ingat adalah proses ketika menyelesaikan masalah sampai tahap penyimpulan. Selain itu, aktivitas belajar siswa sejak pertemuan pertama sampai tes siklus I
juga mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama siswa masih sangat bergantung pada peneliti, tetapi keadaan tersebut terus membaik pada setiap
pertemuannya. Bahkan pada pertemuan kelima sebelum dilakukannya tes siklus I, siswa sudah aktif menyelasaikan masalah sendiri dengan sedikit bantuan peneliti.
Kemampuan penalaran setelah menggunakan bahan ajar ini siswa katakan meningkat karena hasil tes siklus I sangat lebih baik dari tes awal pra penelitian.
Walaupun pada pertemuan pertama semua kegiatan serba membingungkan, pada akhirnya mereka siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan bahan ajar ini dengan
baik. Hasil jurnal siswa di siklus II walaupun masih ada siswa yang menyatakan
kesulitan dalam menggunakan bahan ajar ini, tetapi mereka juga beranggapan bahwa bahan ajar ini bagus untuk meningkatkan motivasi belajar. Pembelajaran
yang biasanya siswa pasif dan hanya menerima penjelasan guru, dengan bahan ajar ini siswa lebih banyak berkontribusi dalam menciptakan pembelajaran. Hasil
wawancara setelah dilaksanakan tes siklus II menguatkan hasil jurnal yang di isi siswa. Sama halnya seperti pada sikulus I, hasil wawancara siswa ada yang
menyatakan suka dan tidak suka terhadap bahan ajar dengan alasan seperti pada wawancara setelah tes siklus I, hanya saja persentase jawaban siswa terhadap
bahan ajar ini mengalami peningkatan. Pada sikulus II hanya 10 siswa yang menyatakan tidak suka menggunakan bahan ajar, 20 siswa berada pada posisi
netral yang artinya siswa kadang merasa suka dan kadang pula merasa tidak suka, sisanya sebesar 70 siswa menyatakan suka dalam penggunaan bahan ajar
berbasis pendekatan matematika realistik. Siswa merasa senang mengikuti pembelajaran di siklus II karena aktivitasnya tidak monoton, bahkan siswa merasa
lebih paham karena konsep kekongruenan banyak sekali contohnya dalam kehidupan nyata.
100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Penelitian yang dilakukan selama 10 kali tatap muka dengan 8 kali pembelajaran dan 2 tes siklus memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahan ajar berbasis pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan
kemampuan penalaran matematik siswa. Kemampuan penalaran matematik siswa jika dilihat secara kesuluruhan meningkat dari rata-rata kelas 58,23
menjadi 65,59. Hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaannya pendekatan matematika realistik mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi
siswa, sesuai dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa dalam mengerjakan soal tes, siswa tidak terpaku pada rumus. Hal yang siswa ingat
adalah proses bagaimana ketika mereka berusaha menyelesaikan masalah untuk menemukan sebuah konsep dengan cara dan bahasa mereka sendiri,
kemudian dari hasil usaha dan kerja mereka dalam menyelesaikan masalah, ada orang dewasa yang membimbing menemukan konsep dan meluruskan
kesalahan-kesalahan yang mereka buat selama menyelesaikan masalah.
2. Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan bahan ajar berbasis pendekatan
matematika realistik mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I siswa masih sangat kesulitan menggunakan bahan ajar sehingga ada
beberapa tahapan pembelajaran matematika realistik yang tidak berhasil dilaksanakan karena ketidakbiasaan siswa belajar dengan dengan bahan ajar
berbasis pendekatan matematika realistik. Karena belajar adalah sebuah proses, maka seiring berjalannya waktu, tahapan pendekatan matematika
realistik dapat dilaksanakan secara utuh di siklus II. Bahkan pada pertemuan pertama di siklus II siswa sudah dapat menemukan konsep kekongruenan
secara mandiri tanpa bantuan peneliti. Peningkatan aktivitas siswa diperkuat oleh tanggapan siswa dalam menggunakan bahan ajar berbasis pendekatan
matematika realistik mengalami peningkatan. Pada siklus I sebagian siswa menyatakan tidak suka sedangkan pada siklus II sedikit siswa yang
menyatakan tidak suka menggunakan bahan ajar.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, bahan ajar berbasis pendekatan matematika realistik pada materi kesebangunan dan kekongruenan ini dapat meningkatkan
kemampuan penalaran matematik siswa, maka saran yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru, dapat digunakan sebagai referensi bahan ajar untuk meningkatkan
kemampuan penalaran siswa SMP kelas IX pada materi kesebangunan dan kekongruenan.
2. Bahan ajar ini membutuhkan waktu yang cukup untuk berlatih soal-soal,
terutama soal-soal dengan indikator memeriksa kesahihan argument, sehingga dalam pelaksanaanya perlu mempertimbangkan lamanya waktu belajar.
3. Bagi siswa, dapat digunakan sebagai bahan belajar mandiri untuk kemampuan
penalaran matematika siswa SMP kelas IX pada materi kesebangunan dan kekongruenan.
4. Bagi yang berminat, bahan ajar ini dapat menjadi referensi bagi
pengembangan bahan ajar lain dengan materi yang berbeda.