Bahan Ajar Deskripsi Teoritis

Tabel 2.3 Analisis Kebutuhan Bahan Ajar yang Digunakan Mata pelakaran : Matematika Kelas : IX Semestre : Ganjil Standar Kompetensi : Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar Indikator Penalaran Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Jenis Bahan Ajar 1.1 Mengiden tifikasi bangun- bangun datar yang sebangun dan kongruen. 1.2 Mengiden tifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen. 1.3 Menggun akan konsep kesebangu nan segitiga dalam pemecaha n masalah.  Menyusun bukti.  Menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar.  Melakukan manipulasi matematika , dan  Memriksa kesahihan suatu argumen.  Skala  Siswa menentukan perbandingan jarak pada peta dengan jarak sebenarnya. Bahan ajar cetak  Syarat Bangun datar yang sebangun  Siswa menentukan bangun-bangun datar yang sebangun. Bahan ajar cetak  Menentukan panjang salah satu sisi yang belum dikatahui dari dua bangun datar yang sebangun.  Siswa menentukan salah satu panjang sisi yang belum diketahui dari dua bangun datar sebangun. Bahan ajar cetak  Syarat dua segitiga sebangun.  Siswa meggamabar bebarapa segitiga yang memiliki perbandinagn sisi dan sudut yang bersesuaiannya sama. Bahan ajar cetak  Ruas garis pada segitiga.  Dari sebuah puzzle, siswa menentukan ruas garis sejajar dan banyaknya segitiga sebangun. Bahan ajar cetak  Syarat dua bangun datar kongruen.  Siswa menentukan syarat dua bangun datar kongruen dengan mengukur panjang sisi dua ubin yang dan sebuah buku tulis. Bahan ajar cetak  Sifat-sifat  Siswa menentukan sifat- Bahan segitiga kongruen. sifat segitiga kongruen dengan menggambar kembali dua buah segitiga kongruen dengan s-s-s, s- sd-s, dan sd-sd-s. ajar cetak  Menyelesaika n masalah yang berkaitan dengan kesebangunan dan kekongruenan segitiga.  Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kesebangunan dan kekongruenan segitiga. Bahan ajar cetak Setelah dilakukan analisis kebutuhan bahan ajar, langkah selanjutnya adalah menyusun peta bahan ajar. Peta bahan ajar perlu dibuat karena untuk mengetahui jumlah bahan ajar yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan bahan ajarnya seperti apa. Selain itu, peta bahan ajar juga dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana sifat bahan ajar, apakah bahan ajar yang akan dibuat bergantung pada materi lain atau memiliki materi prasayarat, ataukah dapat berdiri sendiri. Dalam penelitian ini peta bahan ajar yang dibuat adalah sebangai berikut: Diagram 2.1 Peta Kebutuhan Bahan Ajar Bahan ajar yang disusun dalam penelitian ini adalah bahan ajar cetak berbasis pendekatan matematika realistik yang bertujuan meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa, artinya bahan ajar tersebut disusun mengacu pada prinsip dan karakteristik pendekatan matematika realistik dan dikemas sebagai jembatan untuk melatih kemampuan penalaran matematik siswa. Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kesebangunan dan kekongruenan segitiga. Skala Syarat Bangun datar yang sebangun. Menentukan panjang salah satu sisi yang belum dikatahui dari dua bangun datar yang sebangun. Syarat dua segitiga sebangun Ruas garis pada segitiga. Syarat dua bangun datar kongruen. Sifat-sifat segitiga kongruen. 1.1 Mengidentifi kasi bangun- bangun datar yang sebangun dan kongruen. 1.2 Mengidentifi kasi sifat- sifat dua segitiga sebangun dan kongruen. 1.3 Menggunaka n konsep kesebanguna n segitiga dalam pemecahan masalah. SK KD Materi Pemb Judul B. Ajar Setelah peta bahan ajar disusun, maka langkah selanjutnya adalah membuat bahan ajar. Sebelum membuat bahan ajar, akan lebih baik jika memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu: 22 a. Mulai dari yang paling mudah untuk memahami yang sulit, dari yang konkret untuk memahami yang abstrak. Prinsip pendekatan matematika realistik adalah mendekatkan siswa dengan matematika dengan cara menghadirkan matematika dalam kehidupan nyata siswa. Dimulai dari yang konkret, semi abstrak, sampai ke tingkat abstrak. Penyajian konteks konkret, semi abstrak, dan abstrak disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Dan dalam bahan ajar ini, konteks nyata bagi siswa ketika siswa sudah dapat membayangkan hal-hal yang dimaksud, atau sebelumnya sudah mengetahui dalam keadaan nyata hal- hal yang dimaksud. b. Pengulangan akan memperkuat pemahaman. Untuk memperkuat pemahaman dan melatih kemampuan penalaran siswa, dalam bahan ajar yang disusun ini, dikemas latihan-latihan untuk memperdalam materi. c. