarkan hasil tes siklus II, diperoleh rata-rata kelas sebesar 65,59 dengan nilai tertinggi 83 dan nilai terendah 50. Sedangakan nilai yang sering muncul adalah 60,3 dan nilai tengahnya sebesar 64,86. Variansnya sebesar sebesar 62,08 dengan standar deviasi 7,88. Karena nilai rata-rata kelas sudah mencapai kriteria yang diinginkan yaitu 63, maka penelitian berhenti sampai siklus II.

B. Interpretasi Hasil Analisis Perbandingan Siklus I dan Siklus II

1. Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa

Pada awal pembelajaran di siklus I, siswa masih sangat canggung mengikuti pembelajaran. Beberapa rangkaian pembelajaran pendekatan matematika realistik tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya karena kondisi siswa yang masih belum terbiasa. Pada pertemuan kedua rangkaian kegiatan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik sudah bisa dilaksanakan, tetapi bantuan yang diberikan hampir kepada seluruh kelompok, sehingga peneliti terlihat kerepotan mengatur kelas. Tetapi pada pertemuan berikutnya di siklus I, siswa banyak belajar dari pengalaman belajar pertemuan pertama dan kedua. Siswa optimis bisa mengikuti pembelajaran jika terus dilatih dan dibiasakan. Berikut ini adalah kegiatan rangkaian kegiatan yang bisa dilaksanakan pada pertemuan pertama: Tabel 4.9 Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Selama Pembelajaran No. Rangkaian Pembelajaran SIKLUS I SIKLUS II P er te m u an ke -1 Pe rt em u an ke -2 Pe rt em u an ke -3 Pe rt em u an ke -4 Pe rt em u an ke -5 Pe rt em u an ke -1 Pe rt em u an ke -2 Pe rt em u an ke -3 1. Menyelesaikan masalah kontekstual, baik secara mandiri atau berkelompok disesuaikan. 1 1 1 1 1 1 1 2. Memilih strategi yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah. 1 1 1 1 1 1 3. Menyelesaikan masalah dengan cara dan pengalaman mereka sendiri. 1 1 1 1 1 1 4. Beberapa siswa mempresentasikan jawabannya di muka kelas. 1 1 1 1 1 1 1 5. Merumuskan bentuk matematika informal sesuai pengalaman siswa ke bentuk matematika formal. 1 1 1 1 1 1 1 1 6. Menyelesaikan masalah sesuai dengan matematika formal. 1 1 1 1 1 1 1 1 Kepercayaan diri siswa untuk bisa mengikuti pembelajaran dengan baik terlihat dari sikap antusias siswa pada pertemuan pertama di siklus II. Dengan desain bahan ajar yang menampilkan keadaan di lingkungan mereka serta kalimat petunjuk yang mudah mereka pahami, siswa dapat menemukan syarat dua bangun datar dikatakan kongruen secara mandiri tanpa bantuan peneliti. Terjadi peningkatan aktivitas siswa yang sangat signifikan di siklus II ini. Jika pada siklus I siswa masih banyak meminta bantuan dalam menenukan konsep matematik, pada pertemuan pertama di siklus II siswa sudah dapat menemukan konsep secara mandiri tanpa bantuan peneliti. Begitu pun pada pertemuan kedua, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dalam menemukan sifat-sifat segitiga kongruen. Sedangkan aktivitas siswa pada pertemuan ketiga di siklus II menurun dengan banyaknya bantuan yang diberikan peneliti karena dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan segitiga-segitiga sebangun dan kongruen, hal ini disebabkan karena siswa belum tahu langkah apa yang harus ditempuh.

2. Perbandingan Pencapaian Kemampuan Penalaran Per-Indikator

Tes siklus disusun dengan 10 butir soal pilihan ganda beralasan dan terdiri dari empat indikator kemampuan penalaran matematika, yaitu kemampuan menyususn bukti, kemampuan menyajikan pernyataan matematik dalam bentuk tertulis dan gambar, kemampuan melakukan manipulasi matematik, dan kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen. Berikut ini adalah perolehan nilai rata-rata kemampuan penalaran matematika hasil tes pra penelitian, siklus I, dan siklus II: Gambar 4.13 Perbandingan Rata-Rata Kemampuan Penalaran Matematik Per-Indikator Pra-penelitian Siklus I Siklus II A 15.91 46.97 70.45 B 11.23 78.79 84.84 C 25.5 54.55 53.78 D 9 55.68 55.3 10 20 30 40 50 60 70 80 90 R ata -r ata K e m am p u an Pen al ar an p e r- In d ikat o r

Dokumen yang terkait

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 25 307

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 3 307

Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sma Materi Persamaan Lingkaran Di Sma Negeri 90 Jakarta

2 11 246

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 8 307

Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)

3 18 199

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA DI KELAS VII MTS KHADIJAH TANJUNG MORAWA T.A 2015/2016.

0 5 25

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIK SISWA SMP SWASTA MUHAMMADIYAH 2 MEDAN.

0 2 21

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP KARYA BUNDA.

2 10 36

PENERAPAN METODE PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PENALARAN Penerapan Metode Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran dalam Pemecahan Soal Matematika(PTK Pembelajaran Matematika SMK Negeri

0 0 16

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS KELAS V PADA MATERI BANGUN DATAR (Penelitian Eksperimen di Kelas V Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang).

0 1 34