Tahap Obsevasi Tindakan Pembelajaran Siklus II

lupa bagaimana cara mencari panjang busur sebuah lingkaran. Siswa baru bisa menyelesaikan soal setelah peneliti memberitahu bagaimana cara mecari panjang busur lingkaran. Hal tersebut adalah bukti bahwa pembelajaran selama ini hanya sekedar menghafal rumus. Siswa akan melupakan rumus yang satu ketika bertemu rumus yang lain.

d. Tahap Analisis

Dari hasil tes siklus II, diperoleh nilai tertinggi siswa sebesar 83 dan nilai terendah siswa sebesar 50. Niilai rata-rata kelasnya sebesar 65,59 dengan nilai yang sering muncul 60,3. Sedangkan nilai tengahnya sebesar 64,86, varians sebesar 62,08 dan standar deviasi 7,88. Berikut ini tabel statistik deskriptif hasil tes siklus II agar pembaca lebih mudah dalam membacanya: Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Hasil Tes Siklus II Statistik Nilai Nilai max 83 Nilai min 50 Rata-rata 65,59 Modus 60,03 Median 64,86 Varian 62,08 Standar deviasi 7,88 Siswa yang mendapat nilai diatas standar yang diharapkan hanya 21 dari 33 siswa, yaitu sebesar 64. Berikut adalah perbandingan persentase nilai siswa yang telah mencapai kriteria: Gambar 4.12 Presentase Hasil Tes Siklus II Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata nilai untuk setiap indikator kemampuan penalaran matematik, kemampuan menyajikan pernyataan matematik dalam bentuk tulisan dan gambar diwakili oleh no.1 dan 3 dan memiliki rata-rata tertinggi sebesar 84,84, hal ini disebabkan tipe soal indikator ini tidak jauh berbeda dengan soal pada siklus I, sehingga pada saat tes siklus II siswa belajar dari kesalahan yang mereka buat saat tes siklus I. Kemampuan menyusun bukti berada pada urutan kedua dengan rata-rata 70,45 dan diwakili oleh no. 2, 9, dan 10. Kenaikan tersebut disebabkan karena pada soal no. 2 siswa sudah sudah mengetahui teorema sudut dalam bersebrangan dan sudut bertolak belakang adalah sama. Pada soal no. 9 siswa sudah menggunakan konsep perbandingan dalam menyelesaikan soal, tetapi kesalahannya adalah keliru dalam menentukan sisi-sisi yang bersesuaian. Sedangkan pada soal no. 10, pada saat pembelajaran sebelumnya peneliti sudah mengingatkan kembali definisi garis bagi, bagi siswa yang memperhatikan, dengan cepat ia dapat mengetahui apa yang ditanyakan. Kemampuan memeriksa kesahihan argumen memiliki rata-rata sebesar 55,30. Indikator ini diwakili oleh no.7 dan 8. Dalam menyelesaikan soal no. 7 siswa kesulitan dalam memahami gambar sehingga dalam adanya memeriksa kebenaran argumen pun keliru. Untuk soal no.8 siswa kesulitan untuk mementukan panjang busur lingkaran dan perhitungan desimal. 64 36 NILAI 63 NILAI 63 Untuk kemampuan melakukan manipulasi matematika memiliki rata-rata terendah dengan nilai 53,78. Indikator ini diwakili oleh no.4, 5 dan 6. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal no. 4 adalah kebanyakan dari mereka lupa sifat- sifat jajargenjang, yaitu sisi yang berhadapan adalah sejajar. Sedangakan untuk soal no.5 kesalahan siswa adalah dalam melakukan operasi bilangan akar dengan bukan akar. Untuk soal no.6 siswa sulit dalam memahami gambar, sehingga dalam proses manipulasi matematikanya pun banyak kekeliruan. Berikut ini tabel hasi kemampuan per-indikator penalaran matematik siswa tes siklus II agar lebih mudah dibaca: Tabel 4.8 Nilai Rata-rata Tes Siklus II Per-Indikator Kemampuan Penalaran Matematik Kemampuan Penalaran Total Skor Skor Maksimal Rata- rata Rata-rata Seluruh Indikator A Menyusun bukti 279 396 70,45 65,30 B Menyajikan pernyataan matematika dalam bentuk tertulis dan gambar 224 264 84,84 C Melakukan manipulasi matematika 213 396 53,78 D Memeriksa kesahihan argumen 146 264 55,30

e. Tahap Refleksi

Berdasarkan jurnal, belajar dengan bahan ajar ini menuntut siswa untuk belajar terlebih dahulu sebelum pembelajaran di kelas dilaksanakan. Siswa merasa kesulitan jika sebelum masuk kelas tidak belajar terlebih dahulu. Beberapa dari mereka juga merasa kurang suka dengan pembelajaran seperti ini, karena sejak di kelas VII mereka selalu disuapi oleh guru dalam menemukan konsep. Hal lain yang mereka keluhkan adalah banyaknya penggunaan konsep lain dalam pembelajaran, seperti mencari panjang busur sebuah lingkaran. Sebelumnya mereka tidak pernah membayangkan pada materi kesebangunan dan kekongrueanan akan membahas lingkaran. Tetapi, tak bisa dipungkiri dibalik kesulitan itu, pembelajaran dengan bahan ajar yang dibuat melatih rasa percaya diri mereka dalam mengemukakan pendapat dan tampil di muka kelas. Berdasarkan hasil tes siklus II, diperoleh rata-rata kelas sebesar 65,59 dengan nilai tertinggi 83 dan nilai terendah 50. Sedangakan nilai yang sering muncul adalah 60,3 dan nilai tengahnya sebesar 64,86. Variansnya sebesar sebesar 62,08 dengan standar deviasi 7,88. Karena nilai rata-rata kelas sudah mencapai kriteria yang diinginkan yaitu 63, maka penelitian berhenti sampai siklus II.

B. Interpretasi Hasil Analisis Perbandingan Siklus I dan Siklus II

1. Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa

Pada awal pembelajaran di siklus I, siswa masih sangat canggung mengikuti pembelajaran. Beberapa rangkaian pembelajaran pendekatan matematika realistik tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya karena kondisi siswa yang masih belum terbiasa. Pada pertemuan kedua rangkaian kegiatan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik sudah bisa dilaksanakan, tetapi bantuan yang diberikan hampir kepada seluruh kelompok, sehingga peneliti terlihat kerepotan mengatur kelas. Tetapi pada pertemuan berikutnya di siklus I, siswa banyak belajar dari pengalaman belajar pertemuan pertama dan kedua. Siswa optimis bisa mengikuti pembelajaran jika terus dilatih dan dibiasakan. Berikut ini adalah kegiatan rangkaian kegiatan yang bisa dilaksanakan pada pertemuan pertama:

Dokumen yang terkait

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 25 307

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 3 307

Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sma Materi Persamaan Lingkaran Di Sma Negeri 90 Jakarta

2 11 246

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 8 307

Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)

3 18 199

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA DI KELAS VII MTS KHADIJAH TANJUNG MORAWA T.A 2015/2016.

0 5 25

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIK SISWA SMP SWASTA MUHAMMADIYAH 2 MEDAN.

0 2 21

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP KARYA BUNDA.

2 10 36

PENERAPAN METODE PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PENALARAN Penerapan Metode Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran dalam Pemecahan Soal Matematika(PTK Pembelajaran Matematika SMK Negeri

0 0 16

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS KELAS V PADA MATERI BANGUN DATAR (Penelitian Eksperimen di Kelas V Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang).

0 1 34