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa. Pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik ketika siswa mengerjakan sesuatu sekecil apapun, seorang guru harus memberikan umpan balik positif agar siswa merasa hasil kerjanya sangat berharga, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa. d. Motivasi belajar tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Sebagai seorang guru selain bertugas memfasilitasi belajar siswa, juga harus dapat membangkitkan semangat belajar siswanya. Untuk meningkatkan semangat siswa dalam belajar, selain kemampuan personal guru sangat dibutukan, juga dibutuhkan bahan ajar yang menarik yang dapat memicu semangat siswa dalam belajar. Bahan ajar ini menampilkan kata-kata motivasi 22 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran Pengaruhnya Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum, Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2010 h.160. dari tokoh-tokoh yang berpengaruh di dunia dengan tujuan dapat menjadi inspirasi dalam membangkitkan semnagat belajar siswa. e. Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu. Tujuan dari penggunaan bahan ajar ini adalah dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematik. Untuk mencapainya, diperlukan waktu yang tidak singkat. Pada pertemuan awal, siswa akan kesulitan dalam menggunakan bahan ajar yang disusun karena belum terbiasa, tetapi dengan sebuah pembiasaan, setahap demi setahap siswa akan terlatih dan dapat mengatasi kesulitannya. f. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus mencapai tujuan. Pada proses pembelajaran, siswa perlu mengetahui tinggi rendahnya hasil belajar dan penguasannya dalam matematika. Orang dewasa yang membimbingnya harus mampu memotivasi siswa yang kemampuannya kurang agar belajar lebih giat lagi untuk dapat mencapai tujuan, serta mempertahankan siswa yang kemampuan matematikanya bagus. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut, maka bahan ajar dapat disusun dengan baik. Dalam menyusun bahan ajar, terdapat pula prinsip-prinsip yang menjadi landasan dalam penyusunan. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 23 a. Prinsip relevansi atau keterkatan materi sesuai dengan tuntutan Standar KompetensiKompetensi Dasar. SK Matematika kelas IX semester ganjil adalah Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Terdiri dari tiga KD yaitu: 1.1 mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen, 1.2 mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen, dan 1.3 menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah. 23 Ibid., h. 162. b. Prinsip konsistensi atau keajegan. Dari tiga Kompetensi Dasar tersebut, ditetapkan bahwa ada 8 sub pokok bahasan yang akan dikemas dalam bahan ajar, yaitu skala, syarat dua bangun datar sebangun, mencari panjang salah satu sisi yang beum dikatahui dari dua bangun yang sebangun, sifat-sifat segitiga sebangun, garis sejajara dalam segitiga, syarat dua bangun datar kongruen, sifat-sifat segitiga kongruen, dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kesebangunan dan kekongruenan segitiga. Standar Kompetensi Matematika kelas IX semester ganjil adalah Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Terdiri dari tiga Kompetensi Dasar yaitu: 1.1 mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen, 1.2 mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen, dan 1.3 menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah. c. Prinsip adekuasi atau kecukupan Bahan ajar yang disusun diturunkan dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut dikemas dalam empat kemampuan penalaran matematik, yaitu: menyusun bukti, menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar, melakukan manipulasi matematika, dan memriksa kesahihan suatu argumen. Ketika menulis bahan ajar, materi dapat diambil berbagai sumber seperti buku, majalah, jurnal hasil penelitian, atau internet. Tugas-tugas dalam bahan ajar harus ditulis jelas untuk mengurangi banyaknya pertanyaan dari siswa dari hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya tugas harus didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi, dan lamanya waktu dalam menyelesaikan diskusi. Selain itu ketika menulis bahan ajar, yang harus diperhatikan adalah mengenai struktur struktur bahan ajar. Struktur bahan ajar yang tercantum dalam Pedoman Pengembangan Bahan Ajar Diknas yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaianevaluasi. 24 Segala sesuatu yang dilakukan pastilah memiliki tujuan. Sama halnya dengan disusunnya sebuah bahan ajar. Penyusunan bahan ajar memiliki tujuan seperti yang terangkum dalam Pedoman Umum dan Pemanfaatan Bahan Ajar Diknas adalah sebagai berikut: 25 1. Membantu siswa dalam membuat sesuatu. Bahan ajar berbasis pendekatan matematika realistik, membantu siswa menemukan kembali konsep matematik dengan cara mereka sendiri. Kegiatan menemukan kembali ini adalah inti dari pendekatan matematika realistik yang bertujuan menjadikan pembelajaran menjadi bermakna. Ketika sebuah pembelajaran bermakna bagi siswa, maka nilai-nilai pembelajaran yang mereka dapatkan akan terus melekat sehingga nilai itu dapat mereka lestarikan di masa mendatang. 2. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar, sehingga mencegah timbulnya rasa bosan pada peserta didik. Bahan ajar berbasis pendekatan matematika realistik ini disusun sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi kejenuhan menggunakan bahan ajar yang biasa dipakai siswa di sekolah, yaitu LKS yang dibeli dari pihak luar. 3. Memudahkan siswa dalam melaksanakan pembelajaran, dan Karakteristik pendekatan matematika realistik yang menggunakan konteks dunia nyata sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik memudahkan siswa memahami konsep yang diajarkan. Bahan ajar ini disusun dengan menghadirkan konteks nyata, semi abstrak, sampai ke tingkat abstrak sesuai tingkat perkembangan peserta didik. 24 Ika Lestari, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, Jakarta: Akademia Permata, 2013, h.3. 25 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif Yogyakarta: Dipa Press, 2011, h.26. 4. Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Kegiatan pembelajaran dengan bahan ajar berbasis pendekatan matematika realistik, menuntut siswa menemukan konsep yang diajarkan dengan cara mereka sendiri mengacu pada konsep matematik yang sudah mereka dapatkan di jenjang sebelumnya. Langkah pembelajaran setelah siswa mencoba menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri adalah mempresentasikan hasil yang mereka peroleh. Kegiatan mempresentasikan jawaban matematik menggunakan konsep matematik yang mereka cari sendiri adalah hal yang tidak mudah dilakukan bagi siswa Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah. Kegiatan ini memicu sikap keberanian serta rasa percaya diri siswa dalam mengemukakan pendapat dan ide mereka. Selain memiliki tujuan, pembuatan bahan ajar juga memiliki manfaat. Manfaat pembuatan bahan ajar terbagi menjadi 2, yaitu manfaat bagi guru, dan manfaat bagi siswa. Bagi guru, bahan ajar ini membantu dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Sedangkan bagi siswa, bahan ajar ini memberikan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan pendidik.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Disertasi dengan judul Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP dan MTs Melalui Pembelajaran Matematika Realistik PMR oleh Sigid Edy Purwanto pada materi SPLDV menyatakan hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang mengikuti PMR lebih baik daripada siswa yang belajar pada kelas kontrol. Penelitian yang senada juga dilakukan oleh Siska Sri Rahayu 2012 dengan judul Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP melalui pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik pada materi Teorema Pythagoras. Hasil penelitian menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan PMR lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Dwi Astuti 2010 dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Matematika Untuk SMPLBB Kelas IX Berdasarkan Standar Isi di SLB Wiyata Dharma 1 Sleman dan SLB N 2 Yogyakarta kelas IX. Bahan Ajar yang dikembangkan berupa buku matematika untuk anak tunarungu dan dinyatakan efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika bagi siswa tunarungu di SMPLBB. Penelitian yang dilakukan oleh Ade Yuniarsa Nugroho 2012 dengan judul Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada materi Bangun Ruang Sisi Datar juga menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang pembelajaran dengan strategi konflik kognitif lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya dengan strategi konvensional. Penelitian dengan judul Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Penalaran, dan Komunikasi Matematis Siswa Madrasah Akiyah Dengan Pendekatan RME oleh Ervin Azhar ymenyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan RME memberikan peningkatan penalaran dan komunikasi matematis siswa dari pada pembelajaran dengan konvensional. Hepsi Nindiasari dengan penelitiannya Pengembangan Bahan Ajar dan Instrumen untuk Meningkatkan Berpikir Reflektif Matematis Berbasisi Pendekatan Metakognitif pada siswa Sekolah Menengah Atas menyatakan bahwa bahan ajar, instrument kemampuan berpikir matematis layak untuk digunakan.

C. Kerangka Konseptual

Matematika memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari matematika, misalnya dalam megukur jarak dan waktu, jual beli barang, dan lain-lain. Paling tidak perhitungan dasar matematika harus dikuasai oleh setiap orang. Selain itu matematika juga berperan penting dalam perkembangan ilmu lain seperti ekonomi, teknologi, kesehatan, pertanian, dan lain-lain. Itulah sebabnya matematika disebut sebagai ratunya ilmu, karena matematika memberi konstribusi pada ilmu lain. Oleh karena matematika memiliki posisi yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka matematika perlu dipahami oleh setiap orang. Itulah sebabnya mengapa matematika dijadikan sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari baik dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Salah satu tujuan pendidikan matematika sekolah adalah mengembangkan kemampuan penalaran. Kemampuan penalaran perlu dikembangkan karena perkembangan IPTEK yang semakin kompleks mengakibatkan masalah yang dihadapi juga semakin kompleks. Matematika hadir sebagai ilmu yang berguna melatih kemampuan berpikir dan bernalar seseorang sehingga saat orang tersebut menghadapi masalah dalam kehidupan ia mampu berpikir menggunakan nalar yang baik dan menghasilkan keputusan yang baik. Dalam prakteknya di dunia pendidikan masih sangat terbatas pengguanaan bahan ajar yang mengembangkan kemampuan penalaran matematika. Kebanyakan guru lebih memilih menggunakan bahan ajar yang siap pakai, instan, yang banyak dijual di pasaran. Pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik menawarkan solusi untuk dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa, karena ketiga prinsip dan kelima karakteristiknya menunjang berkembangnya kemampuan penalaran matematika siswa. Karena bahan ajar adalah salah satu komponen pembelajaran yang memberikan kontribusi banyak dalam pembentukan pengetahuan dan mental siswa, maka pendekatan matematika realistik dikemas dalam bentuk bahan ajar yang akan menunjang siswa dalam belajar.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika pada materi kesebangunan dan kekongruenan. ” 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 20132014 di MTs SA Raudhatut Tauhid yang berlokasi di Kp. Medang RT 0108 Ds. Sukamulya Kec. Rumpin Bogor 16350.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Tindakan Kelas PTK. Menurut Carr dan Kemmis 1986 PTK adalah suatu penelitian refleksi diri self reflective yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik sosial mereka serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik mereka dan terhadap situasi tempat prktik-praktik tersebut dilakukan. Adapun Ebbut 1985 dalam Hopkins 1993 menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan- tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. 1 Menurut Kemmis dan Mc. Taggart penelitian tindakan adalah suatu bentuk self-inquiry kolektif yang dilakukan oleh para partisipan di dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi dimana praktik itu dilaksanakan. 2 Sedangkan Proyek PGSM Diknas 199 menyatakan bahwa peneltian tindakan adalah bentuk kajian yang bersifat reflektif 1 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Rajawali Press, 2010, h. 43. 2 Ibid., h. 42 – 43.

Dokumen yang terkait

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 25 307

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 3 307

Penggunaan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Sma Materi Persamaan Lingkaran Di Sma Negeri 90 Jakarta

2 11 246

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 8 307

Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)

3 18 199

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK SISWA DI KELAS VII MTS KHADIJAH TANJUNG MORAWA T.A 2015/2016.

0 5 25

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIK SISWA SMP SWASTA MUHAMMADIYAH 2 MEDAN.

0 2 21

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP KARYA BUNDA.

2 10 36

PENERAPAN METODE PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PENALARAN Penerapan Metode Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran dalam Pemecahan Soal Matematika(PTK Pembelajaran Matematika SMK Negeri

0 0 16

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS KELAS V PADA MATERI BANGUN DATAR (Penelitian Eksperimen di Kelas V Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang).

0 1 